Ilma Hidayati Purnomo

Perang dengan Musuh Tak Tampak

Halo Sobat Mamz, masih hangat suasana kemerdekaan RI, ya. Mama Razin jadi kangen sama kampung halaman apalagi sudah dua tahun gak pulang. Selama dua tahun itu juga gak mengikuti pesta perayaan kemerdekaan RI. Sedih, memang. Mengingat sekarang kita lagi perang melawan musuh yang tak tampak. Waduh, maksudnya kita lagi perang sama hantu?

Saiki ki lagek perang. Musuh e ra ketoro!

Demikianlah sepenggal kalimat yang biasa dilontarkan Papa Razin sembari berapi-api saat menasehati keluarga besarnya yang tinggal di Jawa Timur. Mama Razin biasanya hanya mengamini sambil mendengarkan penjelasan taktik yang harus dilakukan untuk memenangkan peperangan ini. Eee sebentar, kan tadi baru menyinggung soal kemerdekaan RI, kok bahas peperangan lagi? Memangnya kita masih dijajah?

Yup, kita masih dijajah sama yang namanya virus Corona. Si makhluk renik yang bahkan menurut pelajaran biologi tidak termasuk golongan makhluk hidup ini udah berhasil menguasai dunia layaknya penjahat di film superhero. Kekuasaannya bahkan udah mengalahkan negara kolonial pada jamannya.

Gimana gak bisa disebut sebagai penjajah, gara-gara virus ini umat manusia di muka bumi menjadi terkekang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Mulai dari lockdown yang membuat semua orang praktis tidak diizinkan keluar rumah, hingga sulitnya mengakses pelayanan kesehatan karena terlalu banyak pasien dalam waktu bersamaan. Wah, kalau bahas ini sih, bakal gak ada habisnya.

Setiap dari kita adalah tentara yang sedang berjuang melawan musuh tak kasatmata. Maka dari itu, kita harus mempersenjatai diri kita dengan alat tempur, amunisi, dan juga strategi perang yang benar.

Alat tempur

Pakai masker dan sabun

Pada masa penjajahan virus Corona (atau orang-orang menyebutnya masa pandemi), kita hanya perlu dua senjata saja, yaitu masker dan sabun atau hand sanitizer. Kalau di medan perang yang sesungguhnya, masker ini layaknya tameng sedangkan sabun atau hand sanitizer ini layaknya pedang yang secara aktif membunuh musuh kita.

Amunisi

Makan sehat dan olahraga

Supaya kita menjadi tentara-tentara yang sehat dan mampu berjuang sampai titik darah penghabisan, setiap dari kita wajib disokong amunisi berupa nutrisi harian yang mumpuni. Sederhana saja, kita cukup melengkapi piring kita dengan sayur, buah, sumber protein dan sumber karbohidrat. Kita kurangi dulu makan fast food dan gorengannya. Kan gak ada tentara di jaman penjajahan yang lagi perang bawa tombak sambil ngemil gorengan. Mereka makan makanan sehat dan mengolah tubuh mereka supaya tetep kuat dalam menghadapi musuh.

Strategi perang

Jaga jarak social distancing

Kalau di jaman perang, orang-orang mungkin buat strategi, mau menyerang secara sembunyi-sembunyi atau melakukan pernyerangan secara frontal, kita juga perlu strategi seperti ini. Musuh kita biasa menyerang kerumunan orang, maka dari itu kita perlu menghindari berkerumun dalam ruangan tertutup. Stategi ini punya istilah kekinian yaitu social distancing.

Kita semua punya harapan bisa memenangkan peperangan ini sesegera mungkin. Barangkali slogan merdeka dari pandemi adalah keinginan hati umat manusia untuk menjalani kehidupan normal sebelum virus Corona menyerang. Meskipun banyak di antara kita yang mengartikan merdeka di tengah pandemi sebagai merdeka secara ekonomi atau dari kebijakan pemerintah yang serba memberi batasan.

Kita masih berperang, saudara-saudara! Angkat senjata kita dan pantang menyerah melawan virus Corona! Ayo, rebut kembali kemerdekaan kita!

Ilma Purnomo (Mama Razin)
Perempuan Indonesia yang saat ini tinggal di Chicago, USA, menemani suami kuliah doktoral. Seorang ibu rumah tangga yang disibukkan oleh dua putranya (Razin dan Zayn). Suka menulis dan belajar hal baru.

Related Posts

1 komentar

  1. Ayo perang, pantang pulang sebelum menang, ehehe... Duh aku ngakak Mom dari baca quote awal-awal yang bahasa jawa :D ketambahan yang masalah gorengan, walah receh amat aku ini :D Yosh semangat Mom Ilma untuk seleksi ODOP nya :D

    BalasHapus

Posting Komentar