Ilma Hidayati Purnomo

Pengalaman Mendaftar TK di Chicago, Amerika

Tahun kemarin, anak pertamaku baru aja masuk di Pre-K (PAUD kalau di Indonesia) bulan Agustus akhir. Nah, bulan September-nya, aku udah ancang-ancang daftar buat masukin anakku ke Kindergarten. Jadi, teman-teman, kalau ingin sekolah di public school, kita sebaiknya daftar setahun sebelum anak kita masuk sekolah. Wkwk

Perbedaan Cara Mendaftar Pre-K dan Kindergarten

Sekarang kan anakku sekolah di Ray Elementary School kelas Pre-K. Di sekolah yang sama juga menyediakan kelas Kindergarten. Apakah bisa tinggal melanjutkan saja? Sayangnya tidak, karena pendaftaran Pre-K dan Kindergarten adalah dua sistem yang berbeda untuk Kota Chicago.

Singkatnya begini, pendidikan di Kota Chicago terbagi dua: Pre-School dan pendidikan dasar. Untuk Pre-School, kita bisa mencari informasi dan mendaftar melalui situs Chicago Early Learning. Menariknya, di situs ini ternyata ada banyak banget resource yang disediakan oleh Kota Chicago untuk orang tua selain urusan sekolah anak. Ada informasi soal nutrisi (dan sokongan makanan gratis), bimbingan untuk anak yang mengalami keterlambatan perkembangan, dan program-program lainnya.

Nah, untuk pendidikan dasar di sekolah negeri, kita bisa akses situs Chicago Public School (CPS). Pendidikan dasar ini mulai dari Kindergarten, Elementary (grade 1-8), dan Highschool (grade 9-12). Sekolah negeri di sini secara umum gratis, kecuali field trip atau ada iuran tertentu (tapi nominalnya kecil).

Selain beda situs untuk mendaftar, wilayah zonasinya juga berbeda. Untuk Pre-K, radius zonasinya 1.5 mile dari sekolah, sedangkan untuk Kindergarten ke atas, radius zonasinya 1 mile. Lalu, sekolah yang terdaftar dalam Chicago Early Learning tidak hanya public school. Pas milih sekolah harus hati-hati karena kalau bukan public school, pasti ada tuition fee.

Sederhananya, begitu. Nyatanya, pembagian sekolah di Kota Chicago tidak sesimple itu. Selain ada private school (sekolah swasta), di dalam CPS sendiri ada beberapa tipe sekolah, di antaranya Magnet, Gifted, dan International Baccalaureate.

Cara paling sederhana untuk memasukkan anak ke sekolah adalah datang ke sekolah berjarak 1 mile dari tempat tinggal atau cek di situs CPS untuk melihat tempat tinggal kita masuk zonasi sekolah yang mana lalu tinggal daftar. Udah, anak bisa langsung sekolah di tempat itu dan saat itu juga. Tapi kalau gak ada tantangan kan gak seru, ya. Wkwk. Let's spice this up a bit.

Magnet School adalah sekolah yang terspesialisasi dalam satu bidang tertentu, misalnya bahasa asing, seni, sains, bahkan Montessori. Bukan berarti jadi sekolah IPA atau sekolah seni, cuma lebih fokus ke satu bidang. Anak tetap belajar semua hal tetapi beda porsinya atau beda metodenya. Nah, jenis sekolah ini gak cuma menerima murid dari neighborhood boundaries (anak yang tinggal di zonasinya). Namun, kalau kita tinggal di luar zona, kita harus ikutan waktu pendaftaran tertentu dan nama anak kita akan dikocok dalam lottery. Tidak ada testing.

Gifted School adalah sekolah bagi anak-anak yang punya kecerdasan di atas rata-rata. Kalau di Indonesia mungkin sekolah ini mirip kelas akselerasi. Anak yang ingin sekolah di sini harus daftar pada waktu open enrollment (waktu pendaftaran terjadwal) lalu mengikuti tes.

International Baccalaureate School adalah "inquiry-based, concept-driven framework that aims to develop self-directed thinkers and reflective problem solvers". Ya gitulah, mungkin mirip sekolah berstandar internasional kalau di Indonesia.

Jadi, anak pertamaku ikut daftar yang mana?

