Ilma Hidayati Purnomo

Kapan Pandemi Berakhir?

Sobat Mamz, Mama Razin agak sedih, nih. Pasalnya, kasus Covid-19 di wilayah Amerika mulai meningkat lagi. Kalau biasanya pertambahan kasus harian total sekitar 20ribu, sekarang jadi 60ribu. Memang di kota Chicago belum mulai menunjukkan peningkatan yang signifikan, tapi Mama Razin punya kecemasan tersendiri. 

Prokes Melonggar

Protokol kesehatan longgar

Sejak perayaan independence day di Amerika Serikat, negara ini secara resmi membuka diri dalam artian semua kegiatan berjalan normal layaknya sebelum pandemi. Kegiatan indoor, naik kendaraan umum, bahkan festival juga sudah boleh dilakukan. 

Hampir selama dua minggu awal bulan Juli, langit malam kota Chicago senantiasa dihiasi kembang api. Puncaknya pada tanggal 4 Juli, ada pesta kembang api besar yang bisa dilihat dari pantai pinggir danau. Orang-orang berbondong-bondong ke sana. Itu salah satu kegiatan outdoor yang melibatkan banyak pengunjung. 

Museum-museum pun kembali dibuka. Pada Illinois Free Museum Days (hari bebas masuk museum tanpa bayar biaya administrasi), orang-orang berjubel di dalam museum. Saat itu, Mama Razin bersama Razin dan Zayn ikut serta masuk ke museum. Melihat keriuhan seperti itu rasanya ngeri-ngeri sedap. 

Pasalnya, di area indoor manapun saat ini, orang yang sudah mendapat vaksin dua kali, diperbolehkan tidak menggunakan masker. Nah, lho! Panik, gak? Panik, gak? Panik, dong.

Bayangin, berada di ruangan dengan puluhan atau bahkan seratus orang dan mereka berlalu lalang tanpa masker. Ada rasa takut, gak, sih? Oke, Mama Razin sadar, ketakutan ini kalau berlebihan juga bisa masuk ke suatu disorder apapun itu, nggak tau namanya. Tapi, ketakutan ini kan ada alasannya. Apalagi kalau bukan penyebaran virus corona yang begitu mudah. 

Jangankan bersin atau batuk, cukup berbicara tanpa masker dengan jarak kurang dari dua meter, virus corona sudah pasti bisa mengenai badan orang lain. Apalagi orang-orang itu berada di satu ruangan dan menghirup udara yang sama dalam waktu cukup lama. Sama saja dengan memaparkan diri ke sumber virus. 

Tapi kan, yang boleh berkeliaran tanpa masker cuma yang udah divaksin? Iya, memang. Orang yang sudah divaksin kan tetep bisa menjadi sarang virus corona, tetep bisa jatuh sakit karenanya, dan tetep bisa menyebarkan virus ke orang lain. Bervaksin bukan berarti kita tidak perlu jaga diri, bukan? 😉

Apalagi buat Mama Razin yang punya dua balita, dua-duanya belum masuk kategori penerima vaksin. Ditambah kami tinggal di luar negri dan Mama Razin tidak punya asuransi kesehatan. Kalau sakit ya, tanggung sendiri, gak bakalan ada yang bantuin. Itu sebabnya, menjaga kesehatan benar-benar sangat penting. Kalaupun jadi keliatan lebay, gak berani keluar apartemen sama sekali, nggak masalah. Yang penting kami tetap sehat. 

Kesehatan Mental dan Pandemi

Hoax terkait corona

Adanya pandemi ini mengubah tatanan hidup manusia. Pada awalnya, semua orang diperintahkan untuk diam di dalam rumah dan mengerjakan aktifitas apapun dari rumah. Kemudian sedikit demi sedikit, kebijakan pemerintah berubah. Kegiatan di luar rumah boleh dilakukan asalkan memenuhi protokol kesehatan. 
Nyatanya, tidak semua orang patuh dengan protokol kesehatan. Ada saja orang yang keluar rumah tanpa masker dan membuat kerumunan. Hal ini yang membuat pertambahan kasus positif covid terus meningkat. 
Bagi orang yang patuh dengan protokol kesehatan, oknum orang-orang yang abai membuat tekanan psikis. Bagaimana tidak, kita sudah menjaga diri sebaik mungkin sedangkan orang lain dengan santai berpergian tanpa mengindahkan kaidah untuk menjaga kesehatan diri. 
Belum lagi, jika kasus positif covid di suatu daerah melonjak drastis, bukan tidak mungkin pemerintah setempat memberlakukan pembatasan kegiatan lagi. Orang-orang yang mulai jenuh berada di rumah saja kemudian diberi kebebasan bersyarat dan dirumahkan lagi, tentu merasakan tekanan psikis. 
Rasa lelah menghadapi pandemi membuat orang-orang mulai mencari tahu apa saja yang bisa menangkal virus bercokol di badan. Ada saja oknum yang mengklaim suatu produk bisa menangkal virus, padahal hal itu belum teruji. Tidak sedikit juga berita bohong yang bertebaran terkait pandemi.
Hal-hal semacam inilah yang mengakibatkan rentannya gangguan kesehatan mental di masa pandemi. Tugas kita di masa serba tidak menentu ini menjadi lebih banyak. Tidak hanya menjaga tubuh dari penyakit, juga menjaga kewarasan. 
Saran Mama Razin, selama masa pandemi ini kita harus lebih mampu menahan diri dari dua hal. Pertama, untuk tidak keluar rumah kecuali sangat mendesak. Kedua, untuk tidak memercayai suatu info kecuali disampaikan oleh badan yang kredibel dan teruji kebenarannya.

Kita Harus Bagaimana? 

Bersama kita sehat

Kita semua memang ingin kembali menjalani kehidupan yang normal. Tapi inilah kenyataan hidup yang saat ini harus dijalani. Semua ini bukan untuk diratapi. Namun, kita cari jalan keluar dari masalah ini.

Semua orang merasakan hal yang sama yaitu lelah dengan pandemi ini. Semua orang juga punya harapan yang sama, ingin pandemi ini segera berakhir. Yuk, kita sama-sama berusaha supaya pandemi ini tidak bertambah parah dengan mematuhi prokes: memakai masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan. Kalau merasakan gejala sakit, segera mengisolasi diri.

Butuh hiburan? Wah ,sekarang banyak banget jenisnya. Nonton film dari kamar, bisa. Mau silaturahmi, ngobrol-ngobrol sama temen dan saudara bisa. Mau jalan-jalan juga bisa. Karena sekarang zamannya serba virtual. 

We are in this together. This storm shall pass. Insya Allah :)

Ilma Purnomo (Mama Razin)
Ibu rumah tangga yang kadang belajar hal baru, menulis, memasak, atau ngajar anak. Saat ini tinggal di Seattle, Amerika Serikat.

Related Posts

2 komentar

  1. Hope so.. This storm shall too pass. Amiinn.
    Ngeriii juga ya, tapi kehidupan true normal begini yang dikangenin semua orang. Mungkin kalau begini kejadiannya,agar herd immunity segera terbentuk,dan Corona segera menghilang.

    BalasHapus

Posting Komentar