Ilma Hidayati Purnomo

Sinopsis dan Review Eiffel... I'm in Love 2 (2018)

Setelah nonton Eiffel... I'm in Love (2003), lanjut nonton yang bagian 2 gara-gara penasaran, apakah bagian dua bakalan lebih relate? Secara, usia Tita-nya kan 27 tahun, cuma beda 1.5 tahun sama saya dan saya masih ingat lah gimana perjalanan menuju nikah, nikah awal, sampai akhirnya jalan 5 tahun nikah.

Sinopsis Eiffel... I'm in Love 2

Film ini diawali dengan adegan Tita di nikahan Nanda, sahabat Tita. Ketika teman-teman bertanya nomor HP-nya, Tita berkata kalau Bundanya belum memberikan ponsel. Tiba-tiba datanglah pembantu rumah tangga Tita yang membawakan ponsel. Ada telpon dari Bundanya yang resah karena Tita belum pulang padahal baru jam 8 malam dan saat itu Tita sedang menjadi bridesmaid.

Dalam perjalanan pulang, Tita mampir dulu ke McD untuk beli cheeseburger kesukannya. Karena menunggu lama, tiba-tiba saja muncul laki-laki bernama Adam yang tampak dekat dengan Tita. Ia memberikan Tita cheeseburger-nya supaya Tita tidak kelaparan.

Lalu ART Tita menerima telpon dari Adit. Tita dan Adit berantem gara-gara salah paham. Tita lagi makan jadi gak bisa balas ngomong cepat dan karena bercerita tentang Adam, Adit jadi semakin terpancing.

Di rumah, tanpa disangka ternyata Uni sudah menikah dengan kakaknya Tita, Alan. Dua sahabat itu menjadi semakin erat karena hubungan ipar. Uni pun sedang mengandung calon keponakan Tita.

Besoknya, tiba-tiba ada kiriman cheeseburger dan bunga ke rumah Tita. Rupanya dari Adit. Adit juga meminta maaf, walaupun agak memaksa. Ia berjanji akan mengirimkan cheeseburger setiap hari ke rumah Tita supaya pacarnya tidak kelaparan. Saat telpon itu, Adit berkata "sampai jumpa minggu depan". Ternyata keluarga Tita akan pindah ke Paris.

Papa dan Bundanya Tita ternyata pernah menjalin kerjasama dengan alm. Papanya Adit dalam membuka restoran di Paris. Sejak Papanya Adit meninggal setahun sebelumnya, restoran itu tutup. Orang tua Tita berinisiatif ingin melanjutkannya dan membawa serta kedua anaknya dan menantunya untuk membantu bisnis restoran mereka.

Bundanya Tita meminta Tita untuk keluar dari pekerjaannya, kecuali Tita ingin tetap tinggal di Jakarta dan tidak ingin ikut ke Paris. Tita yang merasa senang akhirnya bisa mengakhiri LDR dengan Adit, setuju untuk keluar dari pekerjaannya dan mempersiapkan segala hal terkait kepindahannya ke Paris.

Ada adegan Tita yang bekerja sebagai dokter hewan. Datanglah Adam dengan anjing peliharaannya. Tita mengabarkan kepindahannya ke Paris dan tidak akan memeriksa anjing peliharaan Adam lagi.

Kemudian diperlihatkan beberapa cuplikan Tita yang mengurus visa dan ikut les bahasa Perancis. Selanjutnya ada perayaan kecil-kecilan ulang tahun Tita. Tiba-tiba ada telpon dari seorang laki-laki. Rupanya Adam ada di depan rumah Tita.

Adam datang dengan sebuah kado. Dari bungkusnya, seperti smartphone. Tita berkata kalau ia belum bisa pakai ponsel sampai menikah. Rupanya itu isinya iPad. Biar bisa kirim chat atau balas email, kata Adam. 

Adegan pun berpindah cepat dengan Tita sekeluarga naik pesawat ke Paris. Ketika di bandara, ternyata yang jemput supirnya Adit. Mereka dibawa ke rumah Adit dan akan menginap di sana.