Pengalaman Mendaftar Kindergarten di Kota Chicago

Sebelumnya aku udah pernah nulis tentang bagaimana aku mendaftarkan anakku ke Pre-School di Kota Chicago. Kali ini timeline open enrollment-nya emang agak ajaib. Anakku baru mencicipi sekolah untuk pertama kalinya selama sekitar dua bulan dan aku udah harus daftar buat tahun depannya, wkwk. Jadi tanggal 25 Oktober aku masukkin pilihan sekolah Kindergarten untuk tahun ajaran 2023-2024.
Mendaftarkan Anak TK di Chicago
Di open enrollment ini, aku bisa milih 25 magnet school dan 5 pilihan gifted center (bisa di rangking). Akhirnya, aku pilih dua sekolah untuk magnet school (sekolah anakku sekarang dan satu sekolah lagi yang lumayan dekat) dan satu sekolah gifted center yang dekat dari rumah. Setelah itu aku pilih jadwal tes tanggal 21 Desember di IIT Tower (gedung salah satu kampus di wilayah Chicago).

Konyolnya aku ya, udah tau anaknya mau tes, aku gak Googling dulu infonya tentang tesnya ini. Lempeng aja langsung bawa anak ke tempat ujian tanpa persiapan, wkwk. Anaknya sih santai aja, masuk ke ruangan sama penguji, sedangkan aku nunggu di ruang tunggu. Nunggu sekitar 45 menit terus dia keluar.

Pulangnya aku baru kena komplain suami, harusnya dipersiapkan dulu lah anaknya. Toh, cari di Google juga ada. Ternyata semacam tes potensi akademik gitu tapi soalnya dibacain sama pengujinya, anaknya tinggal milih jawaban yang rata-rata bentuknya gambar.

Yowis, nothing to loose. Kalaupun gak keterima di sekolah manapun, tinggal daftar di sekolah neighborhood aja, paling juga gak sampai setahun di sana.

Alhamdulillah, pas pengumuman tanggal 21 April kemarin ternyata anakku diterima di magnet Murray Elementary School (bukan sekolahnya sekarang) dan gifted school wkwk. Di sekolahnya yang sekarang, dia masuk waiting list nomor 51. Sekolah itu emang cukup populer di sini karena diversity-nya. Maklum, isinya anak-anak dari mahasiswa di University of Chicago.

Nah, di magnet school yang ngasih offer ke anakku, namanya Murray Elementary School, memang mayoritas muridnya African-American. Jangan salah, gifted school yang ngasih offer juga 98% muridnya orang kulit hitam, wkwk. Setelah aku cek di Illinois Report Card maupun rangking sekolah, ternyata sekolah ini, namanya Carnegie Elementary School, rangkingnya justru paling bagus di area sini (termasuk ngalahin sekolah anakku sekarang). Lagipula, untuk masuk kan perlu tes. Wajar dong, kalau sebagai orang tua, aku punya harapan bahwa sekolah ini menyelenggarakan pendidikan yang lebih serius.

So, aku mantepin diri nerima offer dari sekolah ini. Mudah-mudahan anakku udah gak terlalu kaget jadi minoritas dan bisa lebih fokus ke urusan akademik aja.

Review Sekolah Negeri di Kota Chicago

Sebagai orang tua yang menyekolahkan anaknya hampir selama setahun di sini, kayaknya aku udah bisa ngasih sedikit ulasan.

Karena ini sekolah gratis, aku memang gak banyak berharap. Ini aja udah syukur dibantuin jagain anak dari jam 8:45 pagi sampai jam 3:30 sore. Sejauh ini, anakku kelihatan enjoy di sekolah. Secara kemampuan, sebentulnya gak banyak bertambah (jauh lebih banyak yang bisa dia pelajari kalau kami ajari sendiri di rumah). Jadi, hampir setahun ini dia lebih banyak belajar bersosialisasi sama temennya.

Secara spesifik, aku suka lingkungan kelasnya. Gurunya peduli, bersemangat, dan punya banyak energi positif untuk ngurusin 15 anak dari pagi sampai menjelang sore yang mana aku ngurusin dua anak aja udah mlehoy. Beberapa kali aku dapet telpon dari sekolah kalau anakku sakit atau jatoh yang nampak parah.

Untuk penanganan konflik antar murid juga bagus. Pernah sekali anakku jatuh sampai wajahnya ngebentur perosotan karena didorong temannya. Pas aku jemput dari sekolah, gurunya emang bilang mau ngomong ke anaknya yang ngedorong itu. Besoknya, anakku dapet surat dari temennya yang ngedorong itu sbegai permintaan maaf. Sweet banget sih :')
Setiap akhir quarter (akhir musim, setara 3 bulan, mirip caturwulan kalau di Indonesia), ada pertemuan orang tua dan murid. Lebih tepatnya video conference, one-on-one, jadi satu orang tua dan guru. Sekitar 15 menit kami membahas soal perilaku anak, apa yang dia capai, dan ke depannya apa yang mau dicapai. So far so good, anak kami termasuk anak yang nurut-nurut aja. Heu

