Ilma Hidayati Purnomo

Proses Green Card (Bagian 2)

Posting Komentar

Sudah setahun keluarga kami pindah dari Chicago ke Seattle. Itu berarti sudah hampir setahun juga pikiranku dihantui dengan urusan apply Green Card (GC)/permanent residency. Waktu pertama kali datang ke sini dan mulai tanya-tanya soal GC kepada mereka yang sudah berpengalaman .... jujur, asing banget rasanya ngurusin hal ini.

Bagiku, status GC ini kayak nanggung. Bukan berupa visa untuk tinggal sementara tapi juga tidak memberi status tinggal untuk selamanya. Belum lagi, tingkat keribetannya 50x lebih ribet daripada ngurus visa biasa padahal aku udah berpengalaman mengurus visa Schengen yang sempat ditolak, visa pelajar US, dan visa Canada.

Ditambah lagi syaratnya aneh-aneh: harus dapat surat rekomendasi dari orang yang belum pernah kerja bareng tapi tahu project yang pernah suamiku kerjakan. Iki panganan opo jal e? -_-

Persiapan

Perjalanan meraih GC dimulai sejak September 2024. Waktu itu kami mulai dengan browsing di Google dulu. Kami pelajari dua jenis visa pekerja yang digadang-gadang cocok bagi lulusan PhD dan tidak memerlukan endorsement perusahaan, yaitu EB-1A dan EB-2 NIW. 

Dua tipe ini adalah GC yang bisa diperoleh pekerja dengan mengajukan sendiri petisinya. Pasalnya, suamiku tidak bekerja di perusahaan besar yang bisa mendukung pemrosesan GC. Alih-alih, perusahaan tempat suami kerja hanya bisa mendukung pengajuan visa sementara bagi pekerja (namanya O-1). Visa ini sifatnya sementara dan harus diperpanjang setiap tahun.

Balik lagi soal hasil browsing di Google. Kami berhasil menemukan beberapa blog orang-orang yang menulis sendiri petisinya tanpa bantuan profesional (immigration attorney/pengacara keimigrasian). Contohnya:

  1. Razvan Marinescu, dari Romania, postdoctoral di MIT bidangnya AI untuk kedokteran, EB-1A, https://razvanmarinescu.github.io/green-card-I-140/ https://x.com/razmarinescu/status/1503338647864680452
  2. Andrey Solovyev, dari Rusia, postdoctoral di bidang organometallic chemistry, EB-1A, http://andreychemist.github.io/
  3. Alexey Inkin, dari Rusia, IT, EB-1A, https://medium.com/@alexey.inkin/my-eb-1a-extraordinary-ability-green-card-petition-which-was-approved-on-the-first-attempt-ff949d853868
  4. Hoosidin, dari Korea, postdoctoral di bidang plant biology, EB-2 NIW, https://hoosidin.blogspot.com/2024/08/eb2-niw-example.html

Sambil mencari contoh-contoh petisi yang dibuat sendiri tanpa bantuan attorney, kami juga browsing attorney secara online buat cari tahu berapa biaya yang mereka tawarkan dan seperti apa servisnya. Umumnya kami diminta mengisi kuesioner di situs mereka dengan data dan kualifikasi diri setelah itu mereka menghubungi kami via email. Berikut ini beberapa attorney yang kami hubungi:


1. North America Immigration Law Group

Grup pengacara ini mengklaim sudah memembantu 61.000 klien mendapatkan visa EB-1A, EB-2 NIW, dan O-1. Dari review orang-orang yang dibantu law group ini, banyak di antara mereka yang memiliki kualifikasi lebih rendah dibanding suamiku. Kami nilai grup pengacara ini punya kredibilitas baik.

Kami masuk ke halaman situs https://www.wegreened.com/Free-Evaluation. Kami menjawab sekitar 20 pertanyaan tentang data diri, latar belakang pendidikan dan pekerjaan, jumlah citation, jumlah publication, jumlah paper yang pernah direview, serta upload CV. 

Dua hari setelah mengisi kuesioner itu, kami mendapat email balasan beserta lima pertanyaan yang beranak pinak dan jawabannya harus mikir keras. Kayak harus jelasin apakah di pekerjaan yang sekarang bakal terus melakukan riset lalu apakah hasil risetnya bisa diakses luas juga kudu jelasin detail rencana risetnya seperti apa. Lah, emangnya aku bisa jawab apa?!

