Ilma Hidayati Purnomo

Road Trip Thanksgiving 2022 (Part 4)

Berhubung baru sampai di hotel setelah belanja sudah jam 10 lewat, kami jadi susah tidur. Ditambah, mau dibawa ke mana rombongan ini besoknya?

Hotel Bintang Dua Harga Murah di Amerika
Tempat kami menginap Jumat Malam. Dokumentasi pribadi, dibuat dengan Canva

Rencana Perjalanan Selanjutnya

Jadi, hari Jumat kemarin itu memang udah kesepakatan. Kami bakal nyetir sampai suatu kota antara Georgia dan Florida. Pokoknya harus berhenti di kota yang lebih selatan, gak bakal berhenti di Atlanta.

Nah, hari Jumat malam itu kami melakukan brainstorming lagi. Kalau kami lanjutkan ke Florida, setidaknya butuh watktu 7 jam untuk sampai Orlando. Pasti ini satu hari nyetir dan bermalam di sana. Berarti Sabtu malam di Orlando.

Kalau udah sampai Orlando, rasanya nanggung banget kalau enggak jalan-jalan di palung Florida. Pasti pingin ke pantai di Miami atau bahkan ke Key West (ujung kepulauan di sebelah selatan palung Florida. Pasti butuh satu hari sendiri buat muterin daerah ini dan bahkan bermalam di sini. Berarti Minggu malam di Miami.

Lah, berarti baru jalan pulang ke Chicago Hari Senin? Butuh waktu 3 hari lagi buat sampai apartemen. Anak pertamaku mau bolos berapa hari? Wkwkwk. Soalnya liburnya kan cuma seminggu.

Lihat-lihat attraction di Florida pun rasanya bimbang. Ke Space Center, bayarnya $100++ tapi anak-anak belum ngerti. Ke Disney, buat berempat habis $700. Duh, kami kan hanya hidup dari uang beasiswa yang gak banyak-banyak amat. Rasanya kok sayaaang ....

Ya sudah, kami endapkan dulu rencana ini. Aku pun baru bisa tidur tengah malam. Besok paginya, setelah mandi, aku bergegas ke kantin hotel soalnya disediakan sarapan gratis. Wah, ini udah kayak surga buatku meskipun sarapan ala orang sini kan cuma roti, sereal, muffin, dan waffle. Seenggaknya, ada beberapa makanan yang bisa aku masukin ke tas dan dibawa di perjalanan. Lagipula, semalam udah beli banyak makanan dari Walmart. Pasti cukup kenyang lah.

Sesampainya di kamar, ternyata anak-anak sudah bangun. Segera aku sodorkan waflle yang aku masak sendiri di kantin hotel tadi pagi. Ternyata mereka bukan cuma bangun. Poop dari dalam popok Zayn sudah 'meledak' dan mengotori kasur. Yak saatnya cuci-cuci seprei.

Saat aku berada di kamar mandi dan sedang memandikan anak-anak, suamiku tiba-tiba muncul di ambang pintu. Dia bilang, "Kayaknya kita jalan pulang aja hari ini." Aku manut aja, Paak!

Dia bilang, kalau lanjut Florida, kami perlu menambah waktu 5 hari lagi. Kalau jalan balik, ya, enggak selama itu.

Setelah beres mandiin anak, aku masak edamame beku di microwave dan mengupas kiwi buat sarapan anak-anak. Begitulan selama perjalanan, kami makan seadanya aja. Simple aja. Terus aku serahkan edamame itu untuk dikupas sama bapaknya lalu diberikan ke anak-anak. Aku mau mandi dan dandan.

Menerbangkan Drone Sambil Nyetir

Perjalanan pada Hari Sabtu, 26 November 2022 baru dimulai jam 10.40 waktu setempat. Seperti biasa, morning routine kami adalah beli bensin seharga $25 ($2.7/gallon-Duh murah banget siiih. Di Chicago harganya bisa $3.7/gallon!)

Berhubung akhirnya kami memilih pulang, kami menjadi lebih santai. Berangkatnya gak pagi-pagi amat, bahkan gak lagi lewat interstate. Sengaja pingin liat daerah suburb di Gerogia.