Dari tim administrasi sekolah juga kadang ngirim email kalau ada situasi yang horor, misalnya ada staf sekolah yang dapet pesan ancaman atau ada anak yang mengalami "situasi tertentu". Pernah juga aku dateng ke principal (kepsek) and parent meeting yang kukira bakal dihadiri seluruh orang tua dan taunya cuma dihadiri belasan orang tua (dari seluruh kelas Pre-K sampai grade 8). Mana aku nge-lag sama bahasannya karena aku gak tergabung ke komunitas parent-teacher (intinya, di pertemuan itu aku jadi tau gosip sekolah yang selalu struggling soal dana dan kepseknya pernah sebulan absen). Pokoknya aku cuma nitipin anak, gak pingin terlibat terlalu dalam, wkwk.

Tentang Gifted School

Jadi tanggal 2 Mei kemarin aku datang ke sekolah yang ngasih offer, buat tur khusus program Regional Gifted Center (RGC). Jam sepuluh pagi aku ke sana. Jaraknya deket dari apartemen, cuma 3 menit naik mobil.

Dari luar, aku lihat sekolah ini tidak terlalu besar. Bentuknya kotak dan sangat tertutup (tapi gak ada pagarnya). Hanya ada satu akses pintu keluar masuk untuk tamu dan orang tua. Itu pun kalau mau masuk, aku harus pencet bel dulu baru nanti pintunya di-unlock secara elektris.

Pas masuk, aku disapa sama security sekolah dan ditanya mau ngapain. Setelah bilang mau ikut tur RGC, aku diminta menunggu di kursi dekat pintu masuk. Gak lama, aku diminta pergi ke sebuah kelas di lantai 1.

Di sana sudah ada Ms. Milshap, guru 1st grade gifted center. Dia mempresentasikan tentang gifted center dan menjawab berbagai pertanyaan orang tua. Orang tua yang datang dari berbagai grade mulai dari Kindergarten sampai 5th grade. Seperti biasa, hanya aku satu-satunya orang asing. Sisanya ada white dan sebagian besar African-American.

Jadi di sekolah ini, namanya Carnegie Elementary School, ada tiga program: Neighborhood (traditional class), Regional Gifted Center (RGC), dan International Baccalaureate. Neighborhood itu kelas biasa yang bisa dimasukin setiap anak di zonasi sekolahnya.

RGC ini ternyata betulan kelas akselerasi. Jadi, anak di kelas ini bakal dikasih pelajaran minimal 1 tahun di atasnya (untuk math dan reading). Jadi buat anakku yang mau masuk Kindergarten, dia bakal dapet pelajaran 1st grade. Kalau anaknya bisa lebih dari itu, mungkin aja belajar yang di atasnya.

Nah, buat orang tua yang gak expect bakalan keterima kayak aku tentu merasa agak syok. Tenang aja, ternyata saat anak pertama kali masuk RGC bakal di-asses sama gurunya untuk melihat kemampuannya. Ms. Milshap juga cerita ada kok anak yang masuk RGC Kindergarten gak bisa baca sama sekali ternyata anak itu bisa mengejar ketertinggalan. Anak-anak itu belajarnya cepat asalkan kita paparkan dengan banyak pengetahuan (yes, itu juga yang selalu dibilang sama suamiku).

Sayangnya, selama dua tahun terakhir akibat pandem, gak dibuka kelas RGC Kindergarten. Jadi pas anakku masuk nanti jadi tahun pertama gelaran RGC lagi.

Sistem ngajarnya itu big group dan small groups. Satu kelas bakal dikasih instruksi lalu nanti anak-anak dibagi ke small groups yang bakal dirotasi. Nah, pas anak-anak mencar ini, siswa-siswa yang perlu bimbingan lebih lanjut bakal diajarin satu demi satu sama gurunya, alias one-on-one.

Untuk Kindergarten hingga 5th grade satu guru ngajar semua mata pelajaran. 6th grade ke atas baru anak pindah-pindah kelas kayak pas kita kuliah dulu.
Settingan kelasnya memang menuntut anak untuk duduk di kursi dan belajar pelajaran di meja terpisah. Untuk Kindergarten dan 1st grade anak-anak juga dikasih iPad. Anak-anak juga udah dikasih PR yang waktu pengerjaannya sekitar 15-20 menit. Anak-anak juga dapet waktu istirahat di luar ruangan selama 15-20 menit.

Satu kelas diajar sama satu guru. Jumlah siswa di kelas maksimal 25 orang. Dari pemerintah sebetulnya jatah kelas Kindergarten bisa diisi 28 anak tapi range isi murid antara 8-25 anak.

