Ilma Hidayati Purnomo

Pengalaman Penanganan Karies Gigi Anak (Gigi Berlobang) di Amerika

Teman-teman yang punya anak kecil pasti tau gigis pada anak. Kayaknya itu termasuk hal umum, ya. Biasanya kalau di Indonesia, gigis pada gigi anak diapain? Di tambal di dokter gigi? Hmm, sepertinya ini yang jarang dilakukan. Padahal kesehatan gigi anak penting, lho!

Pasalnya, kesehatan gigi susu turut menentukan kesehatan gigi permanen. Gigi susu memberi ruang bagi gigi permanen kelak. Gigi susu yang sehat juga menjadi cikal bakal gigi permanen yang sehat.

Oleh sebab itu, Razin dan Zayn mulai secara rutin mengunjungi klinik gigi sejak Desember tahun lalu, setiap enam bulan sekali. Saat itulah baru didiagnosis kalau Razin mengalami multiple cavities atau lubang di beberapa tempat, di geraham dan gigi depan. Secara ukuran, kecil banget, bahkan dari jauh nggak keliatan.
Pengalaman ke Dokter Gigi Anak di Amerika
Nah, karena waktu itu periksanya di klinik dokter gigi umum (nama kliniknya Friend Health), Razin dirujuk ke dokter gigi anak (Pediatric Dentistry). Kami baru sempat bawa Razin ke klinik dokter gigi anak pada bulan April karena nunggu urusan gigiku beres (insyaAllah nanti cerita lain waktu ya!).

Satu-satunya klinik yang bisa walk-in (dateng ke klinik langsung ditangani tanpa buat appointment), di Division Dental Clinic. Jaraknya lumayan jauh dari apartemen. Sekitar 23km. Nah karena waktu itu aku baru nyobain nyetir mobil sendirian tanpa didampingi suami, aku cuma berani nyetir lewat jalan dalem. Alhasil, perjalanannya sampai satu jam setengah.

Nah, di klinik ini, waktu walk-in cuma hari Senin, Selasa, Kamis jam 11-12 siang. Seingetku, kami nyampe sana hari Selasa jam 11. Ternyata rame banget di ruang tunggu. Ruang tunggunya kecil dan ada dua balita yang aku bawa. Aku cuma bisa berdoa aja mudah-mudahan mereka ngga rewel.

Betul aja. Kami nunggu hampir dua jam di ruang tunggu! Fyuh, bersyukur nggak pake drama anak rewel. Setelah aku ngisi beberapa formulir selama nunggu dan hampir semua orang yang nunggu sebelum kami udah pada pergi, kami pun masuk ke area pemeriksaan.

Razin diminta duduk di ruangan X-Ray dan seluruh giginya di-rontgen. Inilah bagusnya klinik dokter di Amerika, pasti punya alat rontgen di kliniknya, sekecil apapun tempatnya. Jadi mereka nggak pernah mengobati pasien dengan menerka-nerka, harus ada gambar jelasnya.

Setelah itu, barulah Razin duduk di examination room. Di sana, dokter gigi ngeliat hasil rontgen dan periksa gigi Razin. Katanya, gigi depannya bolong, tapi nggak bisa ditambal. Kemungkinannya cuma dua: dicabut atau diobatin dengan suatu senyawa yang mencegah bolongnya gigi membesar. Tapi kan giginya Razin bakal copot juga ntar dan masih agak lama.

Nah, buat gigi geraham yang bolong, mau dipasang crown. Padahal, serius deh, itu bolongannya kecil banget. Kasat mataku aja nggak keliatan. Pasti temen-teman tau kan, kalau pemasangan crown biasanya buat gigi bolong yang serius, yang mahkota giginya udah ilang cukup banyak?

Salut sih dengan penanganan gigi bolong di sini, padahal cuma buat anak-anak yang nantinya giginya bakal tanggal juga.

Treatment-nya nggak bisa dilakukan di hari itu, jadi kami dikasih tanggal appointment sebulan kemudian. Inilah capeknya dengan urusan penanganan sakit gigi di Amerika, nunggu jadwalnya lamaa. Yang meresahkan, pas nanti dateng ke dokter gigi, Razin nggak boleh sakit. Padahal, susah banget ngejagain anak biar nggak sakit. Main ke luar sebentar, tau-tau ketularan temannya, batuk pilek lah...

Kenapa nggak boleh sakit? Karena nanti pas treatment, Razin bakal dikasih obat-obatan sedative alias obat bius, salah satunya lauging gas atau nitrous oxide. Kenapa harus pakai ginian? Biar anaknya rileks, nggak rewel pas treatment. Nah, kalau lagi batuk pilek, gas ini bakal bikin kondisi tenggorokan kering dan memperparah batuk pileknya.

