Ilma Hidayati Purnomo

Sejumput Harapan di Hutan Larangan

Seorang anak laki-laki pemberani yang punya kemampuan sihir dihadapkan pada masalah pelik. Terus menerus diancam oleh sesosok peri rumah supaya tidak kembali ke sekolah sihir tempat ia menimba ilmu, beberapa siswa di sekolahnya mendadak menjadi patung (termasuk sahabatnya), hingga menemukan sejumlah laba-laba aneh yang berjalan di sekitar dinding sekolah.

Setelah menadapat clue dari penjaga sekolah, anak laki-laki itu melanggar peraturan sekolah dengan memasuki area berbahaya, Hutan Terlarang. Ia bertemu dengan tarantula setinggi hampir 2 meter hanya untuk menemukan jawaban bahwa bukan laba-laba, atau lebih tepatnya tarantula, itu yang menyebabkan anak-anak di sekolah berubah menjadi patung. Sialnya, anak laki-laki itu malah diumpankan ke ribuan tarantula untuk menjadi santapan makan malam.

Beruntung, ia selamat berkat pertolongan mobil ajaib yang bisa menyetir sendiri. Teman yang menemaninya pergi ke dalam Hutan Terlarang bersumpah tidak ingin masuk ke sana lagi.

Hmm, siapa yang ingat dengan adegan di atas? Benar, anak laki-laki yang saya maksud adalah Harry Potter, anak extraordinary yang punya kemampuan sihir luar biasa.

Latar Hutan Terlarang dari seri film fenomenal ini begitu melekat bagi para penggemarnya. Bahkan, hutan tempat syuting film ini kini dibuka untuk umum. Hutan yang berlokasi di Leavesden, Hertfordshire, Inggris seakan menjadi napak tilas bagi penggemar Harry Potter untuk mengenang jejak pahlawan sihirnya. Pengunjung bisa bertualang ke dalam hutan berisi 19 pepohonan raksasa ini.

Kalau diingat-ingat, sebetulnya latar hutan terlarang ada di banyak dongeng. Alasan pelarangan masuk ke hutan ini antara lain ada binatang buas atau karena alasan mistis, orang yang masuk ke sana tak pernah kembali. Namun, selain jadi latar fiksi, hutan terlarang ada juga di kehidupan nyata. Ia lebih dikenal sebagai hutan larangan.

Apa Itu Hutan Larangan?

Hutan Larangan Solusi Perubahan Iklim
Ilustrasi hutan terlarang/hutan larangan. Dibuat dengan aplikasi Canva
Hutan larangan adalah suatu atau sebagian hutan yang tidak diperkenankan dimasuki sembarang orang atau boleh dimasuki dengan syarat dan tata cara tertentu. Masyarakat setempat memepercayai hutan ini memiliki nilai sakral yang harus dijaga. Oleh sebab itu, orang yang melanggar syarat masuk hutan ini akan mendapatkan sanksi adat.

Suatu hutan dijadikan hutan larangan biasanya karena hutan itu memiliki keunikan tertentu, misalnya menjadi tempat hidup binatang buas tertentu, tumbuhan beracun tertentu, bau-bauan tertentu. Bisa juga menjadi tempat persembunyian orang jahat atau penyihir. Ada juga yang mempercayai hutan tersebut sebagai asal muasal nenek moyang masyarakat sekitar. Pada kenyataannya, biasanya di hutan larangan itu terdapat mata air, tanaman langka, atau hewan langka yang menjadi kunci sumber keberlangsungan hidup masyarakat sekitar.

Hutan larangan yang terkenal di Indonesia misalnya Hutan Larangan Kampung Kuta, Ciamis, yang terkenal karena harus bertelanjang kaki untuk memasukinya dan Hutan Larangan Hulu Sungai Cibeet, yang terkenal karena adanya larangan meludah dan berkata-kata kasar yang akan mengakibatkan orang diserbu Pacet.

