Lagi Emosi, Jangan Nulis di Thread
Inilah pelajaran pertamaku dari kejadian ini. Jadi ceritanya gaes, aku tuh lagi kesel sama orang yang nge-reply Thread-ku sebelumnya. Aku tahu, aku salah dengan mengatakan "orang yang mengharamkan KB itu syirik" padahal aku ini fakir ilmu. Namun, komentar orang ini pedas banget. Alhasil, main lah aku ke profilnya.
Di bio ybs dipampang gede-gede "mahasiswa S3 univ XX di Jepang" gitulah. Woalah, aku ini lagi PMS dengan mood "senggol bacok." Mulai deh aku kepancing.
"Ya elah, suami gue juga S3 di luar negeri kalee. Dia aja gak mampang-mampang gituan di bionya. Gak suka debat kusir juga di medsos buat nunjukin kepinteran," batinku.
Biasa kan ya, ibu-ibu kalau udah ke-trigger suka gak mau kalah. Apalagi aku ini ibu-ibu kurang bijak yang suka kotor hati. Yang kalau ada yang pamer gaji suaminya, pingin tak sumpel mulutnya sambil bilang, "Gaji suami aku lebih gede huahahahaha" << Mohon jangan diikuti ya, Ibu-ibu 🤭🙈
Gara-gara itulah kutulis kalimat, "Gak suka debat kusir juga. Sama istri sendiri aja gak suka, apalagi sama sejawat, apalagi di media sosial" << ini Topik Pertama.
Masih gara-gara aku lagi kesel, aku tulisin sekalian "Suamiku mah rendah hati" (maksudnya gak suka menampakkan kecerdasannya apalagi sampai ngomentarin pedas ke orang lain demi menunjukkan seberapa pintar dirinya).
Terus aku lanjutin, "Ibarat kata nih ye, suami ane mau jadi influencer dengan personal branding :Anak desa yang mendunia, yaa gampil lah. Cuma die gak memilih itu." << ini Topik Kedua.
Buat mendukung topik kedua, aku tambahin kalimat "Tapi beliau memilih pakai akun IG dikunci dan cuma difollow sekian orang"
Jadi, soal "influencer" yang aku tulisin di atas itu cuma pengandaian untuk menggambarkan bagaimana hebatnya pencapaian suamiku. Gitu. Paham nggak?
Aku gak ada tendensi menjelekkan influencer. Aku akui, emang tulisan Thread aku tuh membingungkan.
Udah mah ada dua topik dengan konteks berbeda, main disambungin gitu aja. Udah kayak pasangan beda keyakinan. Yang satu yakin betul, satunya lagi gak yakin. Kan gak bisa bersandingan~
Jujur, aku kapok nulisin opini di Thread. Mending di blog, bisa dipanjangin sekalian kayak gini.
Lanjut, bahas kenapa gak jadi influencer aja.
Perkenalkan Keluarga Kami
Tak kenal maka ta'aruf. Namaku Ilma Purnomo, asal Bandung. Saat ini tinggal di Seattle, US. Aku nemenin suami kerja. Dulu, suami sekolah di sini.
Nah, suamiku yang jadi topik hot di sini, namanya Daniar Heri Kurniawan, asal sebuah desa di Trenggalek, Jawa Timur. Suamiku pernah kuliah doktoral (S3) di The University of Chicago selama 6 tahun. Dia kuliah gratis dan dapat biaya hidup, tanpa beasiswa pemerintah maupun Fullbright.
Inilah alasan suamiku gak mau jadi influencer:
1. Gak Ada Waktu
Kami bukannya gak pernah berbagi soal gimana caranya sekolah ke luar negeri, gratis, tanpa beasiswa, cuma gak ada waktu.
Nih buktinya: Aku pernah tulisin soal kuliah gratis S3 di Amerika langsung dari lulus S1 di https://www.razinisme.my.id/2021/06/kuliah-s3-gratis-di-amerika.html
Suami juga pernah tulisin di akun Mediumnya di link ini https://daniarheri.medium.com/the-road-to-get-a-ph-d-in-a-good-us-university-3404f20c612a
Kami dulu pernah bikin sejumlah video di channel YouTube kami, tapi kami sadar, itu nggak mudah. Harus ada perencanaan konten, take video, edit video, jadwalin publish. Duh, gak sanggup deh.
Suami pernah menginisiasi live video di YouTube buat jelasin S3 gratis di Amerika itu kayak gimana. Bisa ditonton di bawah ini:
Sebenernya, kalau ada yang mau aturin acaranya (suamiku tinggal dateng sebagai narasumber), dia bersedia, kok. Dulu juga pernah diundang, tapi aku belum nemu videonya.