Gak lama Tita sampai, Tita melihat dari balik jendela kalau Adit turun dari mobil dengan seorang perempuan. Adit dan perempuan itu setengah berpelukan dan cium pipi. Tita pun tersulut emosi.

Ketika Adit masuk rumah, Tita langsung bertanya siapa perempuan itu. Adit bilang namanya Celine, temannya. Ketika ditanya kenapa cipika-cipiki, Adit jawab kalau itu hal yang lumrah di Paris.

Ketika Tita belum selesai berbicara, Tita menaiki tangga untuk mengejar Adit sambil membuka iPad. Tita terpeleset hingga menubruk Adit. Kini giliran Adit yang menginterogasi Tita dari mana ia dapat iPad yang dijawab jujur oleh Tita kalau itu dari Adam. Pertengkaran pun tidak terelakkan.

Saat sedang kesal, ketika Tita masuk ke kamar, ia terkejut melihat kamarnya yang dihias dengan banyak sekali boneka hewan. Tita menyesal sudah memulai pertengkaran dengan Adit.

Ketika mau membuat keadaan jadi lebih baik, mereka malah bertengkar lagi. Tita jadi kesal, kenapa berdekatan malah bertengkar melulu.

Namun, keadaan berbalik ketika Tita tau bahwa ia akan diajak makan malam romantis oleh Adit. Belum lagi ditambah dengan kado dress hitam cantik dari Adit.

Adegan makan malam romantis di atas kapal di sungai diiiringi oleh musik yang romantis ditambah kembang api bertuliskan "Will you marry me?" lalu dilanjutkan dengan Adit yang berlutut dengan cincin di tangannya ... Ternyata hanyalah mimpi ketika Tita sedang tidur.

Tita dibangunkan oleh Adit yang akan mengajak keluar. Tita dandan terus pas keluar, Adit ngasih penutup mata. Adit membawa Tita sampai ke suatu tempat yang ... Ternyata McD?!

Ternyata Adit masih kapok waktu pertama kali dinner di film yang pertama, udah di restoran mewah, Tita malah ngambek dan maunya ke McD. Sekarang udah diikutin kemauannya, Tita malah ngambek.

Kegiatan jalan-jalan di Kota Paris dilanjutkan dengan jalan kaki terus dansa di pinggir jalan. Setelah adegan romantis, Adit bilang mau ngomongin sesuatu yang penting. Tita sudah ngira bakalan dilamar. Ternyata Adit malah bilang mau minta ditungguin. Adit bilang belum siap tanpa menyebutkan alasan apapun.

Akhirnya, Tita memutuskan Adit. Keluarga Tita pun harus keluar dari rumah Adit karena rumahnya akan dijual. Tita sekeluarga pindah ke apartemen.

Setelah pindah, Tita dan Uni berinisiatif ingin melihat kondisi Adit. Mereka pergi naik taksi ke dekat rumah Adit dan melihat Adit sedang jalan kaki. Mereka memutuskan untuk mengikuti Adit secara diam-diam.

Sampailah Adit di sebuah restoran. Rupanya ia di sana bersama Celine. Ia bahkan sempat menggenggam tangan Celine mesra.

Adit tak sengaja memergoki Tita dan Uni. Adit mengejar Tita hingga keluar. Tita meminta penjelasan dari Adit tetapi ia hanya diam saja. Tita dan Uni pun pulang naik taksi.

Di apartemennya, Tita menghubungi Adam melalui iPad pemberiannya. Tita memberitahu Adam kalau ia sudah putus dari Adit.

Tanpa disangka, Adam tiba-tiba sampai di Paris dan ada di apartemennya. Adam juga mengajak Tita untuk pergi jalan-jalan di Paris.

Diajak ke toko coklat yang fancy, Adam udah pesen satu kotak coklat. Terus pas Tita cobain satu bar coklat, di dalemnya ada cincin. Ternyata Adam mau ngelamar. Adam juga bilang bisa ngelamar dan nikahin secepatnya.