Saya takjub mengetahui ada hutan yang begitu di jaga dengan sejumlah tata tertibnya. Pasalnya, banyak juga hutan-hutan di daerah lain yang sebegitu mudahnya diratakan dengan tanah maupun dibakar demi kepentingan manusia padahal hutan inilah yang bisa menyelamatkan kita dari dampak buruk perubahan iklim. Kok bisa? 

Seperti Apa Perubahan Iklim Itu?

Perubahan iklim tidak terlepas dari naiknya suhu rata-rata bumi dari tahun 1956 (masa revolusi industri) hingga tahun 2021. Beberapa wilayah di bumi sampai naik 4 derajat Celcius.

Banyak orang masih salah paham dengan menganggap "Ah, kan cuma naik 4 derajat. Kalau di suhu AC, pakai 17 derajat oke, 22 juga masih oke." Untuk menepis kesalahpahaman itu, kita analogikan suhu rata-rata bumi dengan suhu badan kita. Rata-ratanya 36 derajat Celcius. Kita akan merasa demam dan badan menjadi sakit ketika suhu tubuh kita 38 derajat Celcius ke atas. Nah, naik dua derajat saja sudah demam. Sama seperti bumi. Saat ini rata-ratanya naik 1,4 derajat Celcius dan kita sudah merasakan dampak negatifnya.

Kesalahpahaman selanjutnya yang umum ada di masyarakat adalah bahwa perubahan iklim dianggap hanya dalam bentuk perubahan cuaca. Kenyataanya, perubahan iklim divonis oleh para peneliti setelah 50 tahun penelitian dengan mengamati cuaca hingga mendapati kesimpulan dalam taraf iklim.

Karena suhu bumi memanas, es di kutub mencair, sawah kekeringan, lapisan es di puncak jaya wijaya hampir hilang, banjir, juga banyak penyakit. Pasalnya, virus lebih mudah berkembang biak dan lebih mudah menjangkiti manusia di suhu hangat karena hewan pembawa penyakitnya, nyamuk, banyak berkembang biak di suhu hangat.

Dampak negatif perubahan iklim lainnya yaitu berkurangnya hewan endemik, arus angin berubah esktrem, serta badai yang dulunya terjadi tiap 3 atau 5 tahun, sekarang jadi tiap tahun. Misalnya, dulu Badai Seroja tidak terjadi di darat, tapi di laut antara Indonesia dan Australia. Pada tahun 2021, badan ini sampai ke daratan Nusa Tenggara Timur.

Mengerikan sekali, bukan? Nah, ternyata hutan punya peran penting dalam perubahan iklim.

Bagaimana Peran Hutan dalam Perubahan Iklim?

Perubahan iklim disebabkan oleh adanya gas rumah kaca (seperti CO2 dan metana) yang menyelimuti atmosfer dan menjebak panas di antara permukaan bumi dan atmosfer. Gas rumah kaca dihasilkan oleh aktifitas manusia, seperti penggunaan kendaraan bermotor, penggundulan hutan, dan penggunaan hasil-hasil hutan yang tidak ramah lingkungan.

Menurut penelitian REDD+, kelompok gas karbon kebanyakan tersimpan di hutan dan lahan gambut, sekitar 60% lebih. Sisanya, gas rumah kaca dihasilkan oleh aktivitas manusia yang "disumbangkan" ke atmosfer. Jadi, hutan menyimpan, yang lain menyumbangkan. Kebayang kan, kalau hutan tidak dijaga, karbon sebanyak itu lepas ke atmosfer menjadi gas rumah kaca.

Apa saja hal yang menyebabkan hutan melepaskan "tabungannya" alias gas rumah kaca ke atmosfer?Kebakaran hutan dan lahan serta alih fungsi hutan menjadi perkebunan, peternakan, industri, perumahan, maupun kota.