Rupanya, pemandangan di sini bagus! Suasana musim gugur masih terasa sekali. Udaranya tidak begitu dingin dan daun-daun di pohon belum meranggas. Warna dedaunan pun masih beragam, mulai dari hijau, kuning, merah, hingga coklat. Belum lagi, kami masuk jalan dalam yang lurus panjang dan jaraang banget ada kendaraan yang lewat. Fix, saatnya menerbangkan drone.

Jadi, si bapak yang nerbangin drone dan mengendalikannya. Aku, tentu saja, bertugas menyetir dengan kecepatan yang cukup: gak pelan banget, tapi juga gak ngebut. 

Biasanya kami terbangkan drone di jalan yang jarang pohon. Lalu menerbangkannya sambil melaju pelan dan menurunkan drone di area yang jarang pohon lagi (biasanya di dekat ranch/rumah orang). Nah, di antara perjalanan itu, kadang pepohonannya lebat, mirip hutan. 

Ada suatu ketika, suamiku tidak bisa menemukan mobil kami dengan kamera drone. Lalu ia memencet perintah "Go Home" di kontrolernya. Lah, ternyata drone itu malah balik ke tempat tadi kami menerbangkan. Ya udah jauh lah! Ada mungkin 1 km di belakang.

Mendadak adrenalin terpacu cepat. Aku putar arah mobil lalu melaju kencang ke tempat kami menerbangkan drone tadi. Melalui layar kontroler, suamiku sambil mencari di mana posisi mobil kami. Begitu suami bilang, "Oh mobilnya keliatan!" ckiit ... langsung injak rem. Hahaha. Udah, habis itu dia kapok nge-drone di situ. Tapi ya, hasil video dari drone emang bikin berdecak kagum, kok.

Btw, nyetir pelan-pelan di jalan dalem ini aja sampai 2 jam lamanya padahal jaraknya enggak seberapa. Cuma, ya, santai aja nyetirnya. Enggak dikejar target harus sampai di tempat tertentu. Pada akhirnya, tujuan road trip kami ya ini: menikmati pemandangan selama di jalan hahaha. Bukan terburu-buru nyetir, dilanjutkan berlelah-lelah jalan/main di tempat yang dikunjungi, lalu pulang. Itu sih namanya pergi ke tempat wisata, bukan road trip.

Nah, setelah puas nyetir di jalan-jalan dekat pemukiman, kami mulai masuk interstate dan mulai memasuki wilayah Alabama. Jujur, kami sangaaat menikmati perjalanan di sini. Pokoknya kami ingin menobatkan jalan interstate di Alabama sebagai interstate terbaik. Pemandangannya bagus, jalannya mulus, orang-orangnya satuys!

Seperti jalan interstate-yang-enggak-melewati-kota-besar pada umumnya, lajurnya cuma dua tapi orang-orang nyetirnya santai. Kebanyakan mobil bahkan nyetir di sebelah kanan dengan kecepatan 60an mph. Mobil yang nyalip pun melewati kami dengan santai. Enggak ada istilahnya orang nyetir terburu-buru kayak di Atlanta kemarin.Walhasil, kami jadi bisa menikmati pemandangan sepuas hati.

Suamiku sampai merekam video berkali-kali saking kagumnya dengan perbukitan dan pepohonan di pinggir jalan. Dia sampai bilang, "Memori HPku bisa habis!"

Belum lagi kualitas jalan di sini yang muluuuus banget. Sebenernya mau nyetir kenceng pun gak bakal jadi berisik. Cuma kadang anginnya lumayan kenceng.

Nah, soal perbaikan jalan. Biasanya kan arus kendaraan dipindahkan entah ke jalan lain atau dibuatkan jalan baru. Perpindahannya tuh smooth banget. Meskipun jalannya berkelok, tapi enggak ada jalan gak rata dan aku bisa mempertahankan kecepatan awal. Gak perlu ngerem. Ah, pokoknya enak banget deh ini jalan. Sempurna!

Masjid di Dago atau di Inggris atau di US sih?

