Ilma Hidayati Purnomo

Belajar Mengedit Tulisan Bersama Editor Kenamaan

Inilah dinamika kehidupan bersama dua balita. Ikut Zoom meeting cuma bisa hadir 10 menit. Itu pun bukan di sesi materi, tapi di sesi perkenalan. Apa boleh buat, jadwalnya jam 7 malam bertepatan dengan jam tidur anak-anak. Mana mungkin mereka mau tidur tanpa aku di samping mereka.

Sebagai salah satu anggota Writing Club IMSIS (Indonesian Muslim Society in America-Sister) a.k.a juga sebagai admin bayangan wkwk, aku merasa perlu menghadiri pertemuan online bulanan sesama anggota. Kali ini, dihadirkan pula seorang pakar editing yang akan membantu anggota writing club untuk mengedit naskah yang diterima dalam proyek buku tahun 2022.

Cara Menulis untuk Pemula
Sumber gambar: Facebook Group Writing Club IMSIS

Ia adalah Bu Julie, begitulah panggilan moderator kepadanya. Nama panjangnya Artha Julie Nava. Ia adalah seorang Certified Personal Branding Strategist, Certified Social Branding Analyst, dan Penulis. Ia menyediakan jasa yang keren-keren lah, pokoknya. Ia juga sudah menulis dan mengedit 30an buku. (Waw, Writing Club IMSIS kalau ngundang narasumber pasti kelas kakap, ya)

Dengan judul pertemuan: Let's Write Your Story, Bu Julie memulai presentasi dengan penemuan terbesar sejarah peradaban manusia adalah ketika nenek moyang kita berhasil menciptakan simbol. Pasalnya, hal ini membantu seseorang untuk mengerti orang lain dengan menuliskan isi pikirannya. 

Apalagi ketika ilmu kepenulisan berkembang, ditambah penemuan media tulis, juga percetakan, semua ini membuat peradaban manusia semakin berkembang. Ini juga yang menjadi salah satu perkembangan peradaban Muslim di masa lampau. Sayangnya, sempat terjadi beberapa insiden. Mulai dari pemangku jabatan kekhalifahan yang kurang peduli dengan perkembangan ilmu pengetahuan, hingga penyerangan dari Mongol yang membakar dan membuang buku-buku di perpustakaan Baghdad ke sungai Tigris.

Selanjutnya, Bu Julie memaparkan tentang "Mengapa Kita Menulis?" Standar ya, setiap materi kepenulisan pasti kita akan diingatkan lagi dengan Big Why-nya. Intinya bukan semata-mata karena uang, bisa karena keahlian (kalau kita bisa menerbitkan buku tentang masakan, orang akan menilai kita ahli dalam memasak), hiburan, healing, dokumentasi, dan lain-lain.

Bu Julie lalu membahas soal writing industry in US. Untuk bagian ini, aku kuran tertarik sih. Memang lagi tidak condong ke menguangkan hasil tulisanku hehe

Nah, slide selanjutnya bikin senyum-senyum sendiri karena membahas soal hal-hal yang sering membuat orang ragu untuk menulis. Mulai dari merasa tidak ada hal menarik dalam kehidupannya yang bisa diceritakan, ngeri dengan penulis lainnya, hingga kurang skill dan motivasi.

Di slide selanjutnya, kita ditenangkan dengan berbagai fakta bahwa setiap orang punya kisah hidup masing-masing (yang pasti berbeda dengan orang lain), banyak orang cari teman senasib untuk mencari solusi, dan banyak orang yang perlu pengetahuan yang kita miliki. There's no such thing as remahan rempeyek. Enggak perlu mengecilkan diri sendiri.

Jadi bagaimana cara menulis? Semudah menulis pengalaman pribadi saja. Entah itu mendaftarkan anak ke sekolah, hobi, menulis untuk diri sendiri, hingga untuk menambah skill. Kapan menulis? Sesuaikan dengan jam biologis atau punya slot sendiri. Di mana menulis? Bebass, medos, diary, hingga blog. Intinya, Just Write! Presentasi pun berakhir.

Sesi selanjutnya adalah perkenalan anggota yang hadir serta target editing naskah pada pertemuan kali ini. Nah, aku hadir di sesi ini tapi cuma bertahan 10 menit wkwkwk. Dan sesi perkenalan ini habis satu jam sendiri :)

Nah, aku kan nonton ulang rekamannya. Ternyata, sesi selanjutnya yang harusnya buat praktek ngedit bareng-bareng, masih ditunda minggu depan. Yah, ini bagus sih, jadi saling kenal antar anggota, cuma ya, rasanya kurang efisien waktu, begitu...

Ternyata permintaan Bu Julie, naskahnya dalam bahasa Indonesia dulu baru di translate. Lah, naskah yang aku submit malah dalam bahasa Inggris. Mana enggak sampai 300 kata. Aduh piye :(

Well, ternyata artikel ini membutuhkan part selanjutnya :)

Update: ternyata aku kelupaan meeting selanjutnya. Haha. Gak ada part selanjutnya deh. Skip banget 😅


Ilma Purnomo (Mama Razin)
Perempuan Indonesia yang saat ini tinggal di Chicago, USA, menemani suami kuliah doktoral. Seorang ibu rumah tangga yang disibukkan oleh dua putranya (Razin dan Zayn). Suka menulis dan belajar hal baru.

Related Posts

Posting Komentar