Ilma Hidayati Purnomo

Cara Berpakaian dan Citra Diri

12 komentar

Pilihan pakaianmu menunjukkan bagaimana kamu melihat dirimu sendiri dan bagaimana kamu ingin orang lain melihatmu.

Orang lain melihat aku berbadan kurus, padahal aku melihat diriku sendiri berbadan gendut. Itulah mengapa aku lebih nyaman menggunakan pakaian gelap.

Orang lain menilai aku sebagai perempuan anggun, padahal aku merasa jiwaku tomboy. Itu sebabnya dulu aku lebih nyaman menggunakan kemeja longgar daripada kaos berenda.

Yang paling parah adalah, aku merasa wajahku baby face. Namun ternyata, waktu aku masih SMP udah dipanggil "Bu" sama pramusaji di kedai donat!


Cara Berpakaian dan Pengaruh Lingkungan

Mamaku pernah cerita bahwa sejak aku bayi, Mama jarang memakaikan rok untukku. Kalaupun beliau memasangkan rok, pasti beliau mendobelkan dengan celana panjang di dalamnya. Tak disangka, kebiasaan itu terbawa hingga aku remaja. Aku jadi lebih senang menggunakan kaos/kemeja dengan celana. 

Bukan cuma soal pakaian, aku bahkan mulai melihat diriku sebagai cewek tomboy. Aku tidak tertarik dengan make up. Aku lebih suka berambut pendek seperti laki-laki. Cara berjalanku juga aku buat tidak anggun: kaki dibuka lebar dan berjalan dengan cepat. Pada masa remaja penuh krisis identitas, sempat terbesit di pikiranku keinginan untuk menjadi lelaki saja.

Anehnya, aku justru beberapa kali mendapat komentar bahwa aku tampak anggun! Mulai dari ibu-ibu tetangga hingga teman SMP. Duh, mungkin itu karena aku cenderung diam dan tidak petakilan.

Bulan Ramadan saat aku duduk di kelas 2 SMA menjadi satu titik balik. Semua siswi diwajibkan menggunakan kerudung di sekolah selama program pesantren kilat. Waktu itu aku menggunakan kerudung segi empat dengan ciput-tegak-paripurna selama sanlat. Namun, satu komentar temanku mengubah segalanya. 

"Kamu keliatan cantik pakai kerudung, Ilma."

Tenang, teman yang berkomentar adalah seorang perempuan. Komentar itu terus terngiang-ngiang di telingaku hingga aku putuskan, aku akan terus menggunakan kerudung ke sekolah, meskipun sanlat sudah berakhir. 

Sejak saat itu aku terus menggunakan kerudung hingga saat ini. Mulai dari kerudung yang pendek hingga kerudung panjang, terutama setelah aktif mengikuti mentoring di SMA dan sering mendapat siraman rohani dari teteh-teteh ukhti rohis. 

Meskipun luarnya berjilbab lebar, jiwanya tetap belum feminim. Buktinya, rambutku malah aku potong habis, lebih pendek daripada cepak! Belum lagi, waktu jadi seksi-sibuk-acara-ekskul, dengan santainya aku naik motor sambil bawa empat dus air mineral. Rok panjang tapi naik motornya ngangkang.

Masih dalam tugas seksi-bantuin-apa-saja, aku memboncengi temanku (cewek juga) naik motor sambil bawa dua bambu sepanjang 3 meter. Jangan tanya panitia cowok yang lain ke mana. Cupu semua mereka mah!


Tansformasi Diri dan Cara Berpakaian

Selama kuliah, aku lebih nyaman menggunakan kerudung lebar, kemeja longgar dan rok atau kerudung lebar dan gamis. Tentu saja penampilanku temasuk "berbeda". Total cewek di STEI angkatanku cuma 80 dari total 400 mahasiswa. Dari 80 orang, yang pakai kerudung paling hanya setengahnya. Terus, yang pakai kerudung panjang ... bisa dihitung jari.
Demikianlah kenampakanku selama masa kuliah. Ditambah kebiasaanku yang hemat ngomong selama di kampus, terbentuklah citra diri berikut ini:
  1. Kalem dan baik hati (pengakuan O, temen perempuan)
  2. "Pingin punya istri kayak Ilma" (pengakuan S, laki-laki, di depan teman-teman saat kami sedang melakukan kegiatan bakti sosial di panti asuhan. Mungkin ditambah faktor aku bisa mengendarai mobil dan mengantarkan sebagian teman-teman ke lokasi baksos. Jadi, aku termasuk perempuan yang bisa diandalkan? 🤔)
  3. "Terlalu baik buat si X" (pengakuan M, laki-laki. Konteksnya, aku lagi deket dengan cowok beda jurusan. M sejurusan dengan cowok ini. M tahu banget sepak terjang cowok ini yang juga deketin cewek lain dari jurusan lain di saat yang sama saat ngedeketin aku. M berusaha memberitahuku supaya tidak melanjutkan hubungan dengan X.
  4. Sepertinya aku cukup membuat beberapa cowok penasaran hingga berusaha menghubungiku dengan intens, salah satunya Pak Suami 😆
Setelah menikah, aku masih sangat enggan menampakkan wajah di media sosial. Sudah jauh-jauh pergi ke Eropa dengan suami pun, aku tak mau kalau suami meng-upload foto kami yang ada wajah akunya. Belum lagi, dulu aku enggan sekali untuk keluar rumah dan bersosialisasi. Sepertinya ada suatu hal yang membuatku tak pede berbincang dengan orang.