Setelah nyetir lagi 3 jam, termasuk di interstate, sampailah kami di Kota Birmingham, Alabama. Namanya mirip nama kota di Inggris, ya? Nah, yang unik, lokasi masjid ini tuh kayak naik bukit, kayak lagi ke dago atas. 

Dari parkiran, beneran bisa liat ke bawah, ke Kota Birmingham. Adem-ademnya juga kayak lagi di Dago (jaman dulu, tahun 2000an wkwkwk).

Waktu itu aku udah kebelet, perlu ke kamar mandi. Jadi suamiku foto-foto dan nerbangin drone. Sedangkan aku cari jalan masuk. Aku baru sadar kalau itu sekolah muslim. Lah, Sabtu sore gini mah sepi banget gak ada orang.

Jalan ke gedung depan, pintunya dikunci. Ke belakang, ada pintu yang buka tapi ruangannya gelap. Serem kalau sendirian. Terus akhirnya aku menemukan musholanya. Tetep, aku gak berani masuk sendirian. Nunggu suami aja heu

@ilmahid Ini di Birmingham, Alabama, USA. Tapi feel-nya kayak di Dago Atas. Mungkin aku kangen kampung halaman 🥺 #masjid #amerika #bukit #adem #pemandangan #dago #bandung #asri #jalan #virtual ♬ Pieces (Solo Piano Version) - Danilo Stankovic


Setelah dia beres buat video. Kami pun masuk ke musholanya. Ternyata di dalamnya tidak ada toilet, malah ruang mushola itu terhubung dengan dapur umum. Akhirnya suamiku memutuskan nyari tempat wudhu, sedangkan aku dan anak-anak nunggu di sana.

Setelah suami kembali, aku keluar buat cari kamar mandi. Lokasinya di gedung lain. Sepi bangeet. Mana toilet cewek gak dinyalain lampunya. Akhirnya aku milih masuk ke toilet paling ujung deket kaca biar masih ada cahaya dari luar. Terus aku juga nyalain senter HP.

Meskipun keliatannya serem kalau sepi gitu, sebenernya bangunan sekolah ini bagus, kok. Kalau liat sekolah Islam di sini tuh rasanya... Duh, pingin anak-anak sekolah di tempat ini aja (sekarang anakku masih di public school karena gak ada islamic school yang deket).

Beres shalat, kami melanjutkan perjalanan. Hari mulai gelap. Di interstate yang mostly gak ada penerangan jalan, kami dihadapkan dengan hujan sangat lebat! Mana jalan berkelak-kelok dan kiri-kanan jalan cuma pohon lebat. Ditambah lagi marka jalan tipis banget. Reflector pun gak ada. Duh, Mississippi, kalau bikin interstate yang bener, dong!

Dengan kecepatan standar, 60mph (sekitar 95km/jam), mau gak mau aku ngikutin kendaraan di depan, sebuah mobil sedan hatchback yang menarik trailer. Karena saking takutnya kami, mobil itu keluar, kamipun keluar dari interstate dan masuk daerah antah berantah.

Situasinya gelap. Gedung-gedung di sekitar tempat aku exit gak ada yang berlampu. Mau berhenti di pinggir jalan pun takut kenapa-kenapa. Akhirnya kami maju pelan-pelan, dikit-dikit sampai nemu kedai yang super terang. Mungkin karena sekitarnya gelap, toko kecil ini jadi terkesan terang banget.

Suami mulai Googling kota terdekat dan hotel terdekat. Kami pun menyusuri jalan raya yang cukup kecil. Rasanya sih kayak lagi di jalan pegunungan di Indonesia. Hanya terdapat dua lajur untuk dua arah. Kiri kanan pohon lebat dan belokannya tajam. Syukurlah jalannya halus, gak kayak di Indonesia.

Kecepatan mobilku sekarang paling hanya 60km/jam. Itu pun kalau lagi gak ada mobil yang bersimpangan aku harus nyalain lampu jauh biar jalannya keliahatan. Kalau ada mobil simpangan, aku ngerem karena silau. Kondisi tegang kayak gini berlangsung hampir satu jam lah.

