Ilma Hidayati Purnomo

Membeku di Kebun Binatang

Weekend kemarin rasanya malas mau melakukan apapun. Di dalam apartemen, dingin. Di luar, membeku. Belum lagi tamu bulanan lagi mampir. Rebahan sudah jadi jalan ninja.

Jam setengah tiga sore saya baru bangun tidur siang. Tiba-tiba saja suami bilang, "Brookfield Zoo gratis hari ini."

Waduh, seriusan mau ke kebun binatang di suhu segini? Batin saya.

"Tutup jam 5." Dia melanjutkan.

Buru-buru saya browsing hari gratis masuk kebun binatang, berapa lama perjalanan ke sana, dan berapa real feel di luar.

"Pergi gak, nih?" tanya suami mencari kepastian.

"Kalau bisa siap-siap kurang dari setengah jam, jalan ke sana setengah jam, masih ada waktu sejam buat di kebun binatang. Boleh aja. Asalkan, nggak perlu mandi!" Kata "mandi" memang saya beri penekanan. Dingin, males buat mandi. Tidak sempat juga.

Buru-buru saya sikat gigi, memoles make up, serta menyiapkan sejumlah winter gear buat diri sendiri dan anak-anak. Jam tiga lebih kami betulan keluar dari apartemen.

Saya menarik gagang pintu sisi sopir. Ternyata pintu itu tersangkut. Alhasil, saya harus masuk dari sisi penumpang dan "melompat".

Selama perjalanan hingga memasuki interstate, semua aman. Kami mulai merasa hangat di dalam mobil. Mobil yang kami kendarai juga tidak mogok.

Krek!

Tiba-tiba, pintu di sisi saya sedikit terbuka! Angin mulai terasa masuk ke dalam. Pada dashboard mobil muncul peringatan pintu kiri depan terbuka.

Saya panik. Bagaimana kalau tiba-tiba pintu terbuka lebar di tengah kecepatan mobil 65 mph? Suami bilang, tarik saja pintunya. Anehnya, tidak bisa ditarik juga. Harus dibuka lebar dulu, baru ditutup.

Tak lama, kami keluar interstate. Suami mengarahkan saya untuk belok kiri. Aneh. Padahal saya baru saja melihat petunjuk Brookfield Zoo ke arah kanan.

"Parkiran di sini yang gratis," ucap suami sambil meminta saya meminggirkan mobil di area pemukiman.

Bentar. Suhu di luar -20 derajat Celcius (-4 derajat Fahrenheit). Sebentar lagi kebun binatang ini tutup. Ini juga pertama kalinya kami pergi ke daerah ini. Lalu, masih memilih tidak parkir berbayar di area kebun binatang? Wah! 

Saya diam dan memilih membantu merakit stroller. Anak-anak saya minta turun untuk duduk di stroller. Mereka saya berikan selimut penghangat yang tersambung ke baterai.

Kami berjalan 200 meter. Wajah dan hidung rasanya kaku. Suami meminta saya menutup wajah dengan tangan yang dibalut gloves.

Suami yang mendorong stroller terasa kian cepat. Entah kenapa kaki saya terasa pegal. Napas juga makin pendek-pendek. Sesak!

Mulai tampak pagar pembatas ke kebun binatang. Ternyata, dari posisi saat itu, kami harus berjalan memutari pagar hingga sampai ke gerbang masuk.

Memasuki area kebun binatang, kami segera mencari gedung yang bisa dimasuki. Beruntung ada gedung staf yang pintunya bisa dibuka. Di dalam gedung itu tak ada orang, gelap juga, tapi hangat.

Saya dan suami mulai tertawa. Pasalnya, wajah kami kaku. Belum lagi mengalir cairan dari hidung. Wah, merusak make up saja, nih. 

Saya masih sesak. Saya coba atur napas panjang pelan-pelan. Alhamdulillah membaik.

Setelah cukup hangat, kami berjalan menuju ruangan reptil dan burung-burung. Anak-anak masih antusias melihat hewan di sana apalagi karena gedung itu hangat.

Baru kami memasuki gedung itu 15 menit lamanya, petugas kebun binatang sudah memberi pengumuman akan menutup pintu gedung. Wah, tidak setara dengan perjuangan kami untuk sampai ke sini.

Keluar dari gedung itu, kami harus mencari gedung lainnya untuk menghangatkan diri. Sayang, gedung staf yang kami masuki tadi sekarang sudang terkunci. Alhasil, kami menghangatkan diri di restroom.

Karena berjalan ke tempat parkir bersama-sama sangat tidak efektif, akhirnya diputuskan suami yang mengambil mobil. Saya dan anak-anak menunggu di restroom selama 15 menit, lalu berjalan ke arah luar.

Suami mempersiapkan diri menghadapi "medan perang" dengan menghangatkan kaki dan tangan dengan hand dryer. Saya juga inisiatif melilit kerudung ke wajah untuk melindungi wajah dari serangan hawa dingin.

Saya berjalan keluar restroom sambil mendorong stroller. Di luar sudah gelap. Tidak ada orang kecuali mobil polisi dan beberapa staf di dalam ruangan.

Sampai di mobil, saya menurunkan anak-anak dari stroller dan meminta mereka masuk ke mobil. Saya masuk ke mobil, sedangkan suami yang melipat dan memasukkan stroller. 

Saya dan suami tertawa lagi. Brrr... Dinginnya memang menantang! Ternyata jalan dari tempat mobil terparkir ke kebun binatang tadi jaraknya setengah mile (800 meter). Mungkin itu setengah mile terpanjang dalam hidup saya 😅
Ilma Purnomo (Mama Razin)
Perempuan Indonesia yang saat ini tinggal di Chicago, USA, menemani suami kuliah doktoral. Seorang ibu rumah tangga yang disibukkan oleh dua putranya (Razin dan Zayn). Suka menulis dan belajar hal baru.

Related Posts

Posting Komentar