Ilma Hidayati Purnomo

Orang Muda dengan Narasi yang Luar Biasa

Seribu orang tua hanya dapat bermimpi. Satu orang pemuda dapat mengubah dunia. ➖Ir. Soekarno Hatta

Kata mutiara Bapak Plokamator kita tidak muluk-muluk. Online Gathering Eco Blogger Squad yang diadakan pada Jumat, 20 Oktober 2023 lalu menjadi saksi tiga pemudi pengubah dunia.

Tiga srikandi muda Indonesia ini menunjukkan semangatnya menjaga bumi Indonesia lewat gerakan dan komunitas yang mereka prakarsai. Inilah tiga orang muda dengan narasi yang luar biasa.

Konsumsi Pangan yang Sustainable

Kak Jaqualine Wijaya ialah anak muda yang menjadi Co-Founder dan CEO Eathink Movement. Organisasi sosial-bisnis yang dipimpinnya mengedukasi masyarakat Indonesia untuk lebih bijak dalam mengonsumsi makanan.

Tentang Eathink Movement

Organisasi ini awalnya adalah komunitas yang diprakarsai oleh Kak Jaqualine bersama teman-teman kuliahnya di jurusan teknologi pangan. Awal mulanya, komunitas ini bergerak untuk meningkatkan awareness masyarakat soal isu food sustainability

Kini organisasi ini berkembang menjadi organisasi sosial-bisnis yang masih memegang prinsip awal, untuk mengedukasi masyarakat, juga melakukan sejumlah bisnis yang terkait. Di antaranya membuat program pembelajaran melalui workshop, kelas, maupun modul online, serta membantu menawarkan produk UMKM lokal yang mendukung food sustainability.

Sistem Pangan Berkelanjutan (Sutainable Food System)

Menurut FAO, sistem pangan berkelanjutan adalah sistem yang memastikan ketahanan pangan dan tercapainya nutrisi yang cukup bagi semua orang. Di dalam sistem ini mencakup komponen ekonomi, sosial, dan lingkungan yang tidak bisa dikompromikan sebagai dasar tercukupinya nutrisi hingga generasi selanjutnya. 

Sederhananya begini. Semua orang perlu makanan. Namun, apakah boleh terus menerus hutan digunduli untuk dijadikan lahan pertanian? Inilah salah satu studi pangan berkelanjutan.

Diagram pangan berkelanjutan. Sumber: FAO

Tiga Isu Pangan Berkelanjutan

1. Sustainable agriculture

Proses produksi makanan menghasilkan emisi gas rumah kaca. Bahkan, 1/3 emisi gas rumah kaca di bumi berasal dari proses produksi makanan, terutama dari peternakan hewan.

Sumber: Our World in Data, Joseph Poore and Thomas Nemecek 2018

Buat saya yang suka masak gulai sapi beserta sumsum tulangnya, fakta berikut ini menyesakkan dada. Produk daging sapi meninggalkan jejak karbon 60 kali lebih banyak dibandingkan beras! Haduh, saya sudah berkontribusi banyak dalam produksi gas rumah kaca :'(

Sumber: Our World in Data, Joseph Poore and Thomas Nemecek 2018

Secara umum, makanan hewani meninggalkan jejak karbon 10 sampai 15 kali lebih banyak daripada makanan nabati. Kenapa? Karena dibutuhkan pembukaan lahan dan produksi pakan hewan juga menghasilkan gas metana yang tinggi.

Selain isu gas rumah kaca, produksi makanan juga melibatkan deforestasi. Isu yang tidak asing di Indonesia adalah pembakaran hutan untuk membuka ladang sawit.

Ada satu fakta deforestasi di Indonesia yang cukup meresahkan. Indonesia menempati peringkat pertama pembukaan lahan terbanyak di dunia per total area daratan, yaitu sebanyak 15% total area daratan per tahun. (Sumber: Earth Alliance from IPCC Report - Mitigation of Climate Change, 2022)

Poster dibuat dengan Canva

Isu lainnya adalah soal air bersih. 72% air bersih digunakan untuk pertanian secara global (Sumber: UN-Water 2023). Padahal air bersih yang tersedia di dunia hanya 2.5% yang juga digunakan untuk minum dan industri, selain untuk sektor agrikultur.

2. Nutritional challenge

Indonesia mengalami dua sisi malnutrisi: 30.8% balita mengalami stunting sedangkan 10.9% wanita dewasa dan 6.3% pria dewasa mengalami obesitas. (Sumber: Global Nutrition Report). Jadi, masih adaa anak-anak kurang nutrisi sedangkan ada jugaa orang dewasa yang kelebihan nutrisi.

