Ilma Hidayati Purnomo

Pengalaman Buruk Perpanjang Paspor

Posting Komentar
Kayaknya ini termasuk My Life in Seattle Feels Like Multiple Scams, deh. Waktu dulu tinggal di Chicago, ganti paspor gampang aja. Kenapa sekarang ribet dan informasinya simpang siur gini? Mentang-mentang jauh dari KJRI -_-

23 Februari lalu aku ikut pengajian muslim Indonesia di Kota Tukwila. Ternyata pengajian diselenggarakan di gedung IPTN cabang North America. Keren juga ya, IPTN punya cabang di sini. Nah, pas sambutan orang dari IPTN-nya (mon maap lupa nama bapaknya dan jabatannya), disebutkan kalau di gedung itu juga kadang diadakam warung konsuler. 

Warung konsuler adalah kegiatan konsuler yang dilakukan di luar kantor KJRI. Biasanya buat negara bagian yang gak ada perwakilan konsulatnya. Untuk daerah Seattle, kantor konsulat paling dekat adanya di Vancouver, Canada. Sayang, aku gak bisa keluar US karena status tinggal kami lagi agak ribet. 

Perwakilan KJRI terdekat lainnya cuma di San Francisco dan Los Angeles. Rada males juga kalau kudu road trip dua hari atau naik pesawat ke sana buat perpanjang paspor. Mana pasporku expired September ini. Duh. 

Sekitar awal Maret, aku liat informasi warung konsuler di akun Instagram KJRI San Francisco. Warung konsulernya akan dilaksanakan pada bulan April di Washington State dan Oregon. Wah, kesempatan nih bisa perpanjang paspor tanpa harus naik pesawat. 

Pas aku baca ketentuannya, kok agak ribet ya? Masa pasporku harus dikirim semua ke sana. Mana pas aku cek formulir buat perpanjang paspor, formulirnya dicoret-coret gitu! (Asli aneh banget). Jadi, aku hubungin KJRI lewat email. 
Penasaran gimana corat-coretan yang kumaksud? Ini gambar tangkapan layar kalau aku akses link yang kutulis di email.
(Notes: beberapa hari sebelumnya belum ada komentar yang menyematkan link ke dokumen yang bersih--lihat sisi kanan gambar). Kalau itu belum keliatan parah, coba liat gambar tangkapan layar di bawah ini. Setelah di download, file di atas malah jadi begini .... 
Aku cek beberapa hari kemudian, kondisi dokumennya masih kayak gini. Jadilah aku terpaksa kirim email lagi buat minta dikirimin dokumennya via email aja. 

Aku tunggu sampai malam, belum ada jawaban juga. Pas suami pulang kerja dan nanya soal rencanaku perpanjang paspor, aku bilang soal dokumennya yang dicorat-coret. Terus dia mengeluarkan solusi kreatifnya. 

Dia screenshot dokumen yang online lalu dia edit, tumpuk pakai rectangle, dan voila! Jadi formulir yang lumayan bersih. Wkwkwk
Yang bikin kesel, besoknya taunya emailku dibales dan di-attach formulir yang masih bersih. 

Nah, akhirnya aku berhasil mengisi formulir yang bersih dan mengumpulkan semua dokumen yang diperlukan. Tanggal 13 Maret aku pergi ke USPS (kantor pos). 

Aku ambil amplop Priority Mail di rak USPS. Kutulis alamatku dan alamat tujuan persis seperti yang tertera di postingan Instagram KJRI San Francisco.
Pas staff USPS masukin alamat tujuan di komputernya, dia tampak bingung. Terus dia ketik ulang. Akhirnya dia bilang, "Kode posnya tidak cocok dengan PO BOX ini."
Kalau di datanya USPS, kode posnya 94147, bukan 94123.

Ya elah, ini aku juga baru pertama kali ngirim ke alamat ini. Akhirnya, aku coba liat di Google Maps. Ugh, informasi alamat gedung KJRI San Francisco juga tidak membantu. 

Karena aku khawatir bikin antrian di kantor pos makin panjang, aku minggir dulu buat nelpon ke KJRI. Aku coba telpon nomor yang tertera di postingan Instagram. Gak ada yang angkat. Malah disuruh ninggalin pesan atau kirim SMS ke nomor itu. Aku coba telpon nomor yang tertera di Google Maps. Malah gak bisa nerima telpon. Karena kesal, akhirnya aku nulis SMS yang agak panjang ke nomor telpon yang tertulis di postingam Instagram KJRI. 
Ketikanku sampai typo. Maksudku, aku telpon nomor itu dan nomor KJRI di Google Maps tapi gak BISA. Eh, malah dijawab gitu doang. Lah, terus orang lain yang baca info di Instagram gimana? Dibiarin pakai alamat yang salah aja, gitu? 

