Bulan Desember 2024 aku mulai menulis petisi lagi. Aku mulai dengan memahami semua published papers suami dengan menggunakan bahasa anak SMA. Jadi, aku minta ChatGPT untuk menerangkan satu demi satu paper suami ke aku. Alasannya, aku ingin bisa menjelaskan betapa hebatnya project suami dalam bahasa yang sederhana.
Aku terkesan dengan petisi yang ditulis Razvan Marinescu. Dia bisa menjelaskan project-nya dalam bahasa yang mudah dipahami siapa saja, tidak terlalu teknis, tapi orang lain bisa memahami betapa kerennya project itu. Misalnya seperti kutipan ini:
Dr. Marinescu has worked for more than 6 years on building Artificial
Intelligence algorithms for predicting the progression of neurodegenerative diseases such as Alzheimer’s
disease, currently affecting more than 50 million people worldwide, as well as other neurodegenerative
diseases such as Posterior Cortical Atrophy, Multiple Sclerosis and Frontotemporal dementia.
Pingin bisa mencontoh gaya penulisan seperti itu, deh.
Aku sempat membuat petisi v3 sepanjang 12 halaman dengan setiap halamannya didedikasikan untuk satu section. Masalahnya, satu section itu panjangnya paling setengah halaman, menyisakan setengah halaman kosong. Waktu suamiku proofread, dia tidak senang.
Titik Balik
Dalam ronde diskusi (a.k.a pertengkaran suami-istri gara-gara urusan visa) yang ke sekian di Bulan Desember 2024, kami sampai dalam tiga kesepakatan. Pertama, suamiku minta aku buat versi final pertama. Beuh, udah kayak lagi nulis skripsi gak, tuh? Kedua, suami bilang petisi ini bakal dikirim ke atasannya di kantor buat nunjukin progres pengajuan visa kami. Terakhir, kami mau meng-adjust isi petisi yang selama ini aku tulis untuk apply EB-1A menjadi EB-2 NIW.
Maka, selama liburan akhir tahun, aku mengerjakan petisi sambil dipelototin sama suami! Beneran dia duduk di samping aku sambil liatin, apakah aku beneran nulis atau jangan-jangan lagi scrolling. Tiga hari aku di depan laptop. Aku kurang makan, kurang tidur, dan tetap harus masak buat anak dan suami. Akhirnya, jadilah petisi v4 atau petisi EB-2 NIW yang pertama.
Petisi ini sebanyak 19 halaman. Sudah dilengkapi dengan halaman lampiran di awal, struktur setiap section yang terorganisir, serta diakhiri dengan halaman lampiran di akhir berupa statement bahwa suamiku akan terus bekerja di US. Dah, pokoknya ini petisi paling niat. Udah layak buat ditunjukin ke orang lain.
Suamiku beberapa kali baca, nyuruh aku ngerevisi, atau dia ngedit sendiri. Bulan Januari, aku pindahin petisi EB-2 NIW ini ke akun drive Pak Suami sekalian aku upload lampiran-lampiran seperti Google Scholar profile, PhD offer letter dari 5 kampus dan rangking setiap kampusnya, semua paper, paper review, hingga berita online yang memuat profl suami. Semua lampiran itu aku link ke petisi (dalam bentuk Google Docs). Supaya atasan suamiku tinggal baca petisinya, klik link lampirannya, bisa langsung liat filenya.
Nah, bulan Januari 2025 lalu aku sibuk. Aku lagi daftar nomor wajib pajak seperti NPWP (di sini istilahnya ITIN, Individual Taxpayer Identification Number). Terus, aku juga ikut suami mengunjungi berbagai dealer mobil karena suami pingin beli mobil baru. Ditambah lagi kami sekeluarga sakit demam dan flu yang bikin sakit badan. Alhasil, bulan Januari dan Februari, urusan petisi ini agak terabaikan.
Teken Kontrak
Minggu pertama bulan Maret 2025, kami mulai balas email dari para attorney sekalian kami masukkan link Google Docs petisi yang aku tulis. Harapannya, mereka baca semua informasi yang udah kami susun dalam bentuk petisi jadi mereka tinggal nanyain yang belum kami cantumin atau tinggal edit.
Setelah di-ghosting hampir setengah tahun, tanggapan dari North America Immigration Law Group ternyata kurang memuaskan. Pasalnya, mereka seperti mengabaikan dokumen petisi yang aku attached. Dokumen petisi yang sudah tiga bulan aku susun! Mereka menekankan bakal bikin petisi sesuai timeline dan sistem mereka. Seengganya cek dikit, kasih komen dikit, kek.
Berbeda dengan tanggapan dari New Weiming Law Group. Mereka menyatakan dengan gamblang kalau mereka membaca petisi yang aku tulis, melihat ada beberapa hal yang harus diperbaiki, dan berterima kasih atas input yang kami beri! Nah, itu baru jawaban memuaskan. Aku udah sreg sama attorney dari grup ini tapi suami bilang coba cari opsi lagi.
