Ilma Hidayati Purnomo

Road Trip Thanksgiving 2022 (Part 3)

Kalau kemarin nyetir 5 jam, hari ini bisa berapa jam kuat nyetir ya? Kejutan apa lagi yang aku temukan di jalan?

Setelah makan siang dengan sandwich, aku nyetir lagi selama 2 jam. Lagi-lagi ganti zona waktu selama perjalanan. Jadinya, selama nyetir pun aku inget-inget, tadi mulai nyetir jam berapa, ini geser waktu berapa jam, terus begitu berhenti, langsung ambil HP, buka notes, catet semuanya!

Hari itu, Jumat 25 November 2022, cuaca sedang cerah. Aku sampai harus pakai kacamata pelindung sinar matahari selama nyetir. Alhamdulillah, pemandangan langit biru bisa kunikmati.

Tentang Interstate

Di pandangan orang awam dan orang yang baru menjajaki road trip Amerika, interstate itu jenis jalan yang menyimpan banyak makna. Pertama, ia seperti jalan tol di Indonesia yang menghubungkan antar state tapi ... menggunakan jalan ini 100% gratis. Padahal, jarak antar kota yang dihubungkan dengan interstate ini bisa lebih dari 100 miles, lho! (lebih dari 160 km)

Kedua, interstate ini juga menggambarkan besarnya usaha pemerintah setempat supaya orang-orang bisa bepergian dengan mudah. Pasalnya, kualitas jalan di sini juga lumayan bagus, meskipun setiap state ternyata punya kualitas masing-masing. Kayak di wilayah Illinois, jalannya agak kasar. Bahan yang digunakan untuk membuat jalannya memang lebih kasar. Bahkan, kalau siang hari dan cuaca panas, suara gesekan ban dengan jalan sangat berisik.

Nah, jadi masuk alasan ketiga. Interstate ini juga mencerminkan kualitas state itu dalam mengelola infrastruktur. Kalau di Illinois, batas kecepatan maksimal 65mph. Itu pun terasa kencang karena kondisi jalan yang tadi aku sebutin. Apalagi kalau ada perbaikan jalan, perpindahannya itu enggak smooth. Arus kendaraan bisa tiba-tiba dibelokin gitu aja. Mau gak mau, kita harus nyetir pelan-pelan.

Exit dari interstate pun bermacam-macam bentuknya. Ada yang percabangannya muncul secara mendadak sampai Google Maps pun ngasih petunjuknya bertubi-tubi atau terlalu mepet dengan belokan, kayak di Kentucky. Belum lagi habis exit, harus exit lagi padahal masih lanjut jalur interstate lainnya.

Terakhir, interstate ini ternyata mencerminkan perilaku pengemudi setempat juga! Nah ini bakal aku ceritain detailnya sambil jalan, ya. Biar gak spoiler.

Selama menyetir pada hari sebelumnya, pemandangan yang aku lihat selama berasa di interstate hanyalah hamparan padang kosong. Ini di wilayahnya Indiana. Berbeda dengan saat ini, selama di intertstate antara Tennessee hingga Georgia. Masya Allah, pinggir jalan interstate banyak bukit berpohon.

Jalan yang kami lewati pun berkelok dan naik turun, berbeda dengan interstate di Indiana yang kebanyakan lurus doang. Di Tennessee ini kayaknya dulunya bukit yang dipotong demi pembangunan interstate.

Lanjut ceritanya ya. Setelah makan dan nyetir dua jam, kami mampir di rest area. Buat meluruskan punggung dan memenuhi kebutuhan anak-anak untuk bergerak bebas wkwk. 

Rest area di interstate itu terbilang jarang. Mungkin ada di setiap 70an miles (di atas 100 km). Selain jarang, di rest area itu hampir enggak ada apa-apanya. Pokoknya jangan dibandingkan dengan rest area di tol di Indonesia yang udah kayak kompleks pertokoan.

Rest area di sini biasanya cuma terdiri dari parkiran dan sebuah gedung. Isi gedungnya cuma toilet dan vending machines. Nah kalau ada information center, barulah isinya agak menarik seperti rest area yang aku kunjungi di wilayah Georgia ini.

Selama aku meluruskan punggung dan leher dengan jalan-jalan ke gedung rest area, suamiku mulai nerbangin drone wkwk

Kira-kira nyetir 1.5 jam lagi, kami mulai merasakan keanehan pada interstate yang kami lewati. Mulai dari jumlah lajur yang mendadak jadi banyak (sampai ada 7 lajur! Padahal biasanya cuma ada 2 lajur, kalaupun mau masuk kota, maksimal 4 lah) hingga pengendaranya yang super ngebut. Mobil nyalip dari kiri dan kanan dengan kecepatan 90an mph (yakin deh mobil-mobil itu pasti 140km/jam). Bahkan mobil yang merging (masuk ke jalan interstate dari jalan biasa), kuenceng banget. Udah kayak bullet keluar dari pistol, kata suamiku.

Panik, mobilku yang tepat berada di lajur tengah-tengah, bikin aku gak berani pindah ke lajur manapun. Pokoknya harus segera keluar dari sini. Lanjutin terus jalan lurus, deh.

Gak lama, kami melihat gemerlap lampu malam dan pemandangan gedung-gedung tinggi. Oalah, ini toh Kota Atlanta? Gils banget sih pengendaranya. Pada punya 100 nyawa ya?