Betul aja, bulan Mei pas jadwalnya ke dokter gigi, Razin malah lagi batuk pilek. Mau gak mau, di reschedule jadwalnya jadi bulan Juni. Nah, karena waktu itu minta ganti jadwal lewat telpon, aku kira harus dateng tanggal 21 Juni. Mana datengnya pagi banget, jam 9. Eh ternyata salah denger, harusnya 28 Juni wkwk

Persiapan Sebelum Treatment Gigi

Sebelum treatment gigi dengan sedative, anak harus berhenti makan dan minum minimal 6 jam sebelum penanganan. Waktu itu Razin dapat jadwal jam 9 pagi, tapi udah berhenti makan jam 10 malam. Pagi-pagi, Razin cuma aku bangunin, pipis, langsung berangkat ke klinik.

Selain itu, Razin juga harus bebas dari batuk, pilek, dan demam. Alhamdulillah, waktu itu Razin sehat wal 'afiat.

Treatment yang Didapatkan

Kami sampai di klinik sekitar jam 9 pagi setelah aku nyetir lewat jalan interstate (semacam tol, tapi gak bayar). Waktu tempuhnya lebih cepat, cuma sekitar setengah jam, dibanding lewat jalan dalem yang menghabiskan waktu satu setengah jam. Yah, meskipun jalan interstate ini agak rumit. Harus bener-bener jeli belok-belokannya, kalau nggak, salah jalan, deh.

Setelah ngasih tau front desk kalau Razin ada jadwal hari itu, kami nunggu di ruang tunggu. Karena kliniknya baru buka, belum banyak orang yang nunggu. Itu pun kami duduk di sana sekitar setengah jam sampai dipanggil ke area pemeriksaan.

Pertama-tama, gigi Razin di-rontgen, lagi hehe. Padahal pas pertama dateng juga udah, ya. Ternyata mereka segitu detailnya melihat kondisi gigi yang akan diperbaiki, jadi tetep di X-Ray lagi.

Setelah itu, berat badan anak ditimbang dan Razin diminta minum obat (yang kata susternya agak pait). Obat ini semacam sedative (obat bius) yang membuat anak menjadi tenang, ngantuk, dan pusing.

Kemudian kami masuk ke ruangan treatment yang sangat ramah anak. Di dalamnya memang banyak alat-alat, layar komputer, tapi juga banyak boneka dan dindingnya dipenuhi stiker. Razin duduk di kursi pasien dokter gigi lalu dipasang masker gas. Bisa dibilang ini bius tahap dua, menggunakan gas nitrous oxide.
Pengalaman ke Dokter Gigi di Amerika
Ruang penanganan. Sumber: dokumentasi pribadi

Aku juga diminta mengisi surat persetujuan penanganan gigi (dental treatment consent form). Intinya sih berisi kesedian memberi pernyataan setuju dan paham dengan treatment apa yang akan dilakukan dan risikonya, termasuk di dalamnya kemungkinan alergi dengan bahan-bahan yang dipakai.

Sekitar setengah jam kemudian, dokter gigi masuk dan menjelaskan treatment yang akan dilakukan. Selama dokter gigi mengerjakan perbaikan di gigi Razin, aku disuruh keluar dan menunggu sekitar 30-45 menit.

Sebelum memulai treatment, dokter gigi memberi sedation tahap tiga, melalui infus. Wah, aku beneran gak kebayang sih, kenapa obat bius yang diberikan sampai ada tiga jenis kayak gini. Teman-teman dokter gigi boleh memberi komentar, ya. Soalnya selama aku periksa di dokter gigi di Indonesia sejak usia 6 tahunan, aku nggak pernah mendapatkan treatment dengan obat bius sebanyak ini.

Secara garis besar ada dua treatment yang dilakukan: pemasangan crown dan pemberian Silver Diamine Fluoride. Pemasangan crown dilakukan untuk menutupi gigi geraham yang bolong. Crown yang digunakan berbahas stainless steel. Pemasangan dilakukan terhadap empat gigi, gigi atas dan bawah yang bersinggungan.

Nah, pemasangan crown ini ternyata diikuti pembiusan lokal di dalam gigi. Alamak, obat bius lagi... Jadi gigi yang mau dipasang crown ditambal dulu terus dikikir supaya nanti crown nya bisa dipasang secara snuggly.
Pemasangan Crown Gigi
Crown dari stainless steel. Kayak gigi perak. Sumber: dokumentasi pribadi 

Aku penasaran kan, kenapa harus sampai dipasangin crown? Alasannya ada banyak. Pertama, enamel, lapisan paling luar gigi, pada gigi anak lebih tipis dari gigi orang dewasa sehingga mudah bagi gigi anak menjadi bolong. Kedua, pemasangan crown meliputi seluruh mahkota gigi sehingga ke depannya, gigi itu nggak bakalan bolong lagi dan nggak menyebarkan infeksi ke gigi lainnya.

Treatment yang kedua, pengolesan Silver Diamine Fluoride ke gigi depan yang bolong. Senyawa ini merupakan obat antimicrobial dan juga berfungsi untuk remineralized. Intinya sih mencegah bolongnya semakin besar. Warna senyawa ini kalau udah diaplikasikan ke gigi jadi item. Sedih juga sih kenampakan gigi depan Razin jadi item-item gitu heu
Gigi Anak Bolong
Sumber: dokumentasi pribadi

Perawatan Setelah Treatment

Selama Razin ditangani dokter gigi, aku sama Zayn keluar klinik. Cari tempat duduk di pinggir jalan dan makan bekel sarapan. Terus aku balik ke mobil buat ambil stroller dan menyiapkan mental karena nantinya mungkin aku harus menangani dua anak rewel, sendirian.