Itulah sebabnya hutan adalah jawaban dari krisis iklim termasuk dalam pencegahan (mitigasi) dampak buruknya supaya tidak bertambah parah.
Peran Komunitas Menjaga Hutan
Ilustrasi dari Canva

Potensi Hutan di Indonesia

Indonesia memilki hutan hujan tropis terluas ketiga di dunia setelah Hutan Amazon, Brazil dan di Kongo. Bahkan, hutan di Indonesia menduduki peringkat kedua keanekaragaman hayati di dunia setelah Hutan Amazon di Brazil.

Setengah daratan di Indonesia adalah hutan. Namun, lima tahun terakhir kawasan hutan di Indonesia hilang seluas 3.5x Pulau Bali. Penyebabnya adalah industri pulp dan kertas dan industri kelapa sawit menyumbang 50% dari estimasi deforestasi sebesar 28 juta hektar hingga tahun 2030. Penyebab lainnya adalah kebakaran hutan yang dampaknya bukan hanya dimusuhi negara tetangga, tapi juga kerugian yang fantsastis, sampai 75 triliun rupiah.

Hilangnya hutan juga menyebabkan 150x lipat bencana hidrometrologi (misalnya badai) dan menyumbang emisi gas rumah kaca hingga 69% (karena kebakaran hutan dan lahan gambut).

Memangnya di dalam hutan ada apa saja, ya? Apakah "hanya pepohonan"? Ternyata tidak. Hutan itu adalah:
- Tempat tingggal fauna (misalnya hewan endemik di Indonesia seperti gajah, harimau, orang utan, cendrawasih, dan badak)
- Tempatnya flora
- Sumber bahan sandang
- Sumber bahan pangan
- Sumber air
- Sumber udara
- Sumber energi
- Tempatnya budaya
- Tempat wisata
- Sumber inspirasi
Jadi, hutan itu bukan cuma sekumpulan pohon, tapi biodiversity (keanekaragaman hayati).

Kalau ada yang berpendapat, "Kenapa hutan tidak dijadikan kebun produktif saja. Misalnya dijadikan hutan jati, terus nanti ditanam ulang 10 tahun ke depan." Sayangnya, hal itu gak bisa menggantikan biodeveristy-nya yang hilang.

Bagaimana Cara Kita Menjaga Hutan dan Segala Potensinya?

Bagi masyarakat yang tinggal dekat dengan hutan, lebih mudah bagi mereka untuk berpartisipasi aktif dalam menjaga hutan. Contohnya, Pak Nasiun dan teman-teman dari Desa Air Tenam di Bengkulu Selatan. Mereka aktif menjaga total lebih dari 1600 hektar hutan di desanya dengan cara merawat pohon-pohon durian.

Pohon yang buahnya digandrungi sebagian orang, tidak termasuk saya, ini ternyata dapat menyerap sekitar 1.42 ton CO2 per tahun. Wah, selain buahnya bisa dinikmati ternyata pohon ini membantu mengurangi dampak perubahan iklim!

Pohon-pohon durian ini berada di tanah negara yang Pak Nasiun dan teman-temannya jaga. Melalui skema perhutanan sosial, mereka mendapat mata pencaharian dengan mengumpulkan hasil hutan bukan kayu, salah satunya durian. Dengan kita membeli durian, apalagi jika membeli langsung dari petaninya, kita turut serta membantu penjagaan hutan.

Contoh lainnya adalah kelompok penjaga hutan wanita pertama di Indonesia bahkan di dunia! Inilah Ibu Sumini bersama Lembaga Pelindung Hutan Kampung Mpu Uteun, yang anggotanya ibu-ibu, aktif berpatroli di 251 hektar hutan Desa Damaran Baru, Kabupaten Bener Meriah, Aceh.

Masih banyak lagi gerakan #BersamaBergerakBerdaya untuk #JagaHutan. Mereka lah alasan gerakan Hutan Itu Indonesia ada.

