Ilma Hidayati Purnomo

Tutorial Lulus ITB Tanpa Kopi

Perhatian: artikel ini mengandung SARIP (SARA dan IP). Kebijaksanaan pembaca sangat diperlukan! 

Sekitar sepuluh tahun lalu, aku ingat betul detik-detik membuka halaman situs pengumuman SNMPTN Undangan. Aku kira tulisan 'Maaf, Anda belum lolos' yang akan aku lihat. Aku tidak mengantisipasi diriku untuk melihat pernyataan selain itu di layar.

Nyatanya, terpampang tulisan STEI ITB di layar laptopku. Dadaku mendadak sesak. Air mata bercucuran. Berbagai jenis perasaan berdesakkan di dalam hati ini, mulai dari senang, bingung, hingga kecewa. 'Hah, bagaimana bisa aku survive kuliah di tempat ini?' pikirku.

Anti-Begadang Begadang-Club

Setiap bayi lahir dengan kepribadiannya masing-masing. Setelah melahirkan dua anak, aku semakin percaya bahwa bayi bukanlah kertas putih yang bisa dicorat-coret sesuai kehendak orang tua. Mereka lahir dengan fitrah dan sifatnya masing-masing.

Begitupula denganku yang lahir sebagai bayi ... tukang tidur. Mamaku pernah meninggalkanku, waktu itu aku masih bayi, pergi ke kabupaten sebelah selama 3 jam lamanya. Selama itu pula, aku tertidur pulas di rumah sembari diawasi Eyang Utiku.

Masuk SMP, aku tidak pernah bisa melek di atas jam 9 malam. Kalaupun aku memaksakan diri mengerjakan tugas hingga tengah malam, bisa dipastikan besoknya aku akan tidur di saat guru mengajar. Siapa yang kelakuannya kayak gini juga waktu sekolah?

Tentu saja, semua ini berlanjut hingga SMA. Masuk ke sekolah terbaik di Kota Bandung nyatanya justru tidak memberi perubahan baik. Efek serangan hormon pubertas membuatku malas belajar hingga memilih tidur daripada mengerjakan tugas. Alhasil, skip tugas dan remedial ujian adalah hal biasa.

Sungguh, aku bisa lolos ke ITB hanya karena faktor luck.

Tidak Benci, Tapi Tidak Bisa Minum Kopi

Orang tuaku bukan penyuka kopi. Di rumah kami tidak pernah tersedia kopi. Meskipun begitu, aku tidak membenci kopi. Aku suka aroma kopi yang memberi efek relaksasi.

Sayangnya, sejak aku duduk di kelas 6 SD, aku punya masalah asam lambung, diturunkan dari Papaku. Sejumlah makanan dan minuman pantang untuk aku konsumsi. Kalau aku melanggar, sudah pasti perut kiriku akan terasa seperti terbakar (hmm, sebetulnya aku lebih suka mendefinisikannya seperti luka terbuka yang disiram alkohol. Perih!).

Pertama kali aku menyadari hal ini, yaitu setelah aku mengunjungi rumah salah satu temanku. Di sana, kami memasak mi instan. Pulang dari rumah teman, perutku terasa terbakar. Menyadari anaknya memiliki gejala serupa, Papaku memvonis aku mengidap penyakit asam lambung. (Btw, Papaku bukan dokter, tapi insinyur.)

Selain mi instan, aku tidak bisa makan makanan pedas, bersantan, coklat, serta minum minuman bersoda dan ... as you guess ... kopi. Aku pernah minum milkshake rasa kopi di suatu restoran di Lembang. Pulang dari sana, perutku terasa sakit tidak karuan.

Sejak saat itu, aku tidak bisa minum kopi. Jadi, kalau ada yang menyarankanku untuk minum kopi supaya bisa begadang, pasti langsung aku tolak dengan alasan sakit perut.

Meskipun begitu, beberapa kali aku mencoba minuman rasa kopi. Kucoba minuman sekelas di restoran Sol*ria yang ada embel-embel moka-nya. Itu pun kadang-kadang bisa membuatku sakit perut. Emang cupu banget perutku.

Keluhan Setelah Minum Kopi
Poster dibuat menggunakan aplikasi Canva

Nah, ternyata masalah "asam lambung" ini bisa sembuh setelah aku menikah. Aku mengubah pola makan dan pola hidup. Juga mencurigai ada kemungkinan aku mengalami serangan jin yang membuatku sakit. Intinya, setelah aku menikah dan pindah ke benua lain, badanku menjadi sehat.

Lulus ITB Tanpa Begadang (dan Kopi)

Aku tidak sanggup begadang, juga tidak bisa minum kopi untuk mengusir kantuk. Lantas, bagaimana caranya aku lulus dari universitas teknik terbaik di Indonesia? (Ceileh gaya) Beginilah tips and trick ala Ilma.