Pas banget aku balik ke klinik susternya manggil orang tua Razin. Literally, pas aku buka pintu terus namanya dipanggil wkwk. Pas masuk ke dalem, Razin udah mengerang rewel. Efek obat bius yang habis, jadi pas anaknya sadar ya, begitulah. Segera aku angkut Razin dan mendudukkan dia di stroller.

Nah, karena Razin dapat anestesi lokal, bibir kan jadi mati rasa. Buat anak kecil, sensasi kayak gitu tuh aneh dan bikin refleks mau gigit bibir. Hal ini berbahaya, bikin bibir jadi luka dan berdarah. Makanya, sama dokter gigi, Razin disuruh gigit perban. Makin rewel lah anaknya.

Razin baru boleh minum setengah jam kemudian. Enaknya, disuruh minum yang dingin-dingin, kayak eskrim atau jus. Baru boleh makan tiga jam setelah penanganan, mungkin nunggu efek obat bius di mulutnya habis. Selama hari itu, Razin diminta makan makanan lembut.

Silver Diamine Flouride di gigi depan Razin juga harus diaplikasikan ulang setiap enam bulan ke depan. Jadi, pas jadwalnya periksa gigi rutin, bakalan dikasih senyawa itu lagi.

Setelah aku amati, crown di gigi Razin ternyata bener-bener menutup seluruh mahkota giginya dan nancep ke gusi. Kalau mau aku sikatin giginya, harus pelan-pelan biar nggak nabrak gusi yang agak bengkak.

Habis itu, Razin nggak disuruh minum obat apa-apa. Diizinkan minum obat pereda rasa sakit kalau emang anaknya nggak nyaman banget. Sejujurnya, ibunya yang nggak nyaman. Seharian Razin jadi rewel banget dan harus aku pantengin tiap detiknya,

Sambil nyetir, aku sambil ngeliatin Razin di booster seat di kursi penumpang belakang. Ngecek biar dia nggak gigit bibirnya, kalau ketiduran dagunya tetep terangkat, dan memastikan HP untuk muter video kesukaan dia nggak jatoh wkwk. Udah dikasih tontonan aja tetep mengerang sambil nangis

Seharian itu, Razin nggak boleh banyak beraktivitas, diminta banyak istirahat, dan banyak minum air putih. Hari itu juga emang anaknya nggak nafsu makan. Aku juga harus memastikan dia nggak ke sana ke mari karena sisa efek obat bius yang masih bikin kepalanya pusing.

Dari pengalamanku dengan treatment gigi Razin, sesungguhnya aku cukup salut dengan betapa pedulinya pemerintah sini dengan kesehatan gigi anak. Aku bilang pemerintah, karena Razin kan ditanggung asuransi pemerintah. Selama dia menjalani treatment gigi, semuanya gratiss.

Kalau pemeriksaan gigi rutin pun, anak-anak dapet macem-macem. Selain dibersihin, diolesin fluoride, dikasih pasta gigi, sikat gigi, dental floss, stiker, bahkan mainan bubble.

Sekalipun gratis, tetep aku nggak mau ngulangin hal ini. Capek, bro, harus ngurusin anak rewel plus adiknya yang sewaktu-waktu juga rewel. Lagian, kenampakan gigi Razin jadi nggak estetis lagi. Ada noda hitam di gigi depan dan gigi belakang udah kayak punya gigi perak wkwk

Makanya buat adiknya aku jadi strict banget. Harus sikat gigi dua kali sekali, terutama sebelum tidur malem. Aku juga ngebatasin banget makanan manis-manis.

Btw, pas Razin selesai treatment, waktu ngedorong stroller di lorong, aku liat di ruangan lain ada ibu-ibu usia paruh baya juga lagi dipasang masker dengan gas bius. Kira-kira, kenapa, ya buat treatment gigi harus bius-bius kayak gitu segala? Hmm...

Sumber:
Ilma Purnomo (Mama Razin)
Perempuan Indonesia yang saat ini tinggal di Chicago, USA, menemani suami kuliah doktoral. Seorang ibu rumah tangga yang disibukkan oleh dua putranya (Razin dan Zayn). Suka menulis dan belajar hal baru.

Related Posts

1 komentar

  1. Aku anak pertama Aman gigi muluss bagus. Nah, anakku juga caries gigi depannya. Mo ku suruh cabut ditanya Blom mau, aku udah gerah juga sih liat gigi anak yang ronges gitu.. Itu karna aku dl pas hamil anak ke3 Jarang bgt sikatin giginya. Jadi ya gitu deh. Pelajaran gigi anak ke3 juga ku again baik2 ini.

    BalasHapus

Posting Komentar