Anaknya itu sebenernya anteng kalau semua anggota keluarga ada di rumah. Dia bakal main sama kakaknya atau main sendiri. Gak berani bikin masalah juga kalau ada Papanya. Nah, kalau kakaknya lagi sekolah dan Papanya kerja, beuh, bisa rewel minta macem-macem. Ditambah, kadang aku harus fokus ngerjain sesuatu di laptop. Perang dunia ketiga, deh.
Mungkin dia cuma butuh kegiatan yang terstruktur dan ditemani. Aku sih seneng-seneng aja kalau disuruh nemenin dan ngajarin anakku seharian. Tapii ... siapa yang masak, cuci piring, dan bersih-bersih? Wkwkwk
Masa Pencarian
Sebelum pindah ke Seattle area, aku udah browsing sekolah di sini. Betapa terkezutt-nya aku melihat biaya $1350/bulan (https://www.isd411.org/programs-services/preschool/isd-preschool-academy). Ada juga yang gratis dari pemerintah buat low-income family.
Definisi low income ini banyak. Kalau menurut Federal Poverty Level, buat keluarga yang isinya 4 orang maksimal pendapatan pertahun $31200 (https://aspe.hhs.gov/topics/poverty-economic-mobility/poverty-guidelines). Kalau menurut Health Care Authority, buat dapet asuransi kesehatan gratis dari pemerintah, maksimal pendapatannya perbulan $5590 (https://www.hca.wa.gov/free-or-low-cost-health-care/i-need-medical-dental-or-vision-care/children). Berdasarkan dua kriteria itu, keluarga kami gak termasuk.
Emang, ya. Di US itu yang gak enak jadi middle class. Kalau miskin, banyak program bantuan pemerintah. Kalau kaya sekalian, yaa, udah gak mikirin uang. Jadi, kategori tengah-tengah yang paling gak enak. Gak bisa dapet bantuan pemerintah, padahal ngeluarin duit juga masih mikir-mikir (:
Karena aku rasanya mentok, gak kupikirkan lagi. Biarlah anak kedua kami di rumah dulu. Aku ajarin dulu. Bolehlah disebut homeschooling meskipun aku belum buatin/cariin kurikulumnya.
Tiba-tiba Kesempatan Datang
Rabu kemarin (6 November 2024), pertama kalinya anak pertamaku playdate sama temen sekolahnya. Ibunya orang Djibouti (negara kecil di Afrika Selatan). Berhubung sesama hijaber, jadi enak ngobrolnya. Aku tanyalah dulu anaknya preschool di mana.
Dia kasih tahu, dulu sekolah di Holly Street Issaquah. Dia bilang, gratis tis. Ada yang full day ada yang half day. Ada bisnya juga yang jemput sampai ke apartemen (waktu itu aku baru tau ternyata kami tinggal di kompleks apartemen yang sama). Pokoknya tinggal dateng, isi formulir, bisa masuk kapanpun.
Waw, menarique ...
Hari Kamis, aku berencana pergi ke sekolah itu. Sebelumnya, mampir ke Woodridge Elementary dulu di Bellevue School District. Kalau di BSD mah saklek. Preschool, ya bayar $1300an. No gratis-gratis wkwk
Pas sampai di Holly Street Issaquah School District, dijelasin beberapa program preschool. Mulai dari yang bayar $1300an/bulan sampai yang gratis. Pas ditanya stafnya apakah kira-kira aku bakal eligible, aku bilang gak yakin. Staf itu baik sih. Dia tetep kasihin aku formulirnya.
Tentang Punya Moral atau Tidak
Waktu aku baca secara seksama formulir pendaftarannya, aku ketawa. Dokumen yang dibutuhkan kan ada 4: bukti penghasilan, bukti jumlah anggota keluarga, bukti usia anak, dan bukti hubungan orang tua. (https://www.isd411.org/programs-services/preschool/preschool-programs/early-childhood-education-and-assistance-program-eceap). Anehnya, dalam daftar pilihan dokumen bukti penghasilan, gak diminta slip gaji tertanggal paling baru. Bahkan, kalau aku cuma kasih dokumen pajak tahun kemarin pun bisa!
