Ilma Hidayati Purnomo

Road Trip Juneteenth (Bagian 3)

Masih pada hari yang sama seperti tulisan tentang Trip Juneteenth (Bagian 2), hari Minggu 18 Juni ini bisa dibilang lebih santai daripada kemarin. Setelah mengunjungi sumber mata air (spring water) Kitch-iti-Kipi, kami melanjutkan perjalanan selama 1,5 jam.

Selama perjalanan, suami cerita kalau sebenarnya Mas Muhsin mengalami penurunan kemampuan penglihatan waktu perjalanan malam. Makanya hari ini sebisa mungkin gak sampai malem banget buat sampai ke hotel. Jangan sampai kayak hari sebelumnya.

Nah, pengalaman dari kemarin, biasanya kan Mas Muhsin yang mengikuti mobil kami dari belakang. Pernah suatu saat, di depan kami ada truk yang pelaan banget. Ya udah, kami salip aja kan. Lha kok, kami tungguin cukup lama, mobil Mas Muhsin gak muncul-muncul di belakang kami. Malah tau-tau ada mobil lain.

Mas Muhsin pun nge-WA suamiku, nanyai lokasi selanjutnya di mana. Sejak saat itu, kami selalu kirim peta lokasi tujuan sebelum berangkat. Takutnya Mas Muhsin kepisah dari kami.

Hari ini, aku diminta suami nyetirnya santai aja. Gak usah ngebut-ngebut kayak kemarin yang sampai hampir 80 mph (128 km/jam). Jadi mobil kami bergerak santai aja, 60 mph (96 km/jam) di lajur kanan dan dibelakang truk. Tau-tau mobil Mas Muhsin nyalip mobil kami dari jalur kiri. Wkwk, rupanya Mas Muhsin lebih suka nyetir kenceng.

Tapi yaa, kenyataannya, meskipun Mas Muhsin nyetir 70+ mph, beda waktu sampainya ke lokasinya gak jauh berbeda dengan kami. Soalnya, semua orang kan nyetir dengan kecepatan yang sama di interstate. Begitu keluar interstate, masuk ke traffic biasa dan kejebak lampu merah, akhirnya kami jadi bisa nyusul.

Rupanya belakangan Mas Muhsin mengakui kalau terlalu pelan jadi ngantuk. Yaa, aku juga kadang gitu. Tapi kan ada pak suami yang lebih cerewet daripada aku. Pasti adaaa aja yang jadi bahan omongan. Kalau aku yang duduk di kursi penumpang, dijamin langsung merem wkwkwk


Jam 2:30 siang kami sampai di Mackinac Bridge, suspension bridge yang menghubungkan semenanjung bagian atas (upper peninsula) dan semenanjung bagian bawah (lower peninsula). Kami sengaja berhenti di taman terdekat untuk mengamati jembatan. Di taman itu, ada pesisir danau yang, syukurnya, pasirnya putih dan tidak bau seperti di Cana Island.

Setelah puas foto-foto, mainan batu di pantai, dan menyelesaikan urusan dengan "panggilan alam", kami melanjutkan perjalanan. Nah, ternyata untuk melewati jembatan ini, kami harus melewati gerbang tol dan bayar. 

Di bagian atas gerbang tol udah ada tulisannya mana pintu yang cash only mana yang bukan. Konyolnya, suamiku malah kekeuh nyuruh aku ke pintu yang tulisannya cash only. Daripada berantem, ya aku ikutin aja. Orang di gerbangnya bilang," Sebenernya ini buat cash aja. Tapi gapapa. Kamu boleh bayar pakai kartu." Duh, jadi keliatan bego deh -_-

Berhubung ini udah sore dan kami belum makan sama sekali sejak kemarin, suamiku ngajak makan di tempat terdekat. Terus aku nanya, menunya apa? Emangnya keluarga Mas Muhsin mau makan ginian?

Kami tahu, di daerah sini memang susah nyari makanan Halal. Mana kami juga belum makan. Jadi, bagi kami, gak masalah kalau harus makan makanan apapun seketemunya. Toh, yang ingin kami makan ini fish and chips (ikan goreng tepung sama kentang goreng) di restoran Harbor Lights Grille.

Mas Muhsin sih ikut-ikut aja tapi aku dengar istrinya bilang kalau khawatir dengan kontaminasi. (Iya, aku juga paham mungkin aja minyak yang sama dibuat goreng ayam yang gak halal). Pada akhirnya, kami pesan fish and chips ($16) dua porsi untuk dua keluarga. Istrinya Mas Muhsin gak ikut makan.