Selain sejumlah pertanyaan yang bikin pusing, mereka jelasin detail soal servisnya. Berdasarkan kualifikasi suamiku, attorney itu bilang kalau kami cocoknya apply EB-2 NIW karena buat EB-1A itu standarnya ketinggian wkwkwk. 

Mereka bilang nanti case kami akan ditangani oleh seorang attorney khusus yang tahu bidang pekerjaan suamiku. Lalu, jika ketika apply ke USCIS dan mendapat penolakan, kami bisa minta pengembalian biaya pengacara 100% atau bantu submit ulang tanpa tambahan biaya.

Nah, soal biayanya kami diberi tiga pilihan. Kalau mau bikin petisi tanpa recommendation letter (RL), cukup bayar $5000. Kalau mau sekalian dibikinin 2 RL, bayar $5300. Kalau mau dibikinin 4 RL, bayar $5600. Mahal euy, gimana kalau bikin sendiri aja?

2. New Weiming Law Group

Kalau grup pengacara ini lebih humble. Mereka gak nyantumin klaim fantastis di situsnya. Waktu kami mau isi kuesionernya di https://www.nwmlaw.com/, pertanyaannya juga simpel. Utamanya masukin CV aja.

Sekitar seminggu kemudian, kami dapat email dari grup pengacara ini. Isi emailnya cukup singkat. Mereka bilang kalau kasus suamiku punya kesempatan besar lolos EB-2 NIW. Mereka udah bantuin 1.100+ klien juga udah punya pengalaman 15 tahun+. Biaya jasa mereka $5000 saja. Flat rate gitu. Sudah termasuk dibuatkan 4 RL. Kalau dapat penolakan dari USCIS, mereka bantu submit ulang tanpa tambahan biaya. 


3. Calehr Law Firm

Waktu dulu tinggal di Chicago, kami pernah berkunjung ke rumah keluarga Indonesia. Rupanya, bapak pemilik rumah adalah lulusan ITB juga, tapi sudah puluhan tahun lalu. Waktu suamiku ngobrol dengan beliau soal green card, beliau merekomendasikan seorang pengacara yang tinggal di Texas. Pengacara ini adalah Pak Harun, seorang laki-laki keturunan Indonesia.

Suamiku pernah menghubungi Pak Harun melalui WhatsApp. Suamiku menanyakan soal visa O-1. Sekitar awal tahun 2025, aku pernah ikut webinar yang diselenggarakan oleh beberapa pengacara keimigrasian. Webinar ini membahas berbagai isu imigran seperti deportasi dan pembatalan sepihak visa F-1. Kebetulan Pak Harun menjadi salah satu pembicara dalam webinar ini.

Aku jadi tahu kalau Pak Harun bisa berbicara Bahasa Indonesia dengan lancar. Suami bilang, sebaiknya aku hubungi Pak Harun juga untuk apply GC. Kan bakal lebih gampang buat berkoordinasi kalau bisa ngobrol pakai Bahasa Indonesia.


Menulis Petisi Sendiri

Setelah mendapat email dari grup pengacara 1&2, aku tidak langsung membalas kedua email itu. Lalu, aku juga belum menghubungi Pak Harun tahun lalu. Biar ceritanya sesuai timeline, aku cerita soal menulis petisi dulu, ya.

Setelah dapat gambaran biaya pengacara minimal $5000, suami memintaku menulis petisi sendiri. Awalnya, aku masih idealis. Bisa lah aku bikin petisi sendiri, ntar sebelum submit ke USCIS, baru minta attorney buat editin. Jadi, kami cukup bayar biaya perjam. Paling cuma ratusan dolar.

Mulai bulan Oktober, seminggu awal aku mulai bikin outline. Bab 1 isinya rangkuman prestasi. Bab 2 penjabaran setiap prestasi (sebagai expert di bidang distributed system, didukung oleh recommendation letter, dapat banyak job offer, membahas citation, dll).