Ya udah, kupikir coba aja, lah. Jumat kemarin buru-buru aku isi formulirnya dan print semua dokumen yang dibutuhkan. Terus aku jemput anak pertama dari sekolahnya, lanjut pergi ke sekolah itu. Disuruhlah aku masuk ke ruangan kantor khusus staf pendaftaran.
Setelah aku pikir-pikir, ternyata pendaftaran program preschool ini mengingatkanku ke pendaftaran Medicaid (asuransi kesehatan gratis dari pemerintah) di Illinois dan preschool di Chicago dulu. Jadi, setiap formulir yang masuk dianggap satu "case". Anak yang didaftarkan dan keluarganya "dinilai". Semakin tidak beruntung situasi dan kondisi si anak, nilainya semakin bagus, sehingga semakin layak dan berhak masuk ke program preschool gratis. (Tidak beruntung itu misalnya dari ekonomi lemah, anak dari single parent, anak adopsi, anak dengan disabilitas, anak korban KDRT, dan anak pengungsi)
Waktu staf pendaftaran itu liat dokumen pajak keluargaku, dia bilang, pendapatan setahun $60.000 itu udah ngelewatin batas. Harusnya cuma $40.000an. Dia tanya lagi, "Kan kamu baru pindah. Kerjanya suami kamu tetep sama? Gajinya tetep sama?"
Aku ragu mau jawab. Aku tahu kalau gaji sekarang pertahun udah jauh di atas tahun lalu (sekarang suamiku udah kerja di startup setelah Juni lalu lulus kuliah doktoral. Jadi, tahun lalu, yang dimaksud gaji itu biaya hidup dari kampus). Akhirnya aku bohong tipis bilang gak tau. Staf pendaftaran itu nyuruh aku kirim email ke dia buat ngasih tau gaji sekarang berapa TANPA meminta dokumen resminya.
Moralku diuji, guys ...
Malemnya, aku ngobrol sama suami. Dia bilang, jangan lah. Maksudnya, gak usah dilanjutin daftarnya. Kita kan gak masuk kriteria.
Fyuh, aku diselamatkan moral suamiku.
Anehnya, aku gak kecewa. Aku malah seneng ternyata anakku gak bakal masuk sekolah dulu tahun ini ataupun tahun depan. Soalnya, kalau mau masuk sekolah yang gratis, berarti masuk kelas Kindergarten. Minimal usianya 5 tahun pada 31 Agustus. Anakku lahir akhir September.
Sebenernya ada jalan lain, yaitu Early Entrance, supaya tahun depan dia bisa masuk Kindergarten (usia 5 tahun kurang). Tapi, anakku harus melakukan serangkaian psikotes, tes motorik, dll di psikolog dengan biaya $750 dan harus mendapat skor di atas 98 persentile. Alias harus termasuk anak KELEWAT cerdas untuk usianya.
Gila. Itu susah banget.
Penutup
Ke depannya, aku harus lebih cerdik dalam menghadapi kerewelan anakku. Mungkin di bawa ke taman buat menghabiskan energi, tapi sayangnya sekarang udah masuk musim gugur penghujan. Aku harus belajar membuat program yang mendidik dan asyik buat dia. Baiklah, saatnya belajar dari Mamah-mamah homeschooler!
Sebelum ada yang tanya "kenapa sih gak bayar $1300/bulan aja buat nyekolahin anak?", langsung di jawab aja, ya. Menurutku, itu gak worth it. Setauku, di preschool itu anak-anak kebanyakan main. Kalau mau mengasah motorik kasar dan halus, aku juga bisa usaha sendiri. Lagipula, $1300 itu setara tiket PP US-Indonesia buat satu orang.
Nah, kalau Kindergarten dan seterusnya memang gratis, tanpa memandang income.
Posting Komentar
Posting Komentar