Ada juga video bincang dengan dosen ITB, Pak Rinaldi Munir, bahas sekolah di luar negeri:
Atau mau nonton video collab kami sama influencer Indonesia di Amerika? Silakan tonton video di bawah ini:
2. Suka Berbagi, Tapi Tidak Suka Ketenaran
Itulah satu hal yang aku senangi dari suami. Waktu aku baru nikah, aku sempat tinggal di rumah mertua. Beberapa minggu setelahnya, aku diajak suami ke SMA-nya dulu. Ternyata dia bilang ke gurunya mau ngadain sesi sharing ke anak kelas 3 soal sekolah ke luar negeri.
Betul aja. Beberapa hari kemudian aku dateng ke sekolah lagi. Di aula, udah dipenuhi ratusan anak kelas 3 SMA. Suami berdiri di depan sambil presentasi dan nunjukin slide PPT yang dia bikin malemnya. Intinya dia pingin anak-anak Trenggalek yang tiap tahunnya aja jarang bisa kuliah sampai ke UI, ITB, dan UGM, bisa punya mimpi buat sekolah di luar negeri.
Dia bahkan ngasih kontak email-nya buat anak-anak itu kalau mau tanya-tanya. Kalau ada yang email buat tanya-tanya, dia bales dengan senang hati. Sesantai itu orangnya.
Setelah aku telusuri lagi rekam jejak suami, ternyata dia emang seneng banget berbagi ilmu dan pengalaman ke temen-temennya. Waktu di kampus, dia aktif bikin grup sharing buat dapet kesempatan exchange student ke luar negeri. Satu-satu temannya dibimbing buat CV, resume, dan cover letter yang bagus biar dilirik sama perusahaan atau kampus di luar negeri.
Ah, lebih dari lima kali lah dia menginisasi grup semacam ini dengan target audiens yang berbeda-beda. Ada khusus anak SMA, khusus anak Trenggalek, khusus temen-temennya, khusus anak Informatika.
Kerennya, dia gak cuma sharing "Eh, gini lho tahapannya buat kuliah di luar negeri. Kamu ikutan grup riset, publish paper, terus daftar kuliah di Amerika," tapi dia juga dengan senang hati mau follow up. Ada action-nya.
Misal, ada temannya yang mau join grup risetnya. Dia bakal bimbing di satu project bareng-bareng sampai publish satu paper di jurnal internasional. Bimbingannya itu gak kaleng-kaleng. Harus ada meeting mingguan bahas progress-nya sejauh apa.
Kalau ane mau bandingin, ada gak influencer di luar sana yang mau bantuin sejauh ini? Ehe ehe 😁
Menariknya, suami gak suka jadi tenar. Dia milih bantuin dalam diam. Senang liat temennya yang dia bantu jadi sukses. Senang liat program yang dia bantu beneran bisa bikin banyak anak Indonesia punya kesempatan sekolah di luar negeri. Kalau kalian penasaran program yang dimaksud, ini programnya https://sites.google.com/site/garudailmukomputer/about
Sekarang namanya Garuda ACE bisa daftar di sini https://scele.cs.ui.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=38018 atau hubungi Prof. Haryadi Gunawi, atau tanya-tanya ke suamiku juga bisa.
3. Ada Prinsip yang Dipegang
Suami punya prinsip, apapun yang dibagikan di media sosial sebaiknya orang lain tidak perlu tahu konteks/cerita lengkapnya seperti apa. Makanya, yang dia share di IG itu kebanyakan video dagelan wkwk.
Kami juga peduli dengan privasi. Hanya sedikit yang bisa kami bagikan di media sosial dan sebisa mungkin hanya hal yang bermanfaat. Kalau jadi influencer kan, meleng dikit, jadi share kehidupan pribadi. 😅 Kami menghindari hal itu lah.
Kesimpulan
Aku mengakui salah dengan menjadikan platform Thread-ku sebagai venting kekesalanku. Terima kasih buat teman-teman yang udah komentar dan udah baca blog ini sampai selesai. Semoga tidak ada kesalahpahaman lagi di antara kita ya. Sehat selalu. Semoga kita bisa silaturahmi lagi di media sosial tanpa ada perasaan negatif 😊😉🙏🙏
Penutup
Biar gak tegang amat, aku kasih video lucu-lucu yang sengaja aku save di Instagram. Selamat ketawa!
Posting Komentar
Posting Komentar