Ilma Hidayati Purnomo

Menjadi Blogger yang Tidak Dijajah. Memang Bisa?

Dijajah keinginan membuat konten viral untuk mendulang view yang ternyata hoax, keinginan dapat cuan tapi bertentangan dengan idealisme, hingga dijajah para penjiplak konten. Bisakah saya Menjadi Blogger Merdeka?

Menjadi Blogger: Dulu, Kini, dan Nanti

Sebetulnya saya agak sungkan menyebut diri sebagai blogger. Pasalnya, apa yang saya kerjakan itu seringnya bergantung kepada mood dan tidak sempurna.

Dulu, tahun 2008, saya tertarik kepada blog karena mata pelajaran TIK di kelas 2 SMP. Guru saya mengajarkan cara membuat tampilan website menggunakan CMS (Content Management System) Joomla untuk tugas sekolah. Beliau juga menunjukkan, ada lho CMS lain yang bisa dicoba sendiri di rumah, yaitu blogger.com.

Saya senang sekali mengutak-atik blog secara visual. Coba ganti template, tambah gadget, dan tambah tulisan (untuk mempercantik saja). Pokoknya, saya coba explore semua fiturnya dengan berbekal buku saku mengenal blogger.com.

Akhirnya saya membuat tulisan pertama tahun 2009 yang isinya hanya biodata. Sepertinya waktu itu saya masih ragu untuk memuat tulisan di sana. Padahal, aslinya saya suka menulis, kok. Biasanya saya menulis kisah cinta di halaman terakhir buku tulis.

Dulu ...

Saya lebih banyak menuliskan curhatan galau karena saya merasa blog adalah safe space. Saya kurang percaya kalau curhat soal cinta-cintaan ke mereka. Saya merasa merdeka mengutarakan isi hati saya di tempat asing bernama dunia maya. Lagipula, siapa juga yang bakal baca blog saya kecuali sahabat yang memang suka kepo?

Bolak-balik vakum di dunia ngeblog, akhirnya saya mulai aktif menulis lagi sejak menikah tahun 2017. Awalnya karena suami ingin saya punya kegiatan selain di rumah saja. Juga, ia ingin saya lebih terbuka. Ia juga yang meminta saya ngeblog di Medium. Waktu itu, kami sama-sama suka menulis di blog dan saling pamer view yang kami dapat. 

Puncaknya, saya bisa dapat 14 ribu view dalam sebulan. Saya bahkan beberapa kali mendapat pesan pribadi atau telpon dari orang tidak dikenal yang ingin berdiskusi tentang konten yang saya tulis. Salah satu dari mereka bahkan berkata, sebaiknya tulisan saya dimonetisasi saja kalau pengunjungnya sudah banyak.

Sepertinya itu pertama kali saya sadar kalau tulisan di blog bisa mendatangkan cuan. Namun, waktu itu saya belum tertarik. Saya bilang, apa yang saya bagikan di blog bisa mendatangkan manfaat bagi orang lain saja sudah cukup membuat saya senang.

Kini ...

Sejak tahun 2021 saya mengikuti kelas ngeblog pertama kalinya  di Blogspedia Coaching, saya baru benar-benar sadar "dunia blogger" itu seperti apa. Ternyata blogger tidak sekedar menulis. Ada personal branding yang harus dibangun. Ada kesehatan blog yang harus di cek. Ada kesempatan untuk mendatangkan penghasilan melalui blog dengan S & K tertentu.

Setelah saya mengikuti dunia blogger dengan serius, anehnya, beberapa kali saya merasa tidak lagi merdeka sebagai blogger. Saya jadi ngotot ingin tulisan saya dilihat banyak orang. Saya jadi ngotot ingin terus menulis padahal ada banyak hal penting lain yang perlu dikerjakan. Apalagi kini, setelah banyak perubahan dalam kehidupan keluarga saya, suami sudah kurang setuju jika saya masih memfokuskan pikiran untuk ngeblog.

Nanti ...

Pada akhirnya saya ingin kembali kepada big why saya. Saya ingin menulis di blog untuk membagikan hal yang menurut saya mungkin bermanfaat bagi orang lain dan merekam memori yang mungkin terlupakan. Saya ingin menjadi blogger yang merdeka dari banyaknya tuntutan menjadi blogger sempurna supaya saya tetap bisa menikmati hobi menulis di blog.
Sumber: canva

Inilah Blogger Merdeka Versi Saya

1. Terlepas dari Keinginan yang Memaksa

Setelah tahu bahwa menjadi blogger bisa mendatangkan pendapatan, kadang saya lupa diri. Ingin mengambil semua kesempatan dan jadi mudah kesal ketika tidak dapat kesempatan. Saya kembali diingatkan konsep rezeki dan kapasitas diri. 

Rezeki sudah diatur oleh-Nya, tidak akan tertukar selama saya berusaha dengan baik. Bukan tidak mungkin, rezeki yang saya pikir saya lepaskan demi hal yang lebih penting, tetap akan kembali ke saya apabila Ia telah menakdirkannya.

Itu juga sebabnya, saya tidak ingin mengambil kesempatan cuan yang bertentangan dengan idealisme. Karena itu hanya akan merendahkan diri sendiri. Sebagai blogger, saya punya kebanggan membagikan hal baik yang sesuai dengan idealisme saya "di rumah saya" (re: blog).