Awalnya masih lancar, lama-lama aku mulai overthinking. Ini aku harus nge-trace semua pencapaian pak suami seumur hidupnya?! Mana aku kalau nanya-nanya ke suami, dia malah bilang, "Pokoknya kamu cari dulu, nanti aku lengkapin." Gilirannya kalau aku ke skip sesuatu yang pernah dibilang sama suami, aku kena semprot. KAN KESEL.

Minggu selanjutnya aku bikin timeline sejak suami kuliah. Aku cari semua CV berbagai versi yang pernah suami tulis sejak beliau kuliah satu dekade lalu. Setidaknya ada sepuluh CV yang aku buka di masing-masing desktop Macbook (jadi aku tinggal swipe aja kalau mau liat). Ngumpulin CV-nya juga dari menyisir ribuan email. Soalnya laptop ini kan baru dibeli suami pas lulus S1, gak ada file CV lamanya di sini.

Lalu, aku buat ringkasan kegiatan dan pencapaiannya dari CV dan email yang sekiranya memberi gambaran detail apa yang pernah dia kerjakan. Hmm, harusnya, kalau ini beliau sendiri yang nulis kan gampang, yak? Kan beliau yang pernah ngerjain ini semua. Beliau juga yang tahu detailnya. Cuma, beliau sedang sangat sibuk di kantor tapi pingin urusan petisi ini juga beres (:

Berhubung suami udah ngejar-ngejar (a.k.a mulai menekanku) supaya ada petisi yang bentuknya kalimat berhalaman-halaman, minggu selanjutnya aku mulai membuat petisi dibantu ChatGPT. Suami nyuruh aku subscribe ChatGPT premium yang $20/bulan. Di situ aku belajar berinteraksi yang benar dengan ChatGPT. Gimana caranya nyuruh ChatGPT nulis seperti yang aku mau. Jadi, aku harus mikir terus ngasih masukan apa biar tulisannya sesuai rancangan di otakku.

Akhirnya, tercipta juga petisi v1 sebanyak enam halaman. Sudah mengikuti outline yang ditulis di awal Oktober. Sudah ada introduction, penjabaran background akademik (termasuk pernah dapet offer letter PhD dari mana aja), ringkasan project yang banyak di-cite, pengalaman jadi reviewer paper di conference, dll.

Minggu terakhir bulan Oktober aku memoles petisi v1 hingga lahirlah petisi v2. Sudah dilengkapi daftar bukti apa saja yang yang mau dilampirkan segini banyak:

Education Background:
  1. CV
  2. Screenshot Google Scholar profile suami
  3. Ijazah dari University of Chicago
  4. Transcript S3
  5. Screenshot ranking UChicago di US maupun di dunia, juga khusus Computer Science Department
  6. Offer Letter UChicago
  7. Offer Letter StonyBrook University
  8. Offer Letter University of Wisconsin-Madison
  9. Ijazah ITB
  10. Transcript S1
  11. Screenshot ranking ITB
Journal:
  1. "EVStore" 3 halaman pertama
  2. Screenshot ranking ASPLOS (conference tenpat EVStore dipublikasikan)
  3. "FlyMC" 3 halaman pertama
  4. Screenshot ranking Eurosys (conference tenpat FlyMC dipublikasikan)
  5. "E2E" 3 halaman pertama
  6. Screenshot ranking SIGCOMM (conference tenpat E2E dipublikasikan)
  7. "PBSE" 3 halaman pertama
  8. Screenshot ranking SOCC (conference tenpat PBSE dipublikasikan)
Bukti jadi reviewer 18 paper: Screenshot dan highlight nama Daniar (18 dokumen).

Media:
  1. Screenshot berita STEI ITB sama terjemahan ke Bahasa Inggrisnya
  2. Screenshot berita UChicago
Jadi total ada 40+ dokumen yang aku kumpulkan. Ini masih belum lengkap :)

Nah, setelah sebulan penuh pikiranku dipenuhi oleh segala hal yang berhubungan dengan menulis petisi, selama bulan November aku tidak menulis sama sekali. Lanjutan ceritanya bakal aku tulis di Proses Green Card (Bagian 3).
Ilma
Ibu rumah tangga yang kadang belajar hal baru, menulis, memasak, atau ngajar anak. Saat ini tinggal di Amerika Serikat.

Related Posts

Posting Komentar