Lumayan mengusir ngantuk. Pasalnya hari ini kayaknya aku udah memforsis badan to the max. Menuju matahari terbenam, pandanganku kan pasti jadi kabur. Jatohnya aku jadi ngantuk. Biasanya aku minta suamiku ngasih makan. Tapi kalau kondisi jalannya menantang kayak gini sih, mana sempet mau makan. 

Mana aku belum makan berat dari pagi. Perutku sempet perih waktu di masjid. Saat menyetir pun kepalaku sempat sakit. Pokoknya harus segera nyampe! 

Fyuh, akhirnya sampai juga di Fulton, Mississippi. Kami parkir di sebuah kompleks pertokoan untuk menenangkan diri setelah berjalan di kegelapan. Kemudian kami mulai booking hotel. Berlanjut langsung mengunjungi hotelnya untuk check in. 

Kali ini kami menginap di Days Inn, Fulton. Di hotel bintang dua ini, kami memesan kamar dengan 1 King Bed. Harga satu malam $77. Fasilitasnya lengkap seperti di Hotel Super 8, Macon, Georgia. Bahkan kamar hotel ini lebih besar! Ada sekat di dekat pintu yang kami buat gelar kursi lipat dan makan-makan. 

Setelah check in (tepatnya cuma ambil kunci, bahkan suamiku dan anak-anak tetap di mobil), kami kembali dihadapkan dengan pertanyaan mau makan apa. Awalnya kami tertarik dengan restoran Jepang yang ada hibachinya. Itu lho, yang si chefnya masak di wajan datar kayak kalau di Indonesia buat bikin roti bakar. Ntar si chefnya bakalan bikin atraksi gitu. 

Yang dimasak biasanya sayuran campur-campur, daging, kadang ada nasinya juga. Tapi 'nyemprotin' kecap dan sausnya itu kayak asal-asalan gitu heu

Di sini kesannya keren dan mewah, ya. Padahal mah, kalau di Indonesia, sama aja kayak mamang nasi goreng. Kita pesen makanannya, terus kita tonton si mamangnya masak di depan kita. Kita tungguin sampai beres, terus dia sajiin nasi goreng di meja kita. Entah kenapa di sini jadi begitu "wah" wkwk

Tapi mempertimbangkan harga satu porai bento sekitar $12 (kami perlu dua) dan belum tentu terjamin rasa dan kenyangnya, kami memilih beli ayam KFC aja. Lumayan, 12 ayam cuma $28. Dimakan berempat udah kenyang banget-nget. 

Ada insiden waktu aku lagi makan ayam. Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang keras. Aku yakin sekali, enggak ngegigit tulang. Pas aku cek gigi yang tambalannya bergeser, ternyata jadi bolong gede banget. Aku coba bersihin, malah giginya patah lebih banyak. 

Dah, malem itu udah bisa rebahan jam 8 malam. Padahal nyetirnya lumayan lama juga, sekitar 8 jam. Mungkim gara-gara gonta-ganti zona waktu. Tapi badan rasanya dah capek banget. Kepalaku sakit. Pokoknya mau buru-buru mandi terus tidur. Udah enggak peduli anak-anak masih mau berkeliaran karena di mobil banyak tidur. Jadi urusan bapaknya aja. 

Well, bapaknya tapi lagi sibuk bikin slide presentasi di iPad. Soalnya, besok paginya dia mau presentasi. Beneran deh, presentasi macam apa pada Hari Minggu pagi? Sekilas denger malah sama orang ITB. Di Indonesia berarti Minggu malem. Udah makin gak paham aja deh kerjaannya mahasiswa doktoral di sini. 

Duh enggak sadar postingan yang ini udah panjang. Lanjut di postingan berikutnya ya! 

Ilma Purnomo (Mama Razin)
Perempuan Indonesia yang saat ini tinggal di Chicago, USA, menemani suami kuliah doktoral. Seorang ibu rumah tangga yang disibukkan oleh dua putranya (Razin dan Zayn). Suka menulis dan belajar hal baru.

Related Posts

Posting Komentar