Di sekolah ini anak-anak pakai seragam. Sekolah ini public school, kok, jadi sepertinya keputusan pakai seragam atau nggak memang bergantung ke sekolahnya.

Nah, anak-anak juga kalau makan siang bakal disuruh ke cafeteria. Makanannya gratis, ada pilihan tanpa daging juga. Tapi jadwalnya dibedakan antara K-2nd grade dengan anak-anak besar. Fyuh, aku merasa agak tenang lah. Ngeri juga kalau dicampur anak-anak gede.

Yang biasanya jadi concern orang tua dari anak di kelas aksel adalah apakah mereka akan jadi sangat kompetitif sampai-sampai jadi antisosial. Bersyukur, di sekolah ini lingkungannya memang kompetitif tapi dalam artian positif. Ms. Milshap bilang gak pernah tau ada kasus anak sampai jadi antisosial.

Dia juga cerita bahwa pendidikannya bukan cuma soal akademik, tapi juga tentang social-emotional. Jadi setiap pagi, kelas akan diawali dengan pertanyaan atau studi kasus untuk mengolah perasaan anak. Kayak cara calming diri sendiri, pertanyaan tentang hal-hal favorit, hingga respon anak ketika berada dalam kasus/situasi tertentu.

Ms. Milshap bilang gak pernah ngeluarin anak dari RGC. Memang nanti bakal ada evaluasi dan hasilnya dikembalikan ke orang tua apakah mau melanjutkan atau pindah ke traditional class. Sebetulnya, standardisasi dan pengujian baru ada di 3rd grade. Jadi biasanya evaluasi paling penting pas anak kelas 3, karena ada standar yang harus dilewati.

Untuk International Baccalaureate (IB) itu untuk 6th grade hingga 8th grade. Jadi kelas ini mereka belajar kurikulum internasional dan akselerasi.

Perbandingan Sekolah Lama dan Sekolah Baru

Sekolah lama anakku itu termasuk traditional school. Gedungnya 2x lebih besar dan stafnya lebih banyak daripada sekolah yang baru. Di kelas anakku sekarang aja minimal ada 2 guru, padahal siswanya maksimal 15 orang.

Di sekolah barunya nanti memang gedungnya lebih kecil dan ukuran kelas-kelasnya juga lebih kecil. Hanya ada satu guru perkelas. Menurut Ms. Milshap, karena sekolah itu kecil, jadi lebih akrab. Stafnya kenal sama anak-anak dan orang tuanya. 

Sekolah itu juga mendapat banyak partnership, seperti salah satunya dari Farmer's Market yang kadang datang ke kelas buat ngajarin anak tentang makanan sehat hingga cara nanam buah dan sayuran.

Di kelas anakku sekarang, Pre-K, settingannya belum nyuruh anak duduk diam di kursi. Ada banyak hal yang bisa dieksplorasi sambil anak pindah-pindah, istilahnya stations. Jadi anak-anak bisa pindah ke pojokan buat baca, pojokan buat belajar matematika, bahkan ada pojokan isinya mainan.

Beda dengan di sekolah barunya yang semua kelas memang settingannya nyuruh anak duduk diam di kursi. Mudah-mudahan anakku mau. Dia termasuk nurut, sih.

Perbedaan mecolok lainnya dari sekolah lama dan sekolah baru adalah soal diversity. Di sekolah lamanya, persentase African-American hanya 60%-an, sisanya diisi berbagai ras sedangkan di sekolah barunya 98% African-American. Tapi yang aku liat selama tur kemarin, situasinya kondusif banget. Anak-anaknya anteng belajar. Mungkin karena ini sekolah yang memang mengutamakan akademik, jadi bebannya udah berat.

Meskipun begitu, tetap ada ekskul olahraga, tari, coding, seni, dan gardening. Pelajaran sekolahnya pun sudah memuat olahraga, spanish, tari, dan musik.

Enaknya sih, sekolah barunya nanti cuma berjarak 3 menit naik mobil, sedangkan yang sekarang 2x lebih jauh. Juga di sekolah barunya nanti pakai seragam, berkesan lebih niat dan lebih akademis wkwk

Oke, sepertinya aku udah cerita banyak tentang persekolahan. Kalau teman-teman ada pertanyaan soal masukin anak ke TK di Kota Chicago, jangan sungkan untuk tulis komentar atau reach me out di media sosial, ya!
Ilma Purnomo (Mama Razin)
Perempuan Indonesia yang saat ini tinggal di Chicago, USA, menemani suami kuliah doktoral. Seorang ibu rumah tangga yang disibukkan oleh dua putranya (Razin dan Zayn). Suka menulis dan belajar hal baru.

Related Posts

Posting Komentar