Lalu, Tita diajak jalan oleh Bundanya. Bundanya cerita kalau ia dan suaminya dulu musuh besar di sekolah. Berantem tiap hari. Namun, mereka sadar saling cinta, jadi akhirnya pacaran terus nikah. Ya kayak Adit sama Tita.

Lalu Bundanya bilang kalau menikah itu tidak cuma tentang cinta, ada komitmen dan kerja keras. Apalagi buat laki-laki, ia pasti berusaha mempersiapkan yang terbaik supaya nanti gak nyusahin istrinya. Bundanya bilang kalau Adit pasti lagi mempersiapkan dirinya yang terbaik untuk Tita.

Bundanya mengingatkan kalau Tita tidak boleh mengambil keputusan kalau hati sedang panas, terutama ketika Tita menyinggung kalau udah putus dari Adit. Bundanya mengingatkan kalau Tita bisa aja menyesal.

Lalu adegan berganti ketika Tita sedang membantu orang tuanya mengatur restauran, tiba-tiba datanglah Adam. Mereka pun berjalan-jalan hingga ke menara Eiffel. Kali ini Tita bisa naik ke atas karena Adam mau naik ke atas (biasanya kalua sama Adit gak bakalan naik).

Pas mau naik lift, ternyata penuh. Cuma Tita yang bisa naik. Pas di atas, Tita kedinginan gak bawa jaket. Tau-tau ada yang ngasih jaket dari belakang, ternyata ... Adit.

Adit bilang kalau semua ini yang ngatur adalah Adam. Flashback ketika di toko coklat, Tita bilang maaf ke Adam. Dia memang ingin nikah, tapi maunya sama Adit. Jadi, Adam lah yang ngasih tau Adit supaya bisa ketemu Tita di Eiffel bagian atas.

Ternyata, Adit itu gak pernah mau ke atas karena takut ketinggian. Lalu, Adit melamar Tita pakai Bahasa Perancis.

Adit lalu mengajak ke suatu tempat. Rupanya Adit membawa ke apartemen yang jendelanya menghadap ke Eiffel. Apartemen itu ia beli dari sisa uang setelah melunasi hutang rumah sakit alm. Papanya dan hutang restoran. Namun, apartemen itu masih kosong. Ia masih berjuang mengisinya. Itu sebabnya, ia belum siap menikah dengan Tita. Celine itu yang bantu renovasi apartemennya.

Lalu, Tita menjelaskan kalau ia rela menunggu 12 tahun lamanya karena ia tahu meskipun ia harus membuat pengorbanan, ia pasti bahagia.

Komentar Saya terhadap Film Ini

Oke, dalam 20 menit pertama film ini, saya bisa menilai kualitas film ini lebih baik. Tempo pergantian adegan yang lebih cepat, percakapan yang lebih ringkas, dan penataan musik yang lebih pas. Mendingan lah daripada seri pertamanya.

Soal jalan cerita, hem, sebagai anak yang dilindungi orang tua, saya tidak bisa membayangkan jadi Tita. Ke mana-mana dibayang-bayangi oleh orang tuanya dengan diintilin supir dan pembantu. Ponsel pun dibawakan oleh pembantu. Sifat protective orang tua saya yang tidak sejauh itu saja sudah membuat saya rendah diri. Bagaimana dengan Tita?

Soal salah paham saat komunikasi dengan pasangan LDR, yah, saya mengalaminya sendiri. Dari Agustus 2018 sampai Juni 2019. Hidup saya rasanya seperti di neraka. Karena stress, berat badan saya juga hampir turun 10 kg karenanya.

Bayangkan, pas lagi nelpon, saya lagi mikir mau jawab apa karena takut salah jawab, suami saya sudah menuntut jawaban. Baik telpon maupun chat, pembicaraannya terus menerus terasa panas. Tidak aneh, kami hampir bercerai. Tidak terbayang rasanya LDR 12 tahun kek gimana, padahal baru pacaran.