Apa itu Hutan Itu Indonesia?

Hutan Itu Indonesia adalah sebuah gerakan yang memiliki visi untuk mnejadikan hutan sebagai identitas utama bangsa Indonesia yang hidup harmonis dengan hutan. Gerakan ini baru ada pada tahun 2016.

Hutan Itu Indonesia (HII) ingin menjadi solusi bagi isu hutan yang masih di luar radar (kecuali isu bencananya yang sudah umum di masyarakat, seperti kebakaran, konflik masyarakat adat, atau pembunuhan hewan langka yang tinggal di hutan). HII juga ingin menghubungkan masyarakat kota yang cenderung mengalami diskoneksi dengan hutan karena tinggal jauh dari hutan. HII juga ingin mengubah isu hutan menjadi sesuatu yang positif dan menyenangkan.

Menurut survey HII, 8 dari 10 orang tahu kondisi hutan indonesia memprihatinkan tapi baru 1 sampai 2 orang yg menyadari  perilaku manusia berdampak pada kondisi hutan. Ini sebabnya, HII mengajak kita untuk menggunakan narasi yang positif untuk mengajak teman dan saudara supaya peduli terhadap hutan, seperti:

1. Hutan itu supermarket. Pasalnya, hutan menyediakan segala hal. Bahan sandang, papan, hingga kerajianan tangan tersedia di hutan.
2. Hutan itu asuransi jiwa karena menyediakan banyak oksigen segar.
3. Hutan itu sumber air. Kalau teman-teman berkesempatan mencoba minum air lansgung dari sungai di hutan, itu rasanya sueger.
4. Hutan itu superman karena bisa menangkal isu global yaitu perubahan iklim.
5. Hutan itu penyimpan karbon.
6. Hutan itu penyembuh mental karena wisata ke hutan bisa memberi efek healing.
 

Apa yang Dilakukan Hutan Itu Indonesia? 

Pertama, menjangkau orang baru atau non-aktivis tentang kesadaran dan masalah hutan dengan contoh kegiatan berupa even yang seru seperti lari maupun musik dan kampanye harian di media sosial. Kedua, kolaborasi dengan organisasi non kehutanan supaya berkreasi bersama. Ketiga, mendukung dan memmbantu konservasi-restorasi hutan bersama mitra lapangan, seperti Pak Nasiun dan Ibu Sumini.

Hutan Itu Indonesia memiliki lima panggilan aksi:
1. Cerita tentang hutan
2. Wisata ke hutan
3. Donasi adopsi hutan, yang bisa dilakukan di https://hutanitu.id/donasi untuk membantu Pak Nasiun dkk
4. Konsumsi hasil hutan bukan kayu seperti Gerai Kabupaten Lestari yang dimilki oleh Lingkar Temu Kabupaten Lestari
5. Merayakan hari hutan indonesia

Satu kalimat penutup dari narasumber kali ini yang bikin semangat:
Ilmu bisa dipelajari tapi aksi perlu segera-Kak Tian, Hutan Itu Indonesia

Kesimpulan

Hutan adalah harapan kita dalam mengurangi dampak perubahan iklim. Dibutuhkan kerjasama kita semua dalam menjaga hutan. Hadirnya komunitas yang fokus menjaga hutan membuat isu hutan lebih terserab di masyarakat luas. Itu sebabnya peran komunitas untuk menjaga hutan dalam mitigasi perubahan iklim menjadi sangat penting.

Seandainya peran komunitas masih juga belum besar dampaknya dalam mendorong masyarakat untuk menjaga hutan, izinkan saya berandai-andai. Cobaa aja, sebagian besar hutan di Indonesia adalah hutan larangan, yang dibalut dengan kisah mistis tentunya, mungkin orang-orang akan berpikir dua kali untuk merusak hutan. Biarlah hutan tidak tersentuh supaya tidak rusak. Hmm, semoga tidak perlu sampai begini, ya!