Ekspektasi Standar Saja

Beruntung, aku masuk ke jurusan yang tidak terlalu menuntutku untuk begadang. Namun, aku tetap perlu menyesuaikan ekspektasi. Sederhana saja, yang penting lulus. Kalau sampai dapat D, diusahakan mengulang supaya lulus. Enggak perlu ngoyo biar dapet straight A.

Berteman Dekat dengan Orang Pintar

Bukan dukun, ya. Hehe. Pasti ada satu atau dua atau ratusan orang mahasiswa ITB di jurusan kita yang pintar dan baik hati (WAJIB BAIK HATI). Kita coba dekati dengan halus, ajak berteman. Kalau lawan jenis, berteman yang baik saja. Kecuali memang sama-sama cocok, ya boleh jadi pacar (eh).

Sejujurnya, aku tidak pintar bersosialisasi dan cenderung tertutup. Syukurnya, waktu TPB ada mahasiswa yang pintar dan baik hati dan perhatian (wajar kalau aku jadi ngeceng, ya). Berhubung pernah satu kelompok RBL Fisika, aku pun tidak merasa sungkan untuk memintanya mengajariku beberapa materi.

Bersyukur lagi, partner praktikum jurusanku juga orang yang pintar, baik hati, dan polos. Pokoknya, mau aja ngerjain semua langkah praktikum. Aku cukup buat laporan.

Cara Menangani Tugas Sulit

Kalau ada tugas yang susah, entah perlu banyak waktu atau memang soalnya yang tidak manusiawi, aku coba kerjakan sebisanya. Kalau tidak bisa, aku menunggu contekan jawaban dari grup kelas. Kalau juga tidak ada contekan, aku coba tanya si teman pintar dan baik hati. Namun, ada kalanya gengsiku lebih besar. Jadi, aku memilih tidur (menghindari begadang) dan melupakan tugas.

Tidak Memaksakan Begadang

Ini penting terutama bagi orang-orang yang memang badannya tidak dirancang untuk begadang. Pernah aku memaksakan diri untuk begadang. Hasilnya, aku tertidur saat dosen sedang mengajar. Thanks to Pak Me*vin yang satu kali membuatku malu karena jadi tontonan mahasiswa Elektro dan Tenaga Listrik saat aku sedang mendengkur. Syukur, jodohku anak Informatika. Jadi, dia tidak pernah menyaksikan tingkah konyolku saat ketiduran di kelas.

Mempelajari Teknik Belajar

Ada satu ketika, aku bosan mendapat nilai C. Aku tanya lah si teman pintar dan baik hati tentang cara ia menaklukkan ujian. Ternyata, dia belajar dari seminggu sebelum hari-H ujian. Baiklah, kusingsingkan lengan baju dan mencoba tekniknya. Aku coba belajar dan berlatih mengerjakan soal tanpa begadang. Walhasil, untuk pertama kalinya aku bisa mendapat nilai AB.

Sayangnya, setelah itu aku tidak mempraktikkan teknik belajar ini lagi.

Tips Lulus ITB Tanpa Minum Kopi
"Mimpi Maja Deh Ya" Poster dibuat dengan aplikasi Canva

Hasil Akhir

Bagaimana hasil kelulusan dari mahasiswa ITB yang menjalani kuliah tanpa begadang dan kopi? Aku lulus setelah 4,5 tahun kuliah dengan IPK 3,00-0,01. Iya, se-mengenaskan itu! Bayangkan jika aku mau melamar kerja. Syarat minimal IPK 3,00 seakan mengejekku yang hanya kekurangan 0,01 poin. Sebal!

Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan ini bertema kopi. Sayangnya aku tidak mengenal kopi dan sepertinya tidak ada hal berbau kopi yang relate dengan kehidupanku. Jadilah aku buat artikel tutorial lulus ITB tanpa kopi yang semoga memberi hikmah bagi pembaca. Mungkin hikmahnya adalah untuk tidak mengikuti tutorial ini supaya bisa lulus dari ITB!


Apresiasi yang didapat artikel ini:

Salah satu dari lima artikel paling unik
Salah satu dari lima artikel paling enak dibaca
Juara favorit nomor 5
Ilma Purnomo (Mama Razin)
Perempuan Indonesia yang saat ini tinggal di Chicago, USA, menemani suami kuliah doktoral. Seorang ibu rumah tangga yang disibukkan oleh dua putranya (Razin dan Zayn). Suka menulis dan belajar hal baru.