Soal Adit yang kirim cheeseburger dan bunga sebagai pemintaan maaf, saya merasakan betapa sweet-nya si Adit. Yah, karena saya juga pernah mengalami, tiba-tiba ada kurir nganterin barang ketika suami sedang di Amerika (waktu itu saya masih di Bandung). Ternyata, ia membelikan saya smartphone baru yang sampai saat ini masih saya gunakan. Meskipun kami sering bertengkar, nyatanya, suami saya begitu peduli dengan kebutuhan saya :')

Kepindahan Tita ke Paris ini menurut saya adalah awal cerita yang baik, yang mungkin, sudah ditunggu-tunggu oleh penggemar film ini. Kebayang kan, menunggu 12 tahun lamanya. Meskipun saya pernah baca review orang lain yang mengatakan kalau Tita itu orang dewasa yang belum punya pendirian. Masa usia 27 tahun masih ikut orang tua ke sana-ke mari?

Tenang, hal itu masih relate bagi saya. Toh, Tita masih diberi pilihan sama orang tuanya, mau tinggal di Jakarta atau ikut ke Paris, meskipun agak dipaksa buat keluar dari pekerjaannya. Yah, paling-paling, kalau usia segitu saya belum nikah, saya juga akan ikut ke manapun orang tua pergi. Kan, pernah minta izin ingin ikut student exchange ke Korea Selatan juga tidak diizinkan :')

Interaksi antara Tita dan Adam juga tampak natural meskipun gak jelas gimana mereka bisa sahabatan. Intinya mereka dekat dan sepertinya Adam juga menyimpan rasa suka, tapi terhalang dengan Tita yang masih begitu mengharapkan Adit.

Komentar saya, mirip dengan Nanda, mending juga sama Adam daripada nungguin Adit yang gak jelas. Well, itu juga kejadian sama saya. Waktu itu saya sudah pacaran 2 tahunan dengan seorang laki-laki. Sayangnya, ketika saya tanyakan kapan mau melamar, dia menghindar terus. Hingga akhirnya datanglah suami saya yang lansgung melamar dan langsung diterima orang tua saya wkwk

Dua tahun digantung saja saya tidak betah, bagaimana dengan Tita yang digantung 12 tahun lamanya? :')

Hadiah dari Adam juga manis, sih. Gak boleh pakai smartphone, berarti masih boleh pakai iPad kan, ya? Well, sepertinya Bundanya Tita gak tahu kalau dunia maya itu lebih berbahaya daripada sekedar telpon wkwk

Duh, saya seneng banget lihat bakal banyak scene di Paris. Mana dikasih soundtrack "Tak Tahan Lagi"-nya Melly Goeslaw. Oke, hati saya mulai tergerak ke arah yang positif, nih untuk film ini.

Adegan di mana Tita dan Adit saling tuduh karena kedekatan masing-masing dengan lawan jenis ini relate juga. Saya ingat, di awal nikah, saya masih sering kontakan dengan sahabat laki-laki (ia juga yang mencomblangi saya dan suami). Tidak disangka, suami saya marah ketika mengetahui saya masih sering chat

Waktu itu saya pikir, kok non-sense sih? Kan dia yang bantu kami jadi bersatu, kenapa suami saya malah marah kalau saya masih berhubungan dengannya? Ternyata, ya, laki-laki memang akan merasa harga dirinya dilangkahi kalau istrinya masih berhubungan akrab dengan lawan jenis. Akhirnya, saya memutusan menutup akun saya supaya tidak bisa berhubungan lagi dengan sahabat itu.

Soal dekat jauh bertengkar, ada benarnya juga. Awal menikah juga saya sempat protes kenapa suami marah-marah melulu. LDM tambah parah. Tapi di satu sisi saya juga sadar, sekalipun sering berantem, tapi kalau barengan, redanya juga lebih cepet.