#EcoBloggerSquad


Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Harry_Potter_dan_Kamar_Rahasia
https://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_larangan
Online Gathering Eco Blogger Squad tanggal 29 Mei 2023 dengan narasumber Kak Tian dari Hutan Itu Indonesia dan Kak Azizah dari Lingkar Temu Kabupaten Lestari
 
Ilma Purnomo (Mama Razin)
Perempuan Indonesia yang saat ini tinggal di Chicago, USA, menemani suami kuliah doktoral. Seorang ibu rumah tangga yang disibukkan oleh dua putranya (Razin dan Zayn). Suka menulis dan belajar hal baru.

Related Posts

20 komentar

  1. Ada baiknya juga ya soal hutan terlarang. Jadi orang berpikir 1000 kali sebelum masuk hutan bahkan merusak hutan. Sayangnya, ada banyak pembakaran liar yang memusnahkan hutan. Sedih sekali

    BalasHapus
  2. Saat ini musim gak bisa ditebak akibat perubahan iklim yang ekstrim.
    Kalau jaman dulu bisa ditandai misal bulan a-b musim hujan, c-d musim kemarau.
    Kalau sekarang perubahan musim secara tiba-tiba gak bisa ditebak.

    BalasHapus
  3. Hutan larangan ini bikin inget waktu zaman kuliah research peran mitos hutan di komunitas adat. Dan emang kayanya nggak masuk akal ya hutan itu ada wewe gombelnya atau kalau petik² sembarangan nanti g ketemu jalan pulang. Tapi justru hutan larangan dan mitos yg berkembang bisa jadi alat buat melestarikan hutan dan isinya. ❤️❤️

    BalasHapus
  4. hutan itu memiliki banyak fungsi bagi makhluk semua yang ada di muka bumi sehingga kita sebagai manusia wajib banget untuk menjaga hutan agar tetap lestari

    BalasHapus
  5. Ikut menjaga hutan menjadi satu langkah besar untuk menjaga bumi yang saat ini kondisinya makin menprihatinkan, terbukti perubahan iklim yang lebih ekstrem dialami hampir seluruh negara di dunia menjadi peringatan keras bagi manusia untuk lebih menjaga keseimbangan hutan dan sumber daya yang ada didalamnya.

    BalasHapus
  6. Saya sampai nyari yang namanya tarantula, ehehe. Memang masih sodaraan sama laba-laba yaahh.

    BalasHapus
  7. PR berat buat segala lini generasi. Yang sedih sih kalau generasi anak-anak sekarang sama ortunya gak diajarin untuk menyayangi lingkungan sesederhana buang sampah dengan baik. Jadi kayak tetololan yang berkesinambungan hiks. Semoga anak-anak ini jadi generasi penyayang hutan. Udah banyak contohnya bencana alam akibat hutan yang gundul ;(

    BalasHapus
  8. Saya selalu menganggap kalau hutan ibarat paru-paru. Bila hutan sampai berkurang, sama aja dengan membuat paru-paru sakit. Tentu sangat gak bagus buat kesehatan semua manusia kalau hutan sudah mulai rusak.

    BalasHapus
  9. Hutan itu memang wajib dijaga kelestariannya oleh kita semua. Bukan saja tugas pemerintah, tetapi kita semua. Setuju butuh kerjasama satu sama lain agar tetap terjaga
    Salam: Dennise Sihombing

    BalasHapus
  10. Aku setuju banget ada yang namanya hutan larangan ini. Minimal bisa meminimalisir tangan-tangan jahat yang berpotensi dan berkeinginan merusak hutan demi kepentingan segelintir oknum. Soalnya masyarakat kita tuh kadang lebih takut ke hal-hal yang bersifat mistis daripada peraturan yang jelas-jelas sudah diketok palu sama pemerintah. Kalau dipikir-pikir memang aneh sih. Tapi kadang kenyataannya memang begitu.