Soal kapasitas diri, harusnya saya yang paling paham terhadapnya. Apabila satu pekerjaan sudah menguasai pikiran saya hampir setiap mau tidur dan setiap bangun tidur, itu berarti pekerjaan itu sudah terlalu banyak mengambil space otak. Saatnya saya berpikir ulang soal prioritas.

2. View Banyak Memang Bagus, Tapi ...

Lagi-lagi tidak boleh sampai membebani diri sendiri karena mengikuti semua grup blogwalking demi mencapai view tertentu. Pada akhirnya, saya keteteran dan tidak bisa menyelesaikan misi berkunjung dan berkomentar ke seluruh blog.

Lagipula, bukankah view satu orang yang berkunjung ke satu artikel yang memberikan manfaat saja bisa jadi pahala (insyaAllah)? Jadi, saya ingin fokus membuat artikel yang memberikan manfaat bagi pembacanya dengan niat ikhlas karena-Nya. Saya tidak ingin melakukan hal yang di luar batas kemampuan apalagi curang, seperti membuat artikel viral yang tidak berfaedah.

3. Konten Dijiplak?

Sejauh ini saya belum pernah (mungkin belum tahu) kalau tulisan saya di-copas. Bagi saya, inilah risiko menuliskan opini di dunia maya: semua orang bisa lihat dan semua ornag bisa membagikan. Memang betul ada teknik untuk membuat blog menjadi anti-copas seperti pemasangan kode tertentu. Namun saya rasa, hal ini tidak perlu jadi urusan panjang apalagi sampai membebani pikiran.

Saya pikir, dengan dijiplak, berarti konten saya bagus dan bermanfaat. Saya jadi bisa melihat value yang baik dari diri sendiri. Lagipula, saya tidak punya kuasa untuk menghukum penjiplak. Biar Ia Yang Maha Tahu saja yang melakukannya.

4. Di Antara Lautan Blogger, Siapakah Saya?

Saya kadang terkaget-kaget dengan profesi blogger yang kian diminati. Pasalnya, ketika masuk grup info pekerjaan untuk blogger, ternyata anggotanya ratusan hingga ribuan. Apalagi ketika saya tengok follower teman sesama blogger. Dari ribuan akun itu, banyak sekali yang mencantumkan profesi blogger beserta tautan blognya.

Lalu, di antara jutaan blogger, siapakah saya? Apa yang membuat saya berbeda? Ini bukan soal kompetisi, tapi soal personal branding.

Saya tergelitik dengan analisis personal branding Nicholas Saputra yang pernah saya lihat di Instagram. Ia tidak pernah memunculan wajah di foto feed IG, tapi perempuan ramai mengomentarinya. Ia juga jarang menerima endorse, padahal ia aktor terkenal. Apa sih yang membuat ia berbeda?

Karena dia ganteng? Banyak juga aktor ganteng. Karena dia pendiam dan misterius? Oke, mungkin ini salah satu alasannya. Karena dia punya idealisme yang kuat? Yup, ini juga. Saya bahkan baru tahu kalau dia ternyata orang yang bijak dan berpengetahuan luas.
Belajar Personal Branding dari Nicholas Saputra. Sumber: https://www.themoviedb.org/person/121964-nicholas-saputra
Pada akhirnya, personal branding adalah pekerjaan jangka panjang. Sekali kena label "blogger yang suka jiplak konten" maka susah untuk menghapus "personal branding" itu. Pun untuk mendapat predikat "blogger yang suka menang lomba blog" sama susahnya. Karena ketika nama blogger itu tidak lagi muncul sebagai pemenang, orang-orang mungkin mulai melupakannya.

Kesimpulan

Menjadi blogger yang merdeka berarti tidak dijajak dari luar dan dalam. Tidak dijajah oleh kesempatan cuan yang berlawanan dengan idealisme, misalnya. Tapi juga tidak dijajah keinginan meraup cuan yang melewati kapasitas diri. Pasalnya, big why saya sebagai blogger bukan untuk meraih pendapatan sebanyak-banyaknya, tetapi menebar manfaat melalui tulisan saya. 

Jadi, apa makna menjadi blogger merdeka versi kamu?
Ilma Purnomo (Mama Razin)
Perempuan Indonesia yang saat ini tinggal di Chicago, USA, menemani suami kuliah doktoral. Seorang ibu rumah tangga yang disibukkan oleh dua putranya (Razin dan Zayn). Suka menulis dan belajar hal baru.

Related Posts

2 komentar

  1. Menarik sharingnya. Menurut saya, blogger merdeka ya menulis sesuai passion tanpa dibebani deadline, reward, dan idealisme. Dan juga punya karakter sendiri

    BalasHapus
  2. Blogger merdeka menurutku adalah blogger yang bisa menuliskan dan memposting apa saja sebabs-bebasnya tanpa riweh dengan ketentuan dan aturan dari pake-pakem blog sehat segala macem.

    Just writing down what we like genuinely.

    Ngga mikirin nanti views nya bakal banyak atau nggak, komennya bakal banyak atau nggak, akan nambahin adsense atau nggak, dsb

    Gitu sih

    BalasHapus

Posting Komentar