3. Food loss and food waste

Ternyata, sampah makanan dari rumah tangga lebih banyak daripada sampah makanan dari supermarket atau restoran! Datanya, di Indonesia, satu orang bisa menghasilkan 77 kg sampah makanan per tahun. Padahal dari supermarket aja, cuma 16 kg/orang/tahun. (Sumber: Economist Intelligence Unit, Food Sustainability Index 2021, UNEP Food Waste Index).

Yang jadi masalah, sampah makanan organik yang tertimbun di TPA bisa menghasilkan gas metana. Gas ini mudah terbakar. Bahaya banget dong, ya. Gas metana ini juga termasuk gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim.

Peran Konsumen dalam Konsumsi Pangan Berkelanjutan

Emisi gas rumah kaca dihasilkan tidak hanya dari bahan bakar kendaraan yang kita pakai, tapi juga makanan, perabotan rumah, apapun yang kita beli. Kita lah yang menentukan permintaan pasar terhadap energi, bahan-bahan, hingga peraturan yang menyebabkan perubahan iklim. 

Jadi, kita bisa mengurangi gas rumah kaca dengan mengubah permintaan pasar. Kita ganti kebutuhan yang kita beli yang bersifat sustainable. Lalu, kita suarakan pilihan kita dan ajak orang lain ikut serta.

Peran konsumen itu sangat penting karena people create demand. Tujuan utama kita adalah how to make better choices #OurFoodChoiceMatters➖ Kak Jaqualine, Eathink Movement, 2023

Faktor yang Memengaruhi Pilihan Pangan

Suka makanan manis atau asin? Wah, saya lebih suka cake, cookie, dan yang manis-manis gitu. Sayangnya, karena saya punya beberapa karies gigi, terpaksa saya harus mengurangi konsumsi makanan manis.

Kita semua punya preferensi. Faktor yang memengaruhi pun sangat banyak, mulai dari faktor indra perasa (termasuk di dalamnya kebiasaan makan di keluarga kita), norma yang kita anut, hingga faktor sosial dan lingkungan.

Peran Konsumen dalam Memilih Panganan yang Berkelanjutan

1. Memulai dengan diet yang sehat dan ramah lingkungan

Untuk di Indonesia, rekomendasi diet yang sehat seperti bagan di bawah ini.

Sumber: Kementrian Kesehatan RI

Berdasarkan bagan tersebut, kita perlu memilih makanan yang lebih beragam jenisnya, sesuai dengan ketersediaan pangan lokal, dan sesuai porsinya. Pilihan makanan yang sehat juga tidak berarti mahal. Contohnya, gado-gado, yang tediri dari sejumlah sayuran lokal ditambah bumbu kacang, pasti tidak lebih mahal dibandingkan makanan siap saji seperti burger.

Selain sehat, pilihan pangan kita sebaiknya juga ramah lingkungan, yaitu sesuai daerah dan musimnya, lebih banyak makanan nabati, serta makanan yang dilabeli eco-label (natural, organic, dan lain-lain). Jangan khawatir dulu ya, kita tidak perlu mengubah semuanya sekarang juga. Pelan-pelan saja, sedikit demi sedikit. Progress matters!

Jangan lupa ajak serta sahabat dan keluarga untuk memilih pangan berkelanjutan. Untuk menambah support, kita juga bisa ikut komunitas atau workshop.

2. Memerhatikan label makanan

Label nutrition fact pada kemasan makanan perlu kita amati dengan jeli. Pasalnya, tidak jarang, jumlah garam atau gula yang tertera hanya untuk 1 serving (porsi) padahal satu bungkus itu terdiri dari beberapa porsi. Kalau mau paham soal detilnya, jangan lupa cek informasi ini di media sosial Eathink Movement.

Eco-Label. Sumber: Presentasi oleh Kak Jaqualine dari Eathink Movement

3. Mencegah makanan terbuang ke TPA

Kita sebagai konsumen punya kekuatan dalam menentukan seberapa banyak makanan yang akan terbuang ke TPA. Kita bisa mengusahakan supaya stok makanan di rumah tidak berlebihan sehingga membusuk dan terbuang percuma. Tipsnya:

a. Membuat meal planning (untuk menentukan kebutuhan makan)
b. Membuat daftar belanjaan (supaya tidak lapar mata waktu masuk supermarket)
c. Mengatur makanan yang disimpan (untuk menjamin makanan yang cepat membusuk segera dimasak)
d. Menggunakan potongan sayur yang tidak dimasak dan sisa makanan kemarin

4. Mengubah narasi

Kalau biasanya penyuluhan soal pangan berkelanjutan cenderung menakut-nakuti dengan menunjukkan dampak negatif terhadap lingkungan, kini saatnya kita membuat narasi yang lebih positif. Kita ajak masyarakat untuk ikut berdaya dan merasa punya andil besar dalam menerapkan pangan berkelanjutan.

