Ilma Hidayati Purnomo

Perawatan Gigi dan Asuransi Gigi di Amerika (Part 3)

Yeay, akhirnya mulai treatment juga! Setelah menunggu dua bulan, hari Selasa 1 November 2022, aku datang memenuhi jadwal janji dengan dokter gigi di Friend Health. Aku ambil jadwalnya siang, jam 1.

Jarak dari apartemen ke klinik ini sekitar 11 km. Kalau nyetir mobil, sebenernya bisa ditempuh dalam waktu 25 menitan, tapi sayangnya, kemarin aku pusing. Jadi, aku memutuskan naik bus nomor 59 saja. Beruntung salah satu haltenya ada di sebrang apartemen.

Ternyata, kalau naik bus lama juga, yaitu sekitar 45 menit ditambah jalan kaki 500 m. Sampai di sana sekitar jam 1 kurang 10 menit lah. Habis registrasi (dan update asuransi kesehatan gigi yang baru aku apply) cuma nunggu sebentar terus dipanggil masuk ke ruangan.

Begitu duduk di kursi pemeriksaan, aku diberi sedikit penjelasan oleh perawat. Hari ini aku mendapatkan perawatan deep cleaning (atau kalau di Indonesia lebih terkenal dengan istilah membersihkan karang gigi) atau bisa juga disebut Scaling and Root Planing untuk rangkaian gigi kanan atas. Ternyata, di sini, secara default, untuk tindakan itu bakal dikasih obat bius!

Wah, agak kaget juga aku karena aku pernah mendapatkan perawatan ini di Indonesia dan tanpa anestesi. Obat biusnya persis kalau mau cabut gigi. Pakai gel anestesi yang dioleskan ke gusi kanan oleh perawat atas lalu disuntikkan cairan bius di geligi oleh dokter gigi. Vibe-nya itu kayak mau cabut gigi, deh wkwk

Seperti biasa, kayak waktu mau cabut gigi beberapa bulan yang lalu, setelah disuntik bius, dokter gigi bakal meninggalkanku beberapa saat. Nunggu obat biusnya bekerja. Di saat mulut udah kebas, malah baru ditanya-tanya sama perawat (bagian ini emang rada gak asik heu).

Hari itu kan perawatan deep cleaning pertama untuk gigi kanan atas, masih ada tiga treatment lainnya. Jadi, aku perlu tiga appointment lainnya yang baru tersedia bulan Januari. Nunggu dua bulan lagi dah...

Anehnya, buat nanti, ketiga jadwal itu bisa dibuat berurutan tiap minggu. Awalnya aku mikir, kenapa gak pas kemarin bikin jadwal yang pertama kali langsung dibuat semuanya sekaligus (langsung empat jadwal)? Mungkin takutnya aku gak dateng di appointment pertama dan tiga jadwal lainnya jadi sia-sia.

Setelah menunggu beberapa saat yang menghabiskan beberapa tisu untuk menadah liur yang terus mengalir, dokter gigi akhirnya datang. Ia langsung mengecek gigiku sambil melihat gambar rontgen di komputer. Sebelum memulai proses pembersihan, ia memintaku untuk mengangkat tangan kalau merasa sakit.

Memang sih, selama proses pembersihan jadi tidak terasa sakit karena menggunakan obat bius tapi kalau aku pikir-pikir, rasa sakitnya juga tidak seberapa. Oh, kecuali ketika dokter gigi mulai membersihkan bagian gigi geraham paling ujung. Tetep kerasa sakit sampai akhirnya aku mengangkat tangan!

Proses pembersihan diawali menggunakan alat scaling. Lalu dokter membersihkan secara manual dengan alat yang bentuknya seperti pengait. Setelah itu dibilas dengan semprotan air. Lalu disuntikkan (sebenernya disemprot pakai alat suntik) cairan fluoride.

Beres, deh. Total waktu di dalam ruang pemeriksaan sekitar 45 menit. Oh ya, sebelum dilakukan treatment, aku dikasih kertas cara perawatan gigi pasca deep cleaning. Inilah yang aku senang dari dokter gigi di sini. Setiap perawatan, pasti ada kertas informasi after-treatment nya. Beda dengan di Indonesia, yang cuma dikasih tau lewat mulut. Kalau lupa, gimana coba?

Sebelum aku daftar asuransi gigi, untuk deep cleaning ini aku dikenakan biaya $100. Nah, kali ini aku gak bayar apa-apa, dong haha. Ini belum menjamin aku memang terbebas dari biaya karena informasi asuransinya kan baru di-input. Mungkin baru ada tagihan di appointment selanjutnya.

Oke, akhirnya aku pun pulang dengan keadaan mulut kebas. Beneran beruntung deh aku nggak nyetir mobil sendiri!

Jadi, kalau ditanya, bedanya apa scaling di Indonesia dengan di sini?