Pas beres, udah dibayarin sama suamiku. Ehh, tau-tau dikasih uang cash juga sama Mas Muhsin. Padahal kami udah pernah dibayarin, kok gak mau gantian kami bayarin? Heu

Jam 5 sore kami berangkat melanjutkan perjalanan. Mas Muhsin udah nyari tempat makanan halal di kota selanjutnya. Karena matahari juga menuju terbenam dan suamiku belum shalat, kami berencana pergi ke masjid. Setelah kami berikan informasi lokasi masjid yang mau kami kunjungi, Mas Muhsin langsung tancap gas. Ngebut di depan kami wkwk

Jam 8:10 sampailah kami di pelataran parkiran masjid Islamic Center of Saginaw. Kami lihat ada mobil terparkir di sana tapi pintunya terkunci. Alhasil, kami menggelar tikar dan lesehan di lapangan rumput sebelah masjid. Shalat Ashar di sana juga.

Mas Muhsin kembali mengecek peta, memastikan restoran makanan halalnya masih buka. Lha kok ternyata, lokasinya di kota yang sudah terlewat.

Akhirnya suami ngide beli Pizza Domino aja. Yang large dan isinya keju aja. Soalnya lagi ada promo setengah harga jadi cuma $8 aja untuk satu topping!

Jadi suamiku pesen lewat app, terus kami tinggalin anak-anak sama keluarganya Mas Muhsin. Pas lagi di jalan, suamiku bilang kalau KFC juga lagi ada promo. 8 pcs ayam cuma $10.

Tapi ya, gara-gara pembahasan makanan halal dan haram, kami jadi berdebat cukup panas. Sebenernya, maksudku cuma ngasih pemahaman ke suamiku kalau keluarga Mas Muhsin itu strict soal makanan halal. Buat kami sih, seketemunya di jalan kalau memang susah banget cari makanan halal, mau gimana lagi? Toh, pas kami sampai masjid, cek-cek makanan halal di sekitar situ udah tutup semua, makanya akhirnya memutuskan beli Pizza Domino.

Pada akhirnya, selain ngambil order pizza, kami tetap beli ayam KFC. Sesampainya di masjid, kami berikan pizza-nya ke keluarga Mas Muhsin lalu kami makan ayam di balik gedung masjid, menjauh dari yang lain. Daripada anak Mas Muhsin jadi kabita liat kami makan ayam.

Gak lama, matahari terbenam. Mulai banyak mobil berdatangan ke masjid. Beberapa orang juga bisa masuk. Ternyata, setiap jamaah perlu kunci khusus kalau mau masuk. Bahkan ada yang pulang lagi karena lupa bawa kunci.

Beres shalat dan makan, karena hari juga sudah gelap, kami coba cari hotel dekat masjid. Kami pesan kamar di Quality Inn, Saginaw. Ternyata, harga permalamnya cuma $73, padahal biasanya di kota lain, harga kamar Quality Inn lumayan mahal, di atas $90 karena kualitasnya lebih bagus dibandingkan Super 8, misalnya.

Dari pengalaman ini aku belajar, kalau mau ngerencanain road trip lain waktu, kami bisa mulai dengan memetakan hotel-hotel murah dan makanan halal. Jadi gak terjebak nginep di hotel agak mahal karena ngedadak baru nyari pas nyampai.

Yang paling aku ingat, lokasi Quality Inn berada di jalan yang namanya unik, Tittabawasse Road. Jadi penasaran, ini dari bahasa apa, ya?

Rekap Perjalanan Hari Kedua

Total dalam satu hari ini kami menghabiskan $4 untuk biaya lewat jembatan, $32 untuk makan, $38 untuk bensin, dan $73 untuk kamar hotel. Totalnya sekitar $150.

Untuk perjalanannya, total 350 mile dengan waktu perjalanan 5,5 jam.
Sumber: Google Maps
Besok bakal jadi hari yang seru karena bakal mengujungi banyak tempat lagi!

Baca tulisan selanjutnya untuk seri ini: Bagian 1Bagian 2, dan Bagian akhir
Ilma Purnomo (Mama Razin)
Perempuan Indonesia yang saat ini tinggal di Chicago, USA, menemani suami kuliah doktoral. Seorang ibu rumah tangga yang disibukkan oleh dua putranya (Razin dan Zayn). Suka menulis dan belajar hal baru.

Related Posts

Posting Komentar