Ilma Hidayati Purnomo

Ibu dan Anak Sama Saja!

"Kalau Mbak Ilma dari mana?" tanya bapak pemilik rumah setelah bertanya hal yang sama ke suami. 

"Bandung," jawabku singkat meskipun masih ada satu paragraf penjelasan yang rasanya nyangkut di tenggorokan. 

Berbeda dengan suamiku yang bisa jawab "Trenggalek" dengan lugas dan jelas, jawaban "Bandung" buatku masih bias.

Setelah kami beres makan malam di rumah keluarga Indonesia yang tinggal di Boston, bapak pemilik rumah ternyata belum puas dengan penjelasanku.

"Bisa ngomong Bahasa Sunda, Mbak?" tanyanya sambil bersiap duduk di kursi dan menyeruput teh hangat. 

Nah ... Saatnya penjelasan lengkap :)


Takdir Jodoh Ibu dan Anak yang Mirip

Mamaku menghabiskan masa kecilnya di Desa Banyumudal, Kecamatan Moga, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Berada di ketinggian 500m dari permukaan laut, udara di Kecamatan Moga cenderung adem. Kabut pagi, air keran yang mengalir langsung dari mata air gunung, dan suara riuh siswa-siswi SMP 1 Moga hanyalah sedikit yang bisa kunikmati kalau liburan ke sana. 

Lokasi rumah orang tua Mamaku tidak biasa. Kalau mau menjelaskannya, Mamaku pasti akan mulai dengan: masuk ke gerbang SMPN 1 Moga di Jalan Simpang Tiga Moga. Telusuri terus jalan utama menuju gedung sekolah. Terus belok kiri melewati 3 lapangan besar. Nah, di balik gedung sekolah itulah rumah orang tua Mamaku.

Rumah orang tua Mamaku betul-betul ada di dalam kompleks sekolah. Aku masih ingat ada mushola kecil di sebelah rumah Eyang. Di sebelah mushola itu ada dinding tinggi yang membatasi kompleks sekolah dengan "dunia luar" dan ada sebuah gerbang di dindingnya. Lewat gerbang itulah biasanya Eyang atau orang tuaku mengantarku ke TK. Aku sempat sekolah beberapa bulan saja di sana.

Gimana ceritanya orang tua Mamaku bisa dapat rumah di sana? Ada sejarahnya, tapi aku agak lupa. Pernah sampai mau digusur juga tapi pada akhirnya rumah itu dibeli SMP 1 Moga setelah kedua orang tua Mamaku meninggal dunia. 

Hal-hal menarik dari Kecamatan Moga yang masih aku ingat adalah kolam pemandian mata airnya yang selalu ramai orang. Aku ingat pernah tenggelam waktu usia 5 tahunan.

Selain itu, sate kambingnya juara. Papaku pasti minta dibelikan sate kambing oleh Eyang Uti (ibunya Mama) tiap liburan di sana. Jajanan pasar juga selalu aku tunggu setiap Eyang Uti habis belanja di pasar. 

Mamaku melanjutkan pendidikan SMA di Kabupaten Pemalang, lebih "kota" daripada Moga. Dari sana, Mama ternyata dapat kesempatan PMDK (masuk kuliah pakai nilai rapot) ke Universitas Diponegoro, Semarang. Di sanalah, Mama bertemu Papa. 

Gimana denganku? Sama, kok. Aku juga masuk kuliah pakai jalur nilai rapot (waktu itu namanya SNMPTN Undangan) dan dapet jodoh di kampus juga :D


Satu-satunya dan Sarjana Generasi Pertama

Papaku adalah anak terakhir dari sepuluh bersaudara. Beliau lahir dari pasangan yang tinggal Desa Banyuurip, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. 

(Eh? Kok baru nyadar kalau nama desa tempat kecilnya Papa dan Mama sama-sama diawali dengan kata "Banyu"? Dasar jodoh 😄)

Meskipun secara administratif desa ini masuk ke Kabupaten Tuban, Jawa Timur, secara lokasi lebih deket ke Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora. Hanya berjarak sekitar 40 km dari Cepu. 

Jadi, waktu orang tua Mamaku (Eyang Kakung dan Uti) serta orang tua Papaku (Mbah Uti) masih hidup, kami jadi pejuang Pantura. Berangkat dari Bandung, lewat Sumedang, Cirebon, Losari, Brebes, Tegal, Pemalang, daan check point pertama di Moga. Lanjut, Pekalongan, Semarang, Demak, Kudus, Pati, Rembang, Blora, Cepu barulah sampai di Banyuurip. 