Satu hal yang saya syukuri, semakin lama bersama, kami jadi lebih bisa memilih mana yang harus dipertengkarkan dan secepatnya diselesaikan :)

Karakter Adit di film ini lebih tampak humanis. Gak nyolot seenak jidat ke Tita. Yah, memang pembawaannya agak-agak jutek, tapi sebenernya manis karena ia tetap berusaha memenuhi kebutuhan Tita dan membahagiakan Tita.

Oh tapi, soal asumsi Tita yang beranggapan kalau udah nikah nanti bakal bebas dari Bundanya yang overprotective, haha, kamu salah Tita! Adit juga protective! Salah satu buktinya, rajin nelponin ke rumah buat ngecekin Tita udah pulang atau belum, kayak di adegan waktu Tita lagi di nikahan Nanda.

Waktu awal nikah, saya juga berpikir saya bakalan bebas dari orang tua yang protective. Ternyata, saya dapat suami yang protective wkwk. Ponsel saya itu, bisa dikontrol sama dia dari jarak jauh. Repot banget kalau lagi berantem dan pingin menghindar. Yang ada saya malah diteror.

Tenang, sekarang saya sudah lebih dewasa. Mau dia ajak bertengkar pun saya berani menghadapi dengan lapang dada. Tidak perlu lagi menghindar apalagi sampai diteror olehnya. Masalah lebih cepat beres dan suami lebih percaya sama saya. Sekarang, dia tidak lagi protective. Saya malah merasa mendapatkan kebebasan yang saya inginkan sewaktu dulu masih tinggal dengan orang tua :)

Sekarang saya setuju kalau film ini genrenya komedi romantis. Saya ngakak waktu liat Tita yang kebangun karena mimpi dinner romantis juga muka Tita yang bingung kenapa Adit membawanya ke McD bukannya ke restoran yang fancy.

Saya terkesan dengan banyaknya scene di Paris. Juga naik turunnya emosi ketika Tita ngira bakalan dilamar ternyata enggak. Cara membangun ketegangan konfliknya juga bagus.

Oh ya, melihat cara Tita membangun konflik jadi ngingetin ke diri sendiri kalau Tita itu orang yang seru. Dia tetep berusaha ajakin Adit cari kesenangan di kota Paris dengan coba cari restoran lain (yang ternyata susah dapet tempat kalau belum reservasi), naik ke Eiffel tower, atau sekedar jalan kaki di Paris. Awalnya Adit nolak terus, walau akhirnya ngikut juga. Ah, seandainya dulu waktu di Paris, saya juga seseru Tita.

Sejujurnya, saya sudah kehilangan respek dengan Adit. Kalau memang dia serius sama Tita, coba komunikasi gitu. Jangan cuma bilang gak siap aja. Asli, saya jadi keinget sama si mantan juga.

Dia kan lulus duluan. Saya udah tanya sejak dia sidang TA (tugas akhir), kapan mau melamar? Dia bilang habis sidang. Ternyata enggak. Saya tanya lagi sebelum wisuda, katanya pas wisuda. Orang tuanya udah dateng jauh-jauh dari Sumatra ke Bandung juga gak bertamu ke rumah saya, coba!

Saya tanya lagi, kapan? Dia bilang kalau udah dapat kerja. Eh... Udah dapat kerja di Jakarta dan udah beberapa bulan juga gak ada kabar. Dia malah ngilang. Jarang ngehubungin.

Kebetulan saya dan suami masih sama-sama di kampus. Dia malah nawarin bantu TA saya. Dengan senang hati saya terima. Lah, ternyata dia mau melamar saya. Langsung dateng ke orang tua tanpa ngajakin pacaran.

Meskipun kaget, tapi saya udah gak sanggup nunggu-nunggu lagi. 2 tahun saja cukup. 12 tahun itu namanya orang gak punya pendirian. Orang tua udah setuju, saya juga terima. Makanya, kalau jadi Tita, SAYA PILIH ADAM LAH.

Kurang apa coba dia? Orangnya santun, pembawaannya kalem, sabar nungguin Tita, berusaha ada untuk Tita. Duh, tepok jidat lah kenapa Tita masih gak mau sama Adam demi orang resek kayak Adit.