Serius deh. Selama aku nyetir di state sebelumnya, orang-orang gak ada yang se-bar-bar ini nyetirnya. Fix, kayak orang kebelet pipis pengin cepet sampek. Masalahnya, sebagian besar mobil kayak gitu! Berarti ini udah budayanya orang Atlanta.

Fyuh, bersyukur deh dulu enggak jadi pilih Georgia Institute of Technology. Udah dapet offer dari sini juga, tapi suamiku milih di UChicago. Padahal dulu pas diskusi mau pilih kampus mana, dengan segala pertimbangan, aku pinginnya di Gatech. Yah, mana tau juga orang-orang di sini nyetirnya kayak gini.

Lepas dari Atlanta, kami dihadapkan dengan kondisi jalan yang lagi-lagi bikin pusing. Ternyata wilayah Georgia yang kami lewati ini merupakan perbukitan. Jalanan yang kami lewatin banyak naik-turun dan berkelak-kelok dengan sudut yang lebih kecil dari biasanya.

Parahnya, ditambah ada kabut juga! Mana ini udah malem, gelap, gak ada penerangan, berkabut, gimana aku bisa lihat jalan di depan? Belum lagi windshield (kaca depan) pun sering berembun. Suamiku sampai repot ngurusin suhu AC buat ngepasin supaya enggak berembun baik di luar kaca maupun di dalam kaca.

Akhirnya, aku memutuskan ngebuntutin kendaraan yang cukup pelan. Suamiku selalu cek Google Maps, jalan di depan kayak apa. Dia ngasih aba-aba, belok kanan atau kiri, serong kanan atau kiri dan sudutnya berapa. 

Akhirnya setelah 1,5 jam nyetir dengan kondisi kayak gini, sampailah kami di Macon, Geoergia. Kami pun mencari masjid terdekat. Setelah diarahkan suami, kami sampai di bangunan mirip kompleks pabrik. Gedungnya besar-besar (lebar gitu) tapi sepiii banget. Serius masjidnya di sini?

Perjalanan Chicago ke Georgia
Islamic Center of Macon. Sumber: Google Maps

Setelah mengelilingi gedung ini dan memastikan sudah tutup (karena ini sudah jam 8 malam), kami pun memilih mencari hotel. Kami menginap di Hotel Super 8 dengan harga $79. Di hotel bintang 2 ini kami memilih kamar dengan 2 Queen Beds. Menariknya, di sini ada free breakfast. Di dalam kamar juga dilengkapi hair dryer, kulkas, dan microwave. Aku jadi membenadingkan dengan hotel yang kami kunjungi di hari sebelumnya. Sama-sama hotel bintang 2 dengan harga yang mirip, kok yang ini bisa dapat banyak?

Setelah merebahkan badan sebentar, kami memutuskan untuk keluar jam 9 malam buat cari makan. Tempat makan pastinya udah pada tutup karena hari ini masih hari libur (Black Friday). Jadi kami memutuskan ke supermarket Walmart. Di sana kami beli apel, edamame beku yang tinggal dimasak di microwave, air, roti, dan kaos rangkapan juga pakaian dalam buatku. Totalnya habis $51.

Kesimpulan Perjalanan Hari Kedua

Pada Jumat 25 November 2022, kami sudah melewati dua state baru: Tennessee dan Georgia. Total waktu perjalanan 8 jam dengan jarak 796 km. Mirip-mirip jarak Bandung-Surabaya tapi kalau di Indonesia waktu tempuhnya 9,5 jam (katanya). Pernah nyobain nyetir Bandung-Surabaya cuma 9,5 jam? Hmm

Perjalanan Chicago ke Georgia

Pengeluaran kami untuk hari ini adalah beli bensin $37, beli sandwich di Subway $27, beli bensin lagi $15, kamar hotel $79, dan belanja di Walmart $51. Totalnya $209 (setara Rp 3.200.000an). 

Dari dua hari perjalanan darat ini aku belajar beberapa hal. Pertama, ternyata enggak masalah cuma makan berat satu kali sehari. Gak laper-laper amat pas nyetir. Lagipula, kalau kekenyangan, takutnya ngantuk.

Kedua, ternyata enggak masalah cuma punya baju sedikit. Selama dua hari, aku pakai baju yang sama. Nah, di hotel ini, dalaman dan kaos rangkepanku dicuci pakai shampoo terus dikeringin di depan heater wkwk

Terakhir, kalau lagi perjalanan gini aku jadi benar-benar menghargai mandi dan tidur. Baru sampai hotel pasti mandi air panas. Pagi-pagi sebelum berangkat juga mandi lagi. Merebahkan badan di kasur benar-benar terasa nikmatnya. Beuh

Ternyata perjalanan hari ini beneran membawa kami lebih jauh ke arah selatan menuju Florida. Tapi, yakin nih mau lanjut sampai Florida? Perdebatan seru terjadi di hotel pada malam ini. Baca di bagian selanjutnya ya!

Ilma Purnomo (Mama Razin)
Perempuan Indonesia yang saat ini tinggal di Chicago, USA, menemani suami kuliah doktoral. Seorang ibu rumah tangga yang disibukkan oleh dua putranya (Razin dan Zayn). Suka menulis dan belajar hal baru.

Related Posts

Posting Komentar