Narasinya bisa dalam bentuk kemungkinan baik seperti apa sih yang bisa terjadi di masa depan (possibility). Lalu, kita semua sebagai konsumen itu punya daya; kitalah agent of change. Selain itu, apa manfaatnya kalau kita menerapkan pangan keberlanjutan (benefit). Juga, solusi dalam bentuk tindakan apa yang bisa kita lakukan, bukan malah menghindarinya (action).

Gerakan Pemberdayaan Masyarakat yang Peduli Lingkungan

Kak Cerli Febri Ramadani adalah ketua Sentra Kreatif Lestari Siak (SKELAS). Gerakan yang diketuainya ini beranggotakan orang muda yang melakukan kerja sama multipihak untuk mengembangkan inovasi produk lokal sehingga mewujudkan kelestarian alam dan budaya serta kesejahteraan bersama.

Selain beranggotakan orang muda, ternyata struktur organisasi komunitas ini diisi oleh orang-orang dari berbagai latar belakang. Influencer, pebisnis, direktur, hingga PNS. Pasalnya, komunitas ini juga menjalin kedekatan dengan pemerintah demi tercapainya masyarakat yang berdaya.

SKELAS mendukung Visi Siak Hijau yang terdapat dalam Perda No. 4 Tahun 2022 yang berisi komitmen Pemerintah Kabupaten Siak untuk menjaga lingkungan dan keberlanjutan. Hal ini sejalan pengukuhan Kabupaten Siak menjadi Kabupaten Hijau oleh KLHK pada tahun 2012.

Fungsi Komunitas SKELAS

SKELAS memiliki fungsi di antaranya sebagai inkubator, agregator, dan akselerator; data dan informasi; serta promosi dan peluang pasar.

Dalam fungsinya sebagai inkubator, SKELAS mendorong ekonomi kreatif lestari di Kabupaten Siak. Tantangan yang dihadapi komunitas ini adalah mindset pelaku ekonomi kecil yang cenderung sempit. Misalnya, pelaku ekonomi di kelas kabupaten cenderung tidak memerhatikan packaging yang aesthetic dan ramah lingkungan.

Bagi mereka, yang penting produknya ada, rasanya enak, ada bungkusnya, berarti bisa dijual. Padahal, perdagangan masa kini tidak lagi sesederhana itu. Di sinilah peran SKELAS dalam mengedukasi masyarakat.

Dalam inkubasi, pelaku usaha akan diajarkan cara memasarkan, membuat kemasan yang bagus dan ramah lingkungan, serta memerhatikan dampak sosial dan lingkungannya.

Contoh, produk Puan Pina. Produk ini adalah hasil olahan nanas. Nah, pohon nanas ini termasuk pohon yang ramah lingkungan karena cocok ditanam di lahan gambut dan mampu mencegah kebakaran hutan.

Awal mulanya, Puan Pina ini hanya sirup nanas yang dikemas dalam botol kaca. Setelah mendapat edukasi dari SKELAS, produk ini bermetamorfosis.

Puan Pina kini punya inovasi dalam bentuk minuman kalengan siap minum. Promosinya pun ditambahkan narasi soal pohon nanas yang ramah lingkungan dan pelaku ekonominya berasal dari masyarakat. Para lelaki bekerja di hutan untuk menanam nanas dan para wanita bekerja untuk mengolah buah nanas menjadi produk.

Sumber: presentasi oleh Kak Cerli dari SKELAS

Bioenergi: Betulkah Benar-Benar Ramah Lingkungan?

Srikandi muda Indonesia yang membawakan presentasi sesi terakhir pada Online Gathering Eco Blogger Squad lalu adalah Kak Amalya Reza, Manajer Bioenergi di Trend Asia. Trend Asia merupakan akronim dari Transformation of Energy and Sustainable Development in Asia.

Trend Asia adalah organisasi sosial independen yang bertindak sebagai pemercepat transformasi energi dan pembangunan berkelanjutan di Asia, untuk saat ini masih fokus di Indonesia. Trens Asia mengkaji isu energi dan pembangunan serta mendorong solusinya.