Perjalanan dari Cepu ke Banyuurip dulu melewati jalan di tengah hutan. Nah, yang paling aku tunggu-tunggu itu kalau jalannya mulai menanjak dan berkelok lalu tampaklah alat pompa sumur minyak Pertamina. Kalau udah melewatinya, berarti rumah Mbah Uti udah dekat. 

Pompa minyak Pertamina. Sumber: Google Maps

Dulu sampai jadi bahan becandaan, kalau Mama warisannya sekolah, kalau Papa warisannya kilang minyak 😆

Kenyataannya, Papaku hanyalah anak terakhir dari orang tua yang struggling banget membesarkan 10 anaknya. Bahkan saudara Papaku tidak ada yang lanjut ke perguruan tinggi. Papaku bisa dapat kesempatan kuliah karena patungan, dibiayai oleh kakak-kakaknya yang sudah sukses. Kebanyakan kakak-kakak perempuan Papaku menikah dengan pegawai Pertamina yang dulu kerja di dekat rumah Mbah Uti.


Penjelasanku Soal Daerah Asal

"Jadi, Mama saya orang Pemalang, Jawa Tengah. Papa dari Tuban, Jawa Timur. Saya lahir di Pemalang. Karena Papa kerja di Bandung, saya dari kecil di Bandung."

Demikianlah penjelasan singkatku yang semoga memberi pencerahan kepada siapapun yang bertanya. 

"Oh, berarti bisa Bahasa Jawa, ya?" Bapak pemilik rumah bertanya lagi. 

"Engga juga, ehe"

Gedubrak! 


Tahun 2045

"So, tell me more about your family. You said you're from Chicago?" tanya seorang wanita berusia lima puluh tahunan.

"Yes, I am. My parents are Indonesian but I spent my whole childhood in Chicago," jawab lelaki muda itu.

"You don't want to come back to your home country?"

"Not really. My home is here. My parents and older brother is here. I don't speak Indonesian very well," jelas lelaki berusia 25 tahun itu.

"He's a citizen, Mommy," tambah perempuan muda keturunan Arab yang tiba-tiba duduk dan merangkul wanita paruh baya itu dari belakang, "Don't worry. Zayn will not take me to Indonesia when we get married, insya Allah. But, a short holiday in Indonesia is still a good idea!"

Mungkin begitulah percakapan antara anak keduaku dengan calon mertuanya 20+ tahun lagi. 

Ibu dan anak sama saja! Sama-sama perlu penjelasan (agak) panjang kalau ditanya daerah asal.


Tulisan ini diikutsertakan dalam Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog.

Ilma Purnomo (Mama Razin)
Perempuan Indonesia yang saat ini tinggal di Chicago, USA, menemani suami kuliah doktoral. Seorang ibu rumah tangga yang disibukkan oleh dua putranya (Razin dan Zayn). Suka menulis dan belajar hal baru.

Related Posts

5 komentar

  1. Teh Ilma seru deh percakapan 2045 he3 ...
    Lintas negara ya mantap.

    BalasHapus
  2. Anak-anaknya adikku sekolah di Aussie, lalu ke US, dan kerja di sana. Kayaknya bakalah di sana seterusnya engga pulang ke Indonesia deh. Kayaknya ntar 2045 juga ada yg ngobrol-ngobrol kayak Zain dan istrinya...hehe...

    BalasHapus
  3. Kita yang orang Indonesia sudah bingung dengan ditanya asalnya dari mana ya. Apalagi kalau nanti anak keturunan kita nikah lintas negara. Bakal perlu waktu lebih panjang menjelaskannya.

    BalasHapus
  4. Teh Ilma, tulisan Teteh ini vibe-nya "How I Met Your Mother" sekali Teh ehehe.

    Rumah masa kecil Mama dan Papa Teh Ilma yang area hutan dan pegunungan, diminati banyak orang jaman now untuk healing. Sudah sulit ya Teh di area perkotaan mencari yang alam-alam begitu.

    Lalu bagaimana kisah Teh Ilma saat pernah tenggelam di usia 5 tahun? :(
    ***
    PS: Hometown suami Teh Ilma tetangganya Kediri ya Teh ehehehe. :)

    BalasHapus
  5. Jangankan nanti di masa depan saat dunia makin mengglobal. Saat ini saja, buat perantau kyk kita, kl ditanya (sama orang lokal) dari mana, jawabannya udah lebih luas: Indonesia 🇮🇩😄

    BalasHapus

Posting Komentar