Sms itu gak langsung dibales loh. Aku kirim sms jam 1:18 dibalesnya pas aku udah di apartemen jam 4an. Mana tadi aku udah kepalang malu sama staff USPS-nya. Gara-gara aku udah telanjur nulis di amplopnya USPS.

Aku tanya, ini amplopnya bayar berapa? Beruntung gratis. Staffnya sobek gitu aja, terus dia keluarin dokumen yang udah kumasukin ke dalam amplop. Ternyata harga $10 itu udah termasuk amplop, biaya pengiriman, asuransi, dan tracking number

Jujur, ku baru tau. 

Akhirnya, kukirim juga lah semua persyaratan tanggal 26 Maret 2025 (dua minggu kemudian, ketunda terus gara-gara aku sakit flu yang tak biasa).

Setelah aku cek status pengirimannya, ternyata udah sampai tanggal 29 Maret. Yang bikin kaget, ternyata zip code post officenya memang 94123. Lah, PO BOX kan lokasinya di dalam post office. Ini kalau pasporku nyasar, GIMANA? 
Buat ngecek, aku mau tanya apakah paketku udah nyampe sekalian ngirim persyaratan perpanjangan paspor elektronik ke emailnya KJRI. 

Tanggal 1 April 2025 (dua hari kemudian) malah dapet notifikasi dari Gmail kalau emailku ke konsuler@kjrisfo.net delayed. Nah loh. Padahal dulu aku berbalas email ke alamat ini. Alhasil, aku reply email lamaku. Baru dibalas tanggal 5 April 2025. Balasannya, slot untuk paspor elektronik sudah habis, tanpa menyebutkan apakah dokumenku sudah sampai di sana atau belum.

Tanggal 17 April 2025 harusnya ada pengumuman peserta dan lokasi warung konsuler. Aku cek hari itu di Instagram @indonesianinsf, belum ada pengumuman. Besoknya baru ada pengumuman lengkapnya: alamat warung konsuler, daftar peserta, dan waktunya.

Tanggal 21 April aku juga menerima email informasi lengkap tentang warung konsuler ini. Peserta warung konsuler diminta datang dengan membawa money order (semacam cek) yang bisa dibeli di kantor pos dan amplop pre-paid

Kamis, 24 April 2025 aku pergi ke lokasi warung konsuler yang berada di utara kota Seattle. Dari rumah perjalanannya sekitar 50 menit. Sampai di sana sekitar jam 3:50 pm (jadwalku jam 4 sore). Ternyata lokasinya di gereja.

Waktu aku masuk dari pintu depan ada beberapa meja registrasi. Di meja pertama, aku diminta menulis tujuan money order (payable to KJRI) sama nulis alamat pengirim di amplop pre-paid. Lalu aku diminta menunjukkan salah satu dokumen izin tinggal bagi pelajar (namanya dokumen I-20) dan SIM. Beres registrasi, aku diminta duduk di ruang tunggu.

Sekitar 15 menit kemudian, aku dipanggil buat ambil foto dan scan sidik jari. Terus, aku disuruh nunggu lagi. Aku dipanggil lagi ke meja verifikasi data. Di sana aku ditunjukin data yang udah dimasukin ke situs imigrasi terus aku disuruh cek apakah datanya betul semua. Beres itu, kelar. Jam 4:35 pm udah beres. Masalahnya ... pulang ke apartemen butuh waktu 1,5 jam -__-

Syukur Papa dan Mamaku lagi di sini but jagain anak-anak.

Sebulan berlalu, tidak ada kabar soal pasporku. Jadi, aku balas email pengumuman warung konsuler untuk menanyakan kapan paspornya jadi. Balasannya, "Saat ini amsih antri percetakan ya, Bu. Pencetakan agak sedikit lebih lama dari baisanya sebab antriannya cukup banyak dan kemarin KJRI juga ada tugas di luar kantor dan juga kepotong hari libur."

Ya udah, tungguin aja.

Sekitar 1 bulan 3 minggu sejak warung konsuler, pasporku tiba juga di kotak pos.

Fyuh, akhirnya beres juga. Tahun depan giliran paspor anakku yang harus diperpanjang. Ugh, beneran aku harus road trip atau terbang ke California nih? 😩
Ilma
Ibu rumah tangga yang kadang belajar hal baru, menulis, memasak, atau ngajar anak. Saat ini tinggal di Amerika Serikat.

Related Posts

Posting Komentar