Untuk isu energi, Trend Asia mendorong penggantian penggunaan energi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan. Sedangkan untuk isu urban, Trend Asia mengkaji penggunaan energi dari masyarakat dan mengedukasi masyarakat untuk menggunakan energi terbarukan.

Solusi yang diusulkan Trend Asia bukan hanya mendorong masyarakat menggunakan energi terbarukan tapi juga mendorong terbentuknya sistem ekonomi komunitas.

Program yang menjadi fokus Trend Asia saat ini adalah (1) Fossil Fuel, (2) Bioenergy, (3) Renewable Energy, dan (4) Critical Minerals.

Memahami Bioenergi

Bioenergi adalah suatu jenis energi yang dihasilkan dari material organik. Energi yang dihasilkan bisa dalam bentuk panas, listrik, biogas, atau bahan bakar cair. Material organik ini berasal dari pohon, hewan, sisa limbah pertanian, limbah peternakan, dan lain-lain. Material ini bisa terurai dengan sendirinya di alam.

Penerapan Bioenergi di Indonesia

Di Indonesia, saat ini pemerintah sedang melakukan penerapan bioenergi dengan metode Co-firing (metode oplos batubara dengan biomasa) di PLTU Indonesia. Seperti apa penerapannya?

Enegri listrik di Indonesia masih didominasi dari hasil pembakaran batubara di PLTU. Proses ini menghasilkan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim. 

Pemerintah Indonesia berkomitmen dalam mitigasi perubahan iklim dengan rencana menurunkan emisi hingga tahun 2030 sebesar 31.89% dengan usaha sendiri dan 43.20% dengan dukungan internasional (Sumber: NDC). Salah satu usahanya dengan berhenti membakar batu bara dan mengganti PLTU dengan pembangkit listrik energi terbarukan.

Indonesia punya banyak potensi ini. Contohnya, energi angin, matahari, mikrohidro, hingga tenaga ombak yang belum banyak dieksplorasi oleh pemerintah. Malah ....

Jeng jeng .... Pemerintah tetap bersikeras menggunakan batu bara untuk menghasilkan listrik! Lha, kok kebalikan sama komitmennya di atas? Wah, bau-baunya dah ga bener, nih.

Pemerintah menerapkan "solusi" pengurangan gas emisi dengan metode Co-firing. Dalam metode ini, batubara dan biomasa dicampur dan dibakar di PLTU. Jenis biomasa yang diterapkan adalah pelet kayu. Menurut pemerintah, metode ini efisien dan efektif karena tidak perlu membangun pembangkit listrik energi terbarukan dari awal.

Nah, masalahnya, bahan baku biomasa pelet kayu itu kan dari pohon yang ditebang. Lagi-lagi prosesnya akan melibatkan pembukaan lahan di hutan dan penanaman satu jenis pohon di hutan yang sudah dibersihkan. Pada akhirnya, malah menghasilkan emisi gas rumah kaca gara-gara penebangan hutan.

Targetnya, pemerintah mau menerapkan co-firing di 107 PLTU hingga tahun 2025. Dengan mengganti 5-10% batu bara dengan pelet kayu, setidaknya diperlukan 10,2 juta ton pelet kayu setiap tahunnya. Estimasi dari Trend Asai, diperlukan lahan hutan sebesar 2,33 juta hektare untuk memenuhi kebutuhannya. 35 kali kota Jakarta!

Kita semua sudah tahu kan pembukaan lahan akan menyebabkan banyak dampak negatif dan kerusakan. Ini sih menyelesaikan masalah dengan menambah masalah.

Ternyata, pemerintah bahkan sudah membuat pembangkit tenaga listrik yang full menggunakan biomasa pelet kayu di Kepulauan Mentawai. Saya no comment, deh (:

Sebetulnya bioenergi ini bisa diaplikasikan dengan baik apabila berbasis komunitas. Contohnya di Nusa Tenggara. Banyak orang beternak babi. Dari kotorannya, bisa dihasilkan biogas. Tidak eksploitasi lingkungan bahkan mendukung kegiatan penduduk asli.

Sebaiknya bioenergi ini tidak lagi disentralisasi programnya dari pemerintah. Kita bisa mendukung masyarakat adat yang menjaga dan memanfaatkan hutan tanpa mengeksploitasinya.