Itu sebabnya akhirnya aku mengirim email ke Pak Harun dari Calehr Law Firm. Sayangnya, Pak Harun langsung merespon, "Kalau kamu mau saya koreksi petisi kamu, saya perlu waktu 1-1,5 jam dengan biaya $350." Lah, Pak, paling enggak cek dulu dikit boleh, gak? (emot memohon)
Selain ketiga attorney di atas, kami juga mengirim petisi yang aku tulis ke atttorney yang disewa kantor suami untuk mengurus visa O-1. Respon mereka lebih advanced, menyiapkan sejumlah pertanyaan lanjutan untuk menggali isi petisi lebih jauh! Aku cerita lebih lengkapnya lain waktu, insyaAllah, karena prosesnya 11-12 rumitnya dengan EB-2 NIW ini.
Aku meyakinkan suamiku untuk pakai jasanya New Weiming Law Group karena harganya lebih terjangkau ($5000 termasuk 4 recommendation letter), sangat responsif, dan balasan emailnya paling memuaskan. Akhirnya, tanggal 7 Maret 2025 suamiku tanda tangan kontrak dan bayar setengah legal fee-nya ($2500).
Tanggal 10 Maret 2025, Yuanyuan Zhang, attorney yang biasanya berbalas email denganku, bilang kalau bakal meng-assign case manager. Tak lama datanglah email dari Xiao Yang yang akan menangani kasusku. Dia ngirim link folder Dropbox berisi seluruh petunjuk pengerjaan, timeline, contoh dokumen, dan juga tempat nantinya aku upload semua dokumen pendukung petisi.
Proses Menyiapkan Petisi bersama Attorney
Saatnya menceritakan proses panjang yang menguras tenaga dan emosi huehehe
Waktu pertama buka folder Dropbox itu, aku terkesima dengan isinya. Kompleks, tapi sistematis. Di dalamnya ada delapan folder.
- Exhibition 1: Surat rekomendasi
- Exhibition 2: Latar belakang akademis
- Exhibition 3: Paper yang sudah dipublikasikan
- Exhibition 4: Ringkasan citation
- Exhibition 5: Highlight citation
- Exhibition 6: Pengalaman jadi reviewer paper
- Exhibition 7: Ranking conference/journal
- Folder contoh dokumen
Berdasarkan petunjuk pengerjaan, aku seharusnya menyiapkan dokumen terkait pembuatan surat rekomendasi dulu. Karena ini bakal jadi salah satu proses yang banyak komunikasi bolak-balik. Masalahnya, suamiku itu suka terlalu sibuk sama kerjaan padahal di step ini, harus ikutan bolak-balik ngereview dan ngirim email. Jadilah aku milih ngumpulin dokumen selain buat bikin surat rekomendasi.
Berikut ini langkah-langkah yang aku lakukan sesuai timeline sambil menjelaskan isi foldernya:
Folder Ex. 2, Ex. 3, dan Ex. 6
Di dalam folder Exhibition 2 aku harus memasukkan berbagai dokumen yang menjelaskan latar belakang pendidikan suami. Misalnya, CV, diploma (ijazah), transkrip, halaman depan paspor, stamp visa terbaru, I-20 (dokumen visa F1), I-94 (dokumen kedatangan di US), EAD (work authorization), job offer, slip gaji, dan surat pernyataan research plan.
Harusnya mah gampang ya, tinggal upload. But there's a catch. Ternyata CV-nya harus disesuaikan dengan contoh yang ada di dalam folder contoh dokumen: ada ringkasan riset yang salah satu poinnya menyatakan betapa pentingnya riset ini sampai di-cite oleh seorang profesor berkaliber. Pusing? Sama! Makanya aku skip dulu urusan CV.
Aku lanjutin yang gampang dulu yaitu di Exhibition 3. Aku tinggal download pdf semua paper yang pernah di publish sama suami terus upload ke folder ini.
Selanjutnya, dokumen yang tinggal upload hanya dengan sedikit mikir adalah Exhibition 6. Buat ngumpulin bukti bahwa suamiku pernah jadi reviewer paper di conference, aku harus login ke akun yang dipakai buat review. Terus aku download halaman situs di mana suami ngasih komentar ke paper yang disubmit. Totalnya ada 22 halaman situs yang aku download dan aku highlight nama suami satu demi satu. Pasalnya, dalam satu halaman memuat review dari 2 sampai tiga orang.
Ternyata, ngurusin ginian aja habis waktu sekitar 2 minggu.
Folder Ex. 1, Ex. 5, dan CV
Inilah proses paling kompleks yang harus aku kerjakan selama mempersiapkan aplikasi EB-2 NIW. Ketiga hal di atas (surat rekomendasi, CV, dan highlight citation) memiliki keterkaitan satu sama lain dengan satu tujuan: membuat argumen yang kuat bahwa project suami itu penting dan dikenal luas. Maka, aku harus mengidentifikasi siapa saja orang di bidang akademia maupun industri yang tahu dengan project suami. Caranya, aku harus menelusuri satu demi satu citation (orang yang mengutip paper suami). Berdasarkan data di Google Scholar, waktu itu, ada 175 dokumen yang mengutip paper suami.
