Ilma Hidayati Purnomo

Caraku Menulis Artikel untuk Memenangkan Lomba Blog

Judulnya bikin aku gemetar buat nulis haha. Yaiyalah, orang baru pernah menangin lomba blog dua kali. Tapi berani bikin tulisan seakan-akan aku ahli lomba blog. Gapapa deng, siapa tau ke depannya memang bisa menangin banyak lomba. Aamiin

Seperti biasa, aku nulis ini bukan untuk apa-apa melainkan supaya aku inget proses yang aku lalui waktu bikin tulisan yang baik di mata orang (kalau sampai menang, berarti artikelnya punya kualitas kan, ya). Lagi-lagi, kalau teman-teman menilai ada manfaat di tulisan ini, aku akan sangat bersyukur. Kalau nggak, semoga cukup menghibur.

Ini semua sebenernya cuma tips yang aku lakuin waktu bikin tulisan buat lomba dan berdasarkan pengalaman pribadi yang belum tentu manjur buat semua orang, ya. Silakan teman-teman baca dengan ringan dan ngga perlu diikuti saklek banget.

Teknik menulis artikel blog

1. Cara memulai tulisan

Cara aku memulai tulisan biasanya dengan sesuatu yang menyapa tapi bukan sapaan. Haha, bingung kan? Maksudku gini, gak kok aku mulai dengan, "Halo, Sobat Mamz. Gimana kabarnya?". Bukan sapaan yang kayak gitu. Kalaupun aku mau nyapa, biasanya berupa pertanyaan yang menggelitik kayak: "Mak, udah tau kalau ada aplikasi masak memasak bisa ngasih duit bulanan?"

Kenapa aku kasih kalimat kayak gitu? Biar orang tertarik. Soalnya aku sering denger teori tentang hubungan atau apapun itu, biasanya orang menilai kita di 5 detik pertama. Ya, kasih sesuatu yang mengejutkan di awal-awal lah. Atau kasih sneak peek yang mengaduk perasaan cem potongan dialog "Baik, besok kita cerai." Gimana, penasaran dan bikin kaget, kan?

2. Ukuran paragraf

Kalau ukuran tulisan alias jumlah kata tergantung ketentuan ya, makanya yang aku atur itu ukuran paragraf. Biasanya kalau kalimatnya panjang cuma 2 atau 3 kalimat per paragraf. Kalau kalimatnya pendek bisa sampai 5. Tujuannya biar pembaca gak engap alias kehabisan napas pas baca tulisan kita (padahal mah orang baca artikel blog gak dibaca nyaring, yak).

Aku juga lebih suka pakai kalimat sederhana, gak kompleks. Dalam satu kalimat maksimal 2 kata penghubung lah. Repot juga kalau ada kata 'meskipun karena sehingga' dalam satu kalimat. Nanti orang malah gak nangkep maksud kalimatnya.

3. Alur cerita

Nah, ini yang menarik. Umumnya, orang pakai teknik soft selling buat bikin artikel yang dilombakan. Alasannya, ya karena emang itu yang bagus. Kan jadi keliatan kemampuan orang itu mengolah kata dan membuat alur. Sayangnya, aku gak jago bikin cerpen ngalor ngidul terus masukin produk orang ke sana.

Jadi, kadang aku pakai teknik hard selling. Apakah nilai tulisanku jadi gak bagus? Gak juga, karena aku berusaha supaya tulisanku nampak beda, otentik, dan tetap memberi kesan melekat bagi pembaca. Bukankah tulisan yang kayak gitu yang bagus? Caranya gimana? Nih lanjut.

4. Teknik hard selling

Teknik yang aku pake adalah bahasa yang konyol (atau nyeleneh) tapi tentu gak sampai menyinggung pihak manapun dan paragraf yang berima. Kenapa dua ini?

Pertama, bahasa yang nyeleneh sudah punya poin untuk menghibur pembaca dan memberikan karakter sendiri di tulisanku. Orang yang baca jadi lebih inget sama tulisanku.

Kedua, paragraf berima juga menyenangkan untuk dibaca. Aku terinspirasi dari board book anak-anakku. Buku bacaan mereka memang berbahasa Inggris. Namun, aku suka kalik sama idenya yang sederhana, bahasanya yang ringkas dan ringan, alurnya yang juga sederhana (tapi pasti ada perkenalan-konflik-dan resolusinya), dan kalimatnya berima. Ujungnya selalu punya bunyi yang sama. Apalagi kalau kontennya kocak, duh, aku cinta.

5. Pantangan

Terutama buat nulis artikel yang soft selling, ada pantangannya. Jangan sampai kebanyakan curhat terus artikel jadi kurang informatif. Gak bisa gitu, ya. Soalnya dalam artikel yang dilombakan pasti diharapkan ada informasi yang kita berikan. Bisa berupa produk atau edukasi. Utamakan nilai informatifnya. Curhat adalah sampingan yang bisa bikin tulisan punya personal touch

Buat aku, sentuhan personal gak melulu dengan curhat. Bisa juga dengan pemilihan kata-kata yang jenaka. Ya, semua orang punya cara memberikan nyawa ke tulisannya masing-masing yang membuat artikel mereka outstanding

6. Ambil waktu

Buat nulis satu artikel yang emang harus niat, alias kudu riset dulu yang banyak, makan waktu paling gak seminggu. Itu artinya aku harus mulai nulis lebih awal, gak deket deadline. 

Aku juga biasa ngumpulin artikel paling gak, seminggu sebelum deadline. Harapannya supaya artikel udah masuk rumah Mbah Google dulu. Entah kenapa, bagi aku itu ada nilai plusnya. 

Proses kreatif nulis artikel juga makan waktu. Akhir-akhir ini aku gak bisa nulis sekali duduk. Jadi waktu seminggu itu emang beneran aku cicil. Pas mau tidur, mikirin kata-katanya. Begitu bangun langsung tulis. 

Aku juga ngetik dan bikin gambar di hp. Jadi biar fleksibel. Pas lagi ngasuh anak, kepikiran kata-kata bagus, tinggal tulis. Kadang sekalimat, kadang separagraf. Udah, gitu terus sampai artikelnya beres. 

7. Harus terus belajar

Setelah aku mengikuti lebih banyak lomba dan membaca lebih banyak artikel yang menang, aku belajar:

1. Tone artikel harus positif (informational). Aku perlu belajar lebih banyak berpikir positif untuk melahirkan karya yang positif. Konflik pasti ada, tapi bukan berarti aku jadi mengeluh dalam tulisan. Atau setidaknya, dalam rangkaian kata yang lebih elegan

2. Jangan sampai menyudutkan suatu pihak dengan gamblang (misal curhat ttg masa kecil dan menyudutkan ortu secara jelas) 

3. Soft selling bukan melulu tentang curhat. Inilah yang perlu aku pelajari lebih lanjut

Yak gitu aja sih, tutorial ala-ala ini. Semoga bermanfaat dan kalau mau nambahin, boleh banget nih. Terutama buat yang udah sering menang lomba blog. Bagi tips temen-temen di kolom komentar ya. Tapi jangan dalam bentuk link hehe 

Ilma Purnomo (Mama Razin)
Perempuan Indonesia yang saat ini tinggal di Chicago, USA, menemani suami kuliah doktoral. Seorang ibu rumah tangga yang disibukkan oleh dua putranya (Razin dan Zayn). Suka menulis dan belajar hal baru.

Related Posts

Posting Komentar