    BalasHapus
  11. Keren banget mbak tulisannya. Pembukaannya bikin penasaran. Hutan larangan harusnya bukan cuma di fiksi dan ga cukup kalau hanya dilindungi hukum adat. Perlu hukum formal juga.

    BalasHapus
  12. Hutan terlarang ini jadi solusi agar tidak ada orang yang menyentuh hutan itu, klo perlu viral ada jurig² di dalam hutan juga gapapa biar hutan Indonesia tetap lestari gak ditebangin.

    BalasHapus
  13. Di Bandung yang notabene gak jauh dari kota metropolitan Jakarta ada hutan larangan juga
    Eh lebih tepatnya di Cimahi, arah barat kota Bandung
    Lebih tepatnya lagi tempat pemukiman masyarakat adat Cireundeu
    Mereka menyakralkan hutan demi menjaga kelestarian hutan

    BalasHapus
  14. Bagus banget ada komunitas yang peduli sama hutan kyk gini. Apalagi ada hutan yang juga terpaksa digundulin mau dijadikan ibukota huhu. Tapi yoweslah berharap semoga diperhitungkan dengan baik semua2nya. Kudu ada yang mengawasi, siapa lagi kalau bukan masyarakat ya.

    Menurutku hutan larangan itu ada bagusnya juga, karena kebanyakan manusia takutnya malah sama hantu, bukan takut sama masa depan suram akibat lingkungan rusak huhu. Yaaa, mayan bisa membuat mereka gak menyentuh hutan lha ya.

    BalasHapus
  15. Saya kalau baca tulisan tentang hutan dan perubahan iklim tuh selalu terpaku sekaligus sedih. Selain menyadari bahwa hutan di negara kita pelan-pelan (mulai) berkurang karena urusan pembangunan (seperti IKN), perkebunan sawit, dll. Nyatanya oksigen dan paru-paru dunia ini butuh perhatian yang serius.

    Mungkin dengan cara men-sakral-kan, hutan malah bisa terpelihara dengan baik ya. Setidaknya menjadi salah satu cara jitu agar kita tidak semena-mena dengan kelestarian hutan.

    BalasHapus
  16. Hutan banyak menyimpan kekayaan melimpah untuk kehidupan kita. Maka sejatinya kita merawatnya dengan baik.
    Jadi jangan malah merusaknya ya.

    BalasHapus
  17. Suka gak habis pikir dengan tetangga yg rese, saat kami nanam pohon di halaman sendiri, mereka pada nyindir. Lah bagaimana kalau hutan rusak ya? Sementara saat butuh dedaunan buat obat dll, dia minta ke saya. Aneh kan?

    BalasHapus
  18. Wah iya
    Hutan harus dijaga
    Karena hutan menyimpang banyak manfaat untuk kelangsungan bumi dan hidup manusia

    BalasHapus
  19. Bener kak, Hutan memiliki peran penting dalam perubahan iklim dan mitigasi perubahan iklim. Apalagi, hutan berfungsi sebagai penyimpan karbon alami melalui proses fotosintesis, di mana pohon menyerap karbon dioksida (CO2) dari atmosfer dan menyimpannya dalam biomasa mereka.

    BalasHapus
  20. Andaikan semua hutan menjadi daerah yang terlarang dan semua orang menghormatinya dengan sungguh-sungguh, mungkin perubahan iklim tidak akan pernah terjadi ya.. Andaikan semua hutan persis seperti dalam dongeng yang ada hukumannya langsung ketika melanggar.

    Menjaga hutan menjadi tanggungjawab kita bersama.
    Semoga dengan bergerak sesuai dengan kemampuan kita, kita bisa jaga hutan Indonesia agar tetap pada tempatnya, sebagai sumber kehidupan seluruh makhluk di bumi ini.

    BalasHapus

Posting Komentar