Kesimpulan

Tiga orang muda Indonesia dari tiga organisasi berbeda ini menarasikan hal yang luar biasa dalam rangka menjaga bumi Indonesia. Sisi kritis dan kreatif anak muda memang dibutuhkan untuk mencari solusi dari permasalahan lingkungan saat ini.

Jujur, saya kagum. Sebagai orang muda, saya juga ingin menjadi bagian dari solusi itu. Untuk itulah, sebagai salah satu anggota #EcoBloggerSquad, saya berharap tulisan saya menjadi suara yang membuka wawasan kita untuk sama-sama berjuang menyelamatkan bumi Indonesia.

Ilma Purnomo (Mama Razin)
Perempuan Indonesia yang saat ini tinggal di Chicago, USA, menemani suami kuliah doktoral. Seorang ibu rumah tangga yang disibukkan oleh dua putranya (Razin dan Zayn). Suka menulis dan belajar hal baru.

Related Posts

13 komentar

  1. Saya kagum dengan generasi muda yang sudah berpikir jauh ke depan...memanfaatkan secara maksimal apa yang dimiliki sekarang untuk generasi masa depan

    BalasHapus
  2. ternyata apa yang kita makan berpengaruh dengan lingkungan dalam arti yang luas ya, semua mengacu pada keberlanjutan pangan, keren sekali

    BalasHapus
  3. Keren banget ya anak-anak muda yang berperan penting menjaga lingkungan. Meal planning ini nih aku pengen buat juga mbaa jadi tau kan kebutuhan makan kita apa aja.

    Terus buat jadwal makan juga, selama ini seadanya aja kalau masak belum sampai buat jadwal huhu

    BalasHapus
  4. Miris mengetahui bahwa sampah rumah tangga lebih banyak dibandingkan supermarket.
    Artikel yang menginspirasi mbak, saya jadi banyak berpikir dan merenung nih, bagaimana pola makan di keluarga saya yang masih banyak konsumsi produk hewani, ternyata menyumbang karbon banyak
    mulai perbaiki perlahan nih

    BalasHapus
  5. Salut dengan gerakan anak-anak muda yang peduli terhadap lingkungan kita, mengambil peran dari berbagai sudut, termasuk dalam hal makanan. Sehingga kita jadi berpikir untuk tidak asal makan saja, tetapi juga memikirkan apakah dampak yang ditimbulkan dari makanan yang kita konsumsi

    BalasHapus
  6. Fakta-fakta yang dipaparkan sungguh bikin miris. Hati semakin teriris tatkala tahu kita punya andil dalam pencemaran lingkungan. Yang paling bikin sedih soal sisa makanan, sih. Katanya masih banyak yang kekurangan, tetapi banyak juga makanan yang malah menjadi sampah, sungguh ironis.

    BalasHapus
  7. Fakta-fakta yang dipaparkan bikin miris. Hati semakin teriris tatkala kita menyadari kita pun punya andil dalam kerusakan lingkungan. Yang paling sedih itu perihal sisa makanan. Di sisi lain masih banyak yang kelaparan, tetapi di sisi lainnya lagi banyak makanan menjadi sampah. Sungguh ironis.

    BalasHapus
  8. Keren nih para srikandi muda menjadi bagian dalam mengatasi permasalahan linkungan. Auto follow ig nya eathink movement. Sebelumnya aku juga belajar tentang eating clean..nah ini belajar lagi tentang pola makan yang ramah lingkungan. Sip, mari bergerak menjadi bagian dari kegiatan ramah lingkungan.

    BalasHapus
  9. Ternyata apa yang kita makan itu dampaknya berkelanjutan, miris baca fakta-faktanya dan jadi tamparan ke kita untuk menjaga pola hidup.

    BalasHapus
  10. Makanan sisa yang dibuang ke TPA ternyata bisa berpengaruh pada bumi ya mba? Jadi merasa bersalah kalau selama ini kadang suka gak abis kalau makan karena porsinya yang cukup banyak.

    BalasHapus
  11. Makanya gerakan habiskan isi piringmu tuh meski kelihatannya sepele ternyata berdampak juga buat Bumi. Yah, semoga setelah ini semakin banyak orang yang tercerahkan tentang hal ini ya mbak..

    BalasHapus
  12. Sisa sampah makanan akan menghasilkan gas metana Yang berbahaya karena mudah terbakar tapi jika diolah ini bisa sebagai ganti gas sehari- hari yang kita gunakan untuk memasak

    BalasHapus
  13. wah menginpirasi sekali mba, tanpa sadar ternyata kontribusi negatifku terhadapat lingkungan banyak sekali

    BalasHapus

Posting Komentar