Maka, suami memintaku bertransformasi dengan mengganti gaya berpakaianku dan mulai belajar make up. Prosesnya cukup panjang dan berliku. Ada penolakan dariku yang merasa pakaianku adalah pakaian syari. Kenapa harus diganti? Ada perdebatan, kenapa aku harus berubah karena suamiku?

Hubunganku dan suamiku sempat memburuk karena hal ini. Hingga di satu titik aku ingat, sebagai istri, sebaiknya aku mengikuti apa yang diperintahkan suami. Jadi, aku mulai mengikuti saran-sarannya.

Saat aku mulai mengikuti apa yang suamiku mau, aku baru bisa melihat dengan pikiran jernih bahwa apa yang suamiku minta memang baik. Ia ingin aku lebih aktif merawat diri. Suamiku juga ingin aku bisa menampilkan citra diri yang baik, bersahabat, dan percaya diri saat berbincang dengan orang lain.

Berbagai solusi dicoba oleh suamiku. Pertama, membongkar seluruh isi lemari. Ia memintaku mencoba setiap baju dan kerudung yang ia pasangkan. Setiap aku pakai baju, aku harus vibe check dulu ke suami. Berasa punya fashion stylist pribadi, deh 😄

Kedua, suamiku mencoba mengoleskan make up di wajahku sembari menonton tutorial. Ketiga, memilihkan dan membelikanku baju serta berbagai make up, mulai dari foundation, eye shadow, sampai lipstik. Yang membuat aku terkesan, baju-baju pilihannya memang nggak boring, baik bentuknya sampai pola motifnya. Warna lisptik pilihannya juga cocok di wajahku.


Sekarang, aku merasa cantik dan memang inilah citra diri yang ingin aku tampilkan :)

Penutup

Dulu, aku mengalami ketidaksesuaian antara citra diri yang asli dengan apa yang orang lain lihat. Rupanya, itu karena aku belum tahu cara mengontrol citra diri seperti apa yang ingin aku tampilkan. Ditambah, keinginanku menjadi cewek tomboy adalah hasil dari ketidakpuasan diri akibat situasi di rumah dan belum matangnya emosi.

Kini, aku tahu cara berpakaian seperti apa yang membuatku nyaman dan membuat citra diriku semakin terpancar :)

Tulisan ini diikutsertakan dalam Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog.

Ilma
Ibu rumah tangga yang kadang belajar hal baru, menulis, memasak, atau ngajar anak. Saat ini tinggal di Amerika Serikat.

Related Posts

12 komentar

  1. My husband my stylist ya Teh Ilma. Ternyata suami yang paling mengerti apa yang pas buat istrinya. <3 <3 <3

    BalasHapus
  2. Barakallah ya Teh.

    BalasHapus
  3. So cute, masya Allah

    Suami yang bisa mengajak bukan hanya ngasih tahu doang, tapi bisa mengawal istrinya dengan praktek langsung. Alhamdulillah pas ya teh dengan apa yang diinginkan selama ini hasilnya. Barakallah teteh dan suami ^^

    BalasHapus
  4. So sweet ya suami. Tapi yang paling penting kita nyaman dengan diri sendiri ya teh ;)

    BalasHapus
  5. Teh Ilma mengingatkan saya dengan temen seprodi. Gaya berpakaian dan stylenya pun. Soal style dan make up, saya merasakan juga setelah menikah perlu mengubah gaya dan sedikit berhias. Magic, memang membuat rasa PD meningkat.

    BalasHapus
  6. Masya Allah. Keren Paksu-nya: mendukung ga cukup dengan "bossy" (nyuruh dan ngasih duit aja) tapi dengan praktek nyata! Dan teh Ilma juga bisa menerima dengan terbuka. Pasti hasilnya memuaskan dari segala aspek itu mah! 😍

    BalasHapus
  7. Hanya 1 kalimat: Masya Allah cantiknya Teh Ilma. 😍
    Suka banget dengan pilihan outfit Teh Ilma. Paling suka yang type long dress, 2 foto saat sedang bersama Suami.

    Tuh kan, Teh, ku lihatin foto Mamah Ilma, auto teringat Kim So-yeon ehehe. Mirippp

    BalasHapus
  8. Baru kali ini loh aku baca, ada suami langsung praktek make-up ke istri. Mantap...Pilihan fashion dan warnanya juga cocok sama Teh Ilma...

    BalasHapus
  9. Wah, keren suaminya. Apa pun itu, yang dipakai dan yang ditampilkan, memang sebaiknya yang paling pas dengan kita apa adanya. Selain bikin citra diri makin terpancar, rasanya juga nyaman kan yaa..

    BalasHapus
  10. Luar biasa suaminya. Barakallah teh Ilma.

    BalasHapus
  11. Uhuy keren deh paksu jadi fashion stylist pribadi dan bahkan akhirnya menemukan citra diri yang memang ingin ditampilkan. Mantap!

    BalasHapus
  12. Lucu banget sih emang trend jilbab dari tahun ke tahun. Dan dengan rajinnya, mayoritas hijaber rata-rata punya beberapa gaya ya.

    BalasHapus

Posting Komentar