Ya, ampuun! Saya sampai merinding pas Adam ternyata ngelamar Tita! Saya suka kejutan kayak gini! Ini lho masih mending, Adam bukan nikung. Kan nungguin sampai Tita putus.

Lah, kejadian saya dulu, saya belum putus. Suami malah ngehubungin langsung si mantan, kayak nanyain, "Jadi lo gimana sama Ilma? Mau dilamar apa Enggak? Kalau gak, gue yang maju".

And that's it. Saya terima lamarannya. Baru saya kabarin ke si mantan kalau saya nerima lamarannya suami dan barulah resmi putus. Kacau emang!

Well, setelah itu sih saya pasang muka tebal aja kalau ke kampus. Belum lagi, gak lama, saya pasang status "engaged" di Facebook. Terus gak lama ngumumin undangan pernikahan di grup yang di dalamnya, ada si mantan juga.

Kebayang kan, teman-teman saya taunya saya pacaran sama si mantan, eh tau-tau sebar undangan sama suami? Lol!

Tapi tenang, setahun setelah saya nikah, si mantan juga nikah sama cewek yang dulu dia suka. Still win-win solution. Kalau Tita nerima Adam, Adit juga pasti bisa cari cewek yang cocok, kok.

Saya tahu sih, tidak mudah jadi Tita. Karena waktu itu juga saya berada di dua perasaan: bahagia tapi sedih. Bahagia akhirnya selesai sudah penantian ini, tapi juga sedih karena nantinya bukan bersanding dengan orang yang awalnya saya harapkan. Bukan bersama orang yang saya sudah kenal lebih jauh selama 2 tahun. Mana harus penyesuaian lagi dengan orang baru.

Nahhh... sebenarnya kunci dari jadi atau nggaknya seorang gadis menikah dengan laki-laki itu ada campur tangan orang tua. Di sini, Bundanya Tita masih belain Adit. Di kasus saya, orang tua saya sebenarnya gak setuju kalau saya nikah sama mantan. Makanya mereka langsung lega ada laki-laki lain yang melamar saya. Apa boleh buat, kalau mau nikah kan memang tetap perlu restu orang tua.

Nah, saya senang dengan plot twist film ini ketika adegan di toko coklat itu dipotong untuk mengejutkan penonton. Ternyata, selain pengaruh orang tua dalam membimbing anaknya supaya mengambil keputusan yang benar, rupanya Tita juga bersikeras kalau ia hanya ingin menikah dengan Adit, bukan yang lain. 

Penyelesaian film ini tuh terasa mengganjal buat saya. Kenapa coba gak dikomunikasikan dari awal alasan belum siap nikahnya itu apa? Kenapa pake diem juga pas dipergokin lagi di restoran sama Celine, bukannya langsung ngejelasin, kek

Pasti ini ada hubungannya sama gengsinya laki-laki: mau ngurusin semua urusan sendiri. Padahal hubungan (apalagi kalau udah nikah) kan intinya adalah kelancaran komunikasi. Percuma cinta menggebu-gebu kalau ada masalah malah dipendem-pendem sendiri.

Penutup

Film ini lebih bagus daripada seri pertamanya. Dari segi efisiensi percakapan, backsound yang pas, cocok lah kalau dapat rating 4/5. Gimana pendapat teman-teman? Sudah nonton kedua filmnya?
Ilma Purnomo (Mama Razin)
Perempuan Indonesia yang saat ini tinggal di Chicago, USA, menemani suami kuliah doktoral. Seorang ibu rumah tangga yang disibukkan oleh dua putranya (Razin dan Zayn). Suka menulis dan belajar hal baru.

Related Posts

There is no other posts in this category.

1 komentar

  1. Aku yang belum pernah nonton session 2 jadi suka dengan review lengkap ini hihi.. Loves so much more.
    Btw, aku ngakak juga sih baca curhat tentang mantan, kita mirip de kayaknya wkwk

    BalasHapus

Posting Komentar