Related Posts

12 komentar

  1. Sebenarnya nggak bisa begadang itu lebih baik kok Teh. Seperti kata lagu: begadang jangan begadang! Kalau aku melihatnya, dengan tidak bisa begadang dan tidak bisa minum kopi, akhirnya jadi pakai teknik belajar jauh-jauh hari dan bukan sistem kebut semalam. Hidup juga jadi lebih santai gak sih, karena kalau nggak bisa ngapain dipaksa, dahlah tidur saja, hehehe ... Pernah cobain kopi tanpa kafein nggak Teh? Eh tapi nggak apa, jus buah lebih sehat kan, hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju teh! Sebenernya asalkan gak suka menunda-nunda, gak perlu begadang buat nugas dan belajar.

      Belum pernah coba kopi tanpa kafein. Kebetulan selain ortu, suami juga gak suka minum kopi. Lingkunganku bebas dari kopi. Jadi belum kepikiran coba2 jenis kopi yg lain :D

      Hapus
  2. Ehehehehe Mamah Ilma ini punya sisi humoris ya, posternya suka bikin ngakak, dan cara menulis susunan kalimatnya menggelitik.

    Ahahaha kocak pisan membayangkan Mamah Ilma ketiduran saat di kelas. Untung jodohnya bukan yang sekelas ya Teh, anak IF ehehe.

    ***
    Btw tips dan triknya bisa dicontek oleh adik-adik mahasiswa/i jaman now nih. Ehehe. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi makasih Mamah Uril :D

      Masih bikin malu kalau keinget lagi tatapan temen2 sekelas yg lagi nahan tawa XD

      Siyap!

      Hapus
  3. hehe aku juga dulu pas kuliah belum suka kopi Teh Ilma, alhamdulillah lulus juga :)

    Sepertinya kopi jadi bermasalah di lambung karena dicampur susu, ada sepupu dulu juga punya masalah lambung, pas main ke rumah kita tawarin kopi aja, dicoba alhamdulillah ga papa katanya

    Siapa tahu Teh Ilma penasaran mau coba, dan jangan bean yang Robusta karena memang lebih asam, coba yang Arabika Teh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah ya teeh :D

      Oh bener juga. Aku juga suka sakit perut kalau minum susu. Bisa dicoba nih kopi aja. Makasih buat sarannya yaa!

      Hapus
  4. Menarik sekali tutorial lulus ITB tanpa begadang. Sayangnya, saya sudah lulus. Ehh... dan untuk anak Seni Rupa seperti saya, hampir nggak ada kata 'belajar yang dicicil' (kecuali pelajaran MKDU) karena hampir semua tugas di SR ya mesti dikerjakan dengan otot (otak mikir juga, kalau nggak pake otot alias nggak dikerjain, ya nggak bakalan kelar :p) dan kejar-kejaran waktu juga. Jadi begadang harus begadang deh. Rumus Bang Rhoma nggak berlaku. Beruntung, saya nggak punya masalah dengan lambung. Jadi, hayu aja kita ngopi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya di tulisan ini harus ditambahin catatan: jangan ikuti tips and trick berikut ini jika jurusan Anda seni rupa dan arsitektur haha

      Alhamdulillah perutnya bersahabat dengan kopi ya, teh :D

      Hapus
  5. tos dulu ah sama teh Ilma : 11/12 aku pun walau di arsi itu kumpulan para jagoan begadang melebihi cinderela dan pangerannya: tapi aku satu yang tak bisa begadang. aku lebih milih bangun sangat pagi sebelum subuh untuk baca materi atau buat tugas studio dan tidur jam 10 maksimal itupun udah kiyep-kiyep banget matanya hi3 ...

    oya ini IPK ku 2,66 (164 SKS / 4,5 tahun tepat waktu sih lulusnya) dengan beberapa nilai D... ku balas saat S2 IPK 3,69 alhamdulillah ...

    waktu SMA aku pernah diutus lomba antar sekolah tingkat provinsi ke Bandung, setelah tanding pulang ke Cirebon jam 12 malam, besoknya di sekolah aku bobo cantik dong di pelajaran matematika. untunglah pa guru baik hati ngebiarin aku pules karena kan udah wakilin sekolah lomba ha3 ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah Teh Dewi lebih jago lagi nih ngatur waktunya. Meskipun tugasnya sangat menuntut mahasiswa untuk begadang, nyatanya bisa lulus tanpa begadang ya, teh. Keren!

      Alhamdulillah IPK S2nya jauh lebih memuaskan :D

      Haha guru2nya tahu alasan teteh ngantuk jadi dibolehin tidur yaa

      Hapus
  6. Luar biasa nih tipsnya Ilma. Penting buat dibaca para mahasiswa yang mau hidup sehat.

    BalasHapus

Posting Komentar