- Biayanya jelas beda. Di Bandung seingetku dulu skeitar Rp 250.000 (mungkin sekarang udah naik, ya?). Di sini $100 udah murah (sekitar Rp 1.500.000)

- Di sini pasti pakai bius lokal. Kalau di Indonesia, ditawarin pun enggak

- Kalau aku baca dari situr alodokter, tahap scaling di Indonesia termasuk penyikatan gigi secara elektrk oleh dokternya. Seingetku dulu juga kayak gitu sih. Di sini, enggak pake

- Hasil akhirnya beda! Kalau di Indonesia, setelah scaling, gigi yang baru dibersihkan terasa keset dan kasar kalau diraba dengan lidah. Di sini, tetep halus kok.

Kalau aku pikir, yang masuk akal harusnya hasil yang halus, gak sih? Kan ibaratnya karang gigi itu kayak dempul nempel di dinding. Mau kita ilangin dempulnya. Kita pinginnya dinding itu halus lagi dong, seperti sedia kala. Maksudku, dempulnya ilang, tinggal permukaan dindingnya yang terlihat. Jadi ya, ini kayak permukaan gigi asli yang terlihat, gitu.

Lagian kalau kasar, malah jadi kayak ngasih tempat si plak gigi buat nempel lagi gak, sih? Hmm, mungkin alat yang dipakai dokter gigi aku dulu pas masih di Indonesia kurang bagus.

- Feeling-nya juga beda. Kalau dulu pas di Indonesia, habis bersihin karang gigi tuh rasanya sakit di gusi. Kalau di sini, lebih ke ngilu di gigi. Jadi, menurutku, hasil scaling di sini tidak terlalu membuat peradangan di gusi.

Aku tuh sampai ngeliat di cermin dan gigiku diliatin suami juga. Kayak, ngefek gak sih? Soalnya kayak biasa aja. Ya mungkin rasanya kayak habis sikat gigi aja tapi pakai obat bius wkwkwk

Bulan Januari nanti bakal seru. Soalnya, aku bakal ngebersihin karang gigi sampai tuntas dan menghadiri jadwal pertama untuk root canal. Semoga lancar dan gak keluar banyak duit (haha Aamiin!)

Btw, because I’m not blessed with strong teeth, akhirnya aku membuat perjanjian dengan diri sendiri.

Asuransi Kesehatan Gigi di Amerika

Mohon doanya semoga aku istiqomah!

Update: sayangnya, aku seperti harus memilih antara mau gigi sehat atau perut sehat. Kalau gigi sehat, aku harus mengurangi makan dengan jadwal yang tegas, lalu setelah itu gosok gigi. Aku pernah coba kira-kira satu minggu, setelah itu aku diare karena salah makan dan maagku kambuh.

Perutku itu ... harus selalu dikasih makan kalau laper. Telat bentar aja sakit. Cuma ya, aku kayak menggempur gigiku dengan makanan (asam dan bakteri) terus menerus. Mau bersihin terlalu rajin juga ribet.

Bukan cuma ribetnya, sih. Aku juga udah coba rutinin sikat gigi 2x sehari + pakai dental floss 2x sehari tapi gusi di ujung gerahamku jadi sakit. Setelah aku skip sikat gigi, rasa sakit itu hilang. Ditambah, sela-sela gigi (kantung gusiku) masih lebar karena proses deep cleaning kemarin. Kalau pakai floss terus-menerus, kapan baliknya? Dilema ...

Update: tanggal 4 Januari 2023 tiba-tiba ditelpon klinik. Ternyata kemarin itu belum dapet authorization dari asuransinya buat menanggung tindakanku. Lho, piye jal? Kan itu udah dari tanggal 1 November. Bahkan aku pernah ke klinik lagi tanggal 1 Desember buat meriksain gigiku yang patah. And they didn't say anything!

Jadi harusnya aku bayar sesuai dengan plan awal, sliding scale fee. Harusnya aku ada tagihan $100 buat deep cleaning yang pertama karena kliniknya juga gak dapet pembayaran dari mana-mana.

Dan lagi, sliding scale fee itu harus diperbaharui tiap tahun. Kemarin itu udah berakhir masa satu tahunnya, di bulan November akhir.

Kok gak ada yang kasih tau sih? Sumpah bingung aku.

Mana aku harusnya ada jadwal bersihin plak tanggal 5 Januari. Kalau aku maksain dateng, aku harus bayar $100.

Jadi aku minta klinik buat ngirim permintaan authorization ke asuransi yang mungkin butuh waktu 2-5 hari. Terus nunggu telpon dari Margareth atau siapa deh.

Ilma Purnomo (Mama Razin)
Perempuan Indonesia yang saat ini tinggal di Chicago, USA, menemani suami kuliah doktoral. Seorang ibu rumah tangga yang disibukkan oleh dua putranya (Razin dan Zayn). Suka menulis dan belajar hal baru.

Related Posts

Posting Komentar