Aku harus mengusahakan bisa men-download ke-175 paper tersebut dari halaman profile Google Scholar suamiku. Sayangnya, ada beberapa paper yang berbayar. Alhasil, aku harus mencari ulang di search engine hingga mencari "bajakannya" di Sci-Hub.
Beres mendownload, aku harus baca satu demi satu paper itu. Aku mendata penulisnya siapa saja, dari universitas mana, negara mana, orang terkenal di bidangnya atau bukan, juga kontaknya. Data ini aku kumpulin di spreadsheet. Terus, aku juga harus baca gimana tendensi mereka waktu mengutip papernya suamiku. Apakah memuji project suamiku atau mengkritik?
Dari situ aku tahu, kalau orang-orang yang menulis paper ini kadang-kadang juga asbun. Aku bilang ke suami kalau salah satu papernya banyak dikutip tapi dikritik karena bisa menyebabkan ledakan memori. Suamiku bilang, "Loh, justru project-ku itu bisa menghindari ledakan memori." Lah piye.
Dengan cermat, aku berusaha mengidentifikasi kata-kata positif dari paper-paper mereka saat mengutip paper suami. Kalau aku udah cukup desperate, asalkan tidak ada kata negatif, aku anggap mereka mengutip dengan tendensi positif. Pasalnya, aku harus mengejar setidaknya setiap project suami punya 1 kutipan positif di paper orang lain.
Nah, setiap kutipan positif itu aku highlight di file pdf-nya. Aku juga harus meng-highlight nama suami di bagian daftar pustaka. Lalu aku kumpulkan paper yang mengutip secara positif dalam beberapa folder sesuai dengan project mana yang dikutip. Selanjutnya, aku pilih mana paper yang penulisnya berkaliber di bidangnya. Misalnya, profesor yang udah tua, dari universitas keren, atau profesor yang punya banyak penghargaan.
Dari proses panjang itu (sampai satu bulan lebih), aku menemukan 9 nama. Orang-orang ini tersebar, ada yang di US, China, Jerman, hingga Korea Selatan. Lanjut, aku mulai mengisi dokumen daftar penulis surat rekomendasi di folder "Exhibition 1: Surat rekomendasi." Lalu, paper-paper yang komentar positifnya sudah aku highlight, aku masukkan ke folder "Exhibition 5: Highlight citation."
Selain masukin dokumen, ada juga dokumen yang harus aku tulis sendiri, seperti research statement (ringkasan project yang paling berpengaruh luas, entah citationnya banyak atau lolos conference yang saingannya ketat), rangkuman citation highlight (aku kumpulin semua komentar positif dari paper orang lain), dan CV. Tentu saja semua ini dibantu ChatGPT. Yang agak ribet, dokumen yang ditulis sendiri kayak gini harus melewati proses tulis-review-revisi-review yang bolak-balik antara aku dan suami. Mana kadang suami juga sibuk, terus nunda-nunda mereview.
Soal CV, aku gak bisa pakai CV suami yang biasa dia pakai buat lamar pekerjaan. Pasalnya, attorney minta CV-nya disesuaikan dengan format yang mereka kasih untuk menonjolkan project-project yang menonjol. Hal paling aneh dalam format CV ini adalah adanya rangkuman citation. Jadi, aku harus menuliskan project suami itu sekeren apa (bisa karena lolos di conference bergengsi yang rangkingnya bagus atau di-cite sama orang keren di bidangnya).
Karena CV terbaru suami sudah diringkas sedemikian rupa sehingga banyak pengalaman terdahulu yang dihapus, aku harus buka semua CV yang pernah ditulis suami, ada belasan jumlahnya. Aku buka lagi dokumen ringkasan timeline perjalanan riset dan pendidikannya suami. Aku buatin lagi CV suami sesuai urutan yang disarankan. Buat CV sendiri aku bikin sampai 5 versi! Pasalnya, setelah jadi satu versi dan di review sama suami, pasti ada aja yang kurang. Revisi, edit, versi baru. Gitu aja terus sampai suami merasa cukup. Makanya, buat benerin CV aja habis dua mingguan.
Nah, akhir bulan April, kami mulai mengirim email ke calon pemberi surat rekomendasi sambil menyantumkan CV terbaru ini. Supervisor suami waktu S3 dan supervisor di kantor sudah setuju mau menjadi perekomendasi. Plus dua orang lainnya: profesor dari Korea Selatan dan Jerman.
Jadi, tanggal 30 April 2025 aku bilang ke attorney ada 4 orang yang setuju jadi perekomendasi. Silakan para attorney itu buat draft surat rekomendasi yang katanya bakal jadi dalam waktu dua minggu.
Lanjut ke bagian 4 ya.
